Sabtu, 12 Oktober 2013

Allah Yaa Nur - Opick

MENUJU MAKRIFATULLAH

Menuju Makrifatullah - OLEH: AGUS MUSTOFA

PUNCAK perjalanan zikir adalah makrifatullah. Yakni, tersingkapnya tabir batin atau hijab jiwa yang menutupi hati kita dari “Sumber Segala Ilmu Pengetahuan”. Istilah makrifat bermakna “pengetahuan”,  berasal dari kata arafa yang bermakna “mengetahui”. Di level ini seorang ahli zikir telah mencapai suatu kondisi terbukanya mata batin, sebagaimana dialami oleh para wali, nabi, dan rasul.

Para wali, nabi, dan rasul itu awalnya pun adalah orang-orang yang berusaha “mencari” Tuhan, Sang Sumber Pengetahuan yang bersifat abadi, yang menggenggam segala rahasia kehidupan. Dalam segala levelnya, sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Ibrahim sang peletak dasar tauhid, Nabi Musa sang kalimullah, dan Nabi Muhammad sang penyempurna risalah.

Setiap manusia membawa fitrah keilahian, di mana ia merindukan keabadian, yang hanya dimiliki Sang Khaliq. Karena itu, setiap kita, ingin berinteraksi dengan Asal Usul eksistensi kita itu. Yaitu, Sang Maha Eksistensi yang menjadi sumber segala keberadaan. Orang jawa menyebutnya sebagai ilmu Sangkan Paraning Dumadi alias “asal-usul segala eksistensi”.

Zikir adalah skill praktis yang akan membawa seseorang mencapai tingkat makrifatullah, yang tidak bisa dicapai secara teoritis belaka. Harus dipraktekkan, sampai merasakan dan mengalami sendiri berinteraksi dengan Sang Maha Nyata. Yang saking nyatanya, sampai-sampai tidak terlihat oleh mata dan panca indera lainnya.

Ibarat “sang waktu” yang sedemikian nyata membelenggu realitas, sampai-sampai kita tidak bisa mengamati wujudnya. Dan, hanya bisa merasakan keberadaannya. Sebab, yang kita amati pada jam dinding itu bukanlah sang waktu, melainkan sekadar pergerakan jarum yang kita buat sendiri untuk dijadikan “penanda” dinamika waktu. “Sang Waktu” sendiri tak pernah menampakkan diri. Toh, kita percaya akan adanya.

Demikianlah Sang Maha Nyata. Dia jelas-jelas ada dan bisa kita rasakan keberadaan-Nya. Tetapi, tak pernah menampakkan Diri-Nya, kecuali hanya dalam bentuk tanda-tanda pada segenap ciptaan-Nya, yang bisa kita pikirkan secara ilmiah. Dan kemudian kita rasakan kehadiran-Nya dengan sepenuh jiwa.

Hanya orang-orang yang jiwanya bersih, serta ingin bertemu dengan-Nya sajalah yang bakal ditemui-Nya. Tidak dalam wilayah yang fisikal, melainkan dalam wilayah spiritual. Tidak dalam tataran objektif, melainkan dalam tataran subjektif.

Kenapa demikian? Ya, karena Sang Maha Perkasa itu bukanlah “objek”, melainkan “subjek”, Yang Maha Berkehendak untuk melakukan apa pun, tanpa harus mengikuti kehendak siapa pun. Sehingga, adalah wajar jika Dia tidak akan menemui orang-orang yang tinggi hati, yang sejak awal sudah tidak menganggap eksistensi-Nya ada. Untuk apa menemui orang-orang yang memang tidak ingin bertemu dengan-Nya? Dia hanya akan menemui orang-orang yang memang merindukan-Nya.

Tanda-tanda keberadaan-Nya sudah dihamparkan di seluruh penjuru alam semesta. Juga di segenap peristiwa yang dilaluinya. Tetapi hati yang tertutup, tetap saja akan tertutup, dan tidak bisa merasakan keberadaan-Nya. Karena, dia memang tidak mempedulikan-Nya.

QS Yusuf (12): 105, “Dan (sebenarnya) banyak sekali tanda-tanda (eksistensi Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka berpaling darinya.”

Sementara bagi orang-orang yang merindukan-Nya, realitas yang sama bisa bermakna berbeda. Ke manapun mereka menghadapkan wajah, mereka selalu bertemu dengan Tuhannya. Dalam segenap realitas. Di segala peristiwa. QS Al Baqarah (2): 115, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Itulah para ahli zikir, yang setiap saat jiwanya terisi oleh keberadaan Tuhannya. Sejak terbangun dari tidurnya, menjalankan aktivitas keseharian, sampai kembali beristirahat di malam harinya. Nama dan sifat-sifat Allah selalu bergema di seluruh pendengaran dan horison penglihatannya. Menggetar-getarkan jiwanya. Setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari Allah, Sang Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. Karena, dia sudah membuktikan dan merasakan sendiri bahwa Allah memang telah meliputi hamba-hamba-Nya, beserta segala ciptaan-Nya.

Allah sudah meliputi segala yang dipikirkannya, semua yang dirasakannya, seluruh ucapan-ucapannya, tingkah lakunya, bahkan hembusan napas dan denyut jantungnya, aliran darah dan desir kelenjar-kelenjar tubuhnya, serta bertriliun-triliun sel yang menjadi penyusun badannya. Allah telah meliputi seluruh eksistensinya, kesadarannya. Maka, apa pun yang dia lihat dan dia dengar telah menjadi bukti keberadaan Allah, Sang Penguasa jagat semesta.

Itulah sebabnya, bagi seorang ahli zikir, seluruh alam semesta ini sedang bertasbih bersamanya, persis seperti yang dikemukakan Allah di dalam firman-firman-Nya.

QS. Al Israa’ (17): 44. “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi (kebanyakan) kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”

Orang yang sudah mencapai tingkatan ahli zikir, tidak hanya melakukan zikir bil lisan (hanya dengan ucapan) atau zikir bil ‘ilmi (sekadar dengan pemahaman), melainkan sudah zikir bil fi’li (dengan perbuatan). Dia telah menceburi sifat-sifat Allah dalam perbuatan nyata. Ucapan, pemahaman, dan perbuatannya sudah menyatu dengan realitas alam semesta yang semuanya memang sedang ber-zikir bil fi’li kepada Allah. Mulai dari benda-benda langit yang maharaksasa di makrokosmos, sampai partikel-partikel kuantum yang sedemikian halus di mikrokosmos, dengan segala peristiwa yang menyertainya.

Dalam kondisi seperti itu, seorang hamba disebut telah sedemikian dekatnya dengan Allah yang memang meliputi segalanya. Jiwanya telah melebur ke dalam sifat-sifat Allah. Sehingga, apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang menggambarkan sifat Allah itu sendiri. Dia telah melihat dengan penglihatan Allah, mendengar dengan pendengaran Allah, berucap dengan ucapan Allah, dan berbuat dengan perbuatan Allah. Begitulah sebuah hadits qudsi menggambarkan. Atau, dalam konteks peperangan yang diceritakan Alquran berikut, Allah berfirman begini:

QS Al Anfaal (8): 17. “Maka bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allahlah yang membunuhnya. Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melontarkan (senjata), melainkan Allah-lah yang melontarkannya. (Yang demikian itu) untuk memberi kemenangan kepada orang-orang beriman (atas orang-orang yang ingkar) dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Akhirnya, di pengujung Ramadan yang penuh hikmah ini kita semua berdoa dengan penuh harap kepada Allah, semoga Dia berkenan membimbing kita di jalan yang diridai-Nya. Yaitu, jalannya para ahli zikir, yang mengantarkan kita untuk bertemu dengan-Nya dalam segala aktivitas yang kita jalani. Selamat menyongsong datangnya hari yang fitri esok hari. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna waminkum, taqabbal yaa kariim. Wallahu a’lam bissawab. (*/zal/k1/habis).

Makrifatullah, Satu Penjelasan

Makrifatullah, Satu Penjelasan - by TenteraAngin


Bismillahirrahmanirrahim

Dengan nama ALLAH, yang menjadikan alam, yang menjadikan udara, yang menjadikan nafas. Bagaimana hidup kalian semua? Harap sering di dalam pelukan yang Esa. Satu persoalan yang akan saya lontarkan kepada saudara. Seberapa manakah anda semua mengenali pencipta anda ?

Mungkin ini adalah jawapan yang kita akan terima … “ALLAH adalah Tuhan yang menciptakan sekalian makhluk, yang tiada zat selain darinya, bersifat Kamil dan terhindar dari sebarang kekurangan, yang mempunyai nama namaNya yang agung.  Terima kasih saya ucapkan. Ini adalah suatu jawapan umum kepada semua umat Islam.

Namun, makrifatullah ataupun mengenali ALLAH masih lagi jauh dan dalam pengertiannya. Sekiranya anda semua berminat untuk mengenali ALLAH dengan lebih lanjut, topik makrifatullah kali ini mungkin akan menjawab serba sedikit persoalan anda.

Sebelum memasuki makrifatullah, seseorang hendaklah mengenali diri dia sendiri. Mengenali diri sendiri bukanlah sesuatau yang mudah. Ia memakan masa dan mempunyai teknik teknik tersendiri dalam melaksanakan proses mengenali diri sendiri. Untuk mengenali diri sendiri, seseorang perlu tahu apakah yang dia telah miliki dari pandangan zahirnya.

Kita akan buat satu contoh bagaimana teknik untuk mengenal diri. Kunci pada teknik mengenal diri ini adalah persoalan “Mengapa”. Sebagai contoh kita akan menggunakan tangan. Mengapa ALLAH memberikan aku tangan? mungkin untuk digunakan dalam kehidupan harian seperti membasuh baju, memegang barang dan sebagainya. Mengapa ALLAH ingin aku memegang barang, membasuh baju dan sebagainya? Supaya manusia mampu mengurus dirinya dan dapat menjalankan hidup yang sihat dan sempurna. Mengapa perlu untuk mengurus diri dan menjalankan hidup yang sempurna ? Kerana ia adalah sesuatu yang dituntut dari Islam untuk hidup yang bersih. Mengapa Islam menuntut hidup yang bersih? Supaya kita dapat terhindar dari penyakit. Kenapa kita perlu terhindar dari penyakit?. Sebab badan kita adalah hak ALLAH dan wajib bagi kita menjaganya. Mengapa perlu menjaga Hak ALLAH ?…

  
Dan apabila proses itu telah sampai kepada tahap ketuhanan, disaat itulah proses makrifatullah akan mengambil tempat. Bila soalan yang saudara tanya sendiri kemudian saudara sendiri tidak mampu menjawab, itulah tandanya bahawa saudara sedang beralih kepada proses Makrifatullah yang mana menuntut saudara untuk berguru kepada guru yang mursyid.

Di dalam ajaran Sufi, terdapat 4 hijab yang menyebabkan kita telah terpisah untuk mengenali ALLAH dengan mudah. Hijab tersebut bolehlah dikategorikan kepada hijab jiwa, dunia, nafsu dan syaitan.

Ini telah dibuktikan didalam ayat Al Quran

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-bena tehijab dari (melihat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka”
(Al-Muthaffifin: 15-16)

Dan apabila seseorang telah memecahkan hijabnya, dan telahpun mengenal diri mereka sendiri, iaitu mengenali aku di dalam aku, dia sedikit lagi ingin mencapai tahap makrifatullah. Di saat ini, pendamping, Para Malaikat, dan para Nabi akan meninggalkan anda, yang mana ALLAH sendiri akan membimbing anda secara terus tanpa hijab kerana anda telahpun memecahkan hijab anda. Situasi seseorang yang mendapat makrifatullah sangat berbeza pemikirannya dengan orang Islam yang mempunyai tahapan syariat seperti kita kita ini. Saya lampirkan sedikit dialog mereka yang telah mencapai makrifatullah :-

Sunan Kalijaga :- ALLAH itu seumpama memainkan wayang
Syeikh Majagung :- ALLAH itu bukan disana atau disini tetapi ini
Syeikh Maghribi :- ALLAH itu meliputi segala sesuatu
Syeikh Bentong :- ALLAH itu bukan disana sini, ya, inilah
Sunan Giri :- ALLAH itu jauh tanpa batasan, dekat tanpa rabaan
Semoga saudara kalian akan terus mencari siapakah ALLAH yang mencipta kita.

PENTINGNYA MAKRIFATULLAH

Pentingnya Makrifatullah
 

Salam kepada semua pembaca HB, semoga anda semua sihat dan dibawah limpahan rahmat Allah. Kali ini ana ingin berkongsi satu bahan Materi Tarbiyah yang ana sudah sampaikan pada Halaqah Al-Fateh (level 1). Ini adalah sebagai rujukan khasnya kepada mutarabbi/ahli halaqah ana.

Sinopsisnya bahan ini adalah kerana Ahammiah Ma'rifatullahMakrifatullah atau mengenal Allah adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad'u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah s.w.t. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai "Rabb" kepada sekelian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah s.w.t.

Baiklah, seterusnya penerangan bahan ini, penerangan bahan ini adalah berdasarkan kepada rusmul bayan/ peta minda bahan yang terletak diatas. Peta minda bahan materi ini adalah untuk memudahkan kefahaman kita tentang bertapa pentingya mengenal Allah (makrifatullah).

Jadi penerangan ini juga ana ambil dari e-book materi tarbiyah yang mana bahan ini disusun oleh akhi Irwan Prayitno.(ikhwah indonesia)..jadi tulisan itu dalam bahasa indonesia, tapi insya Allah mudah difahami.. Moga bahan ini menjadi berkah...

Seorang ikhwah berkata;
kenapa kita perlu kenal Allah?..
dijawab,

Akhi...kita perlu kenal Allah sebab, kita dah banyak guna nikmat yang Allah berikan.. jadi kita perlu kenal siapa yang memberi nikmat tu selain itu juga adalah untuk menimbulkan rasa kagum, takut dan cinta pada Allah... ibaratnye.. jika kita bertembung dengan Pengarah Syarikat, tapi buat tak tahu, pastu panggil dia ''pak cik'' mestilah Pengarah tu marah... tapi kalau kita kenal, mesti kita hormat dia, panggil dengan nama yang mulia dan takut nak buat silap, bahkan akan dengar segala arahannye.... jadi samalah jika dibaratkan dengan mengenal Allah, Kalau kita kenal Allah,.. hmmm ana yakin pasti anta akan Cinta, Takut dengan azabNya, Dengar dan buat segala perintahNya, memanggil dan memuji ZatNya.....
kemudian dibalas,

......owhhhh... baru ana faham.... jadi memang penting kita kena kenal Allah.. jadi Makrifatullah ni perlu diketahui oleh setiap muslim yang meyakini Allah... hehehe... terima kasih akhi...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penerangan Bahan
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahammiah Ma'rifatullah
1. Kepentingan ilmu makrifatullah
Syarah:
Riwayat ada menyatakan bahawa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah) . Bermula dengan mengenal Allah,maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggungjawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Dalil:
47:19. Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila al-Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah ) adalah wajib.

3:18: Allah menyatakan bahawa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

22:72-73: Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliah atau kauniah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surah al-Hajj ayat 72-73: Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka : Hendakkah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu , iaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesunggguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut dan orang yang dituntut (sembah).

Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka.

39:67 : Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan Kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya kerana mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat.

2. Tema perbicaraan makrifatullah - Allah Rabbul Alamin
Syarah:
Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita fahami dari istilah al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandungi erti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surah An-Naas : 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.

Dalil:
13:16 : Katakanlah: Siapakah Rabb segala langit dan bumi ? Katakanlah : Allah. Katakanlah: Adakah kamu mengambil wali selain daripada-Nya, yang tiada manafaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat ? Katakanlah: Adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bahkan adakah bersamaan gelap dengan Nur (cahaya)? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka ? Katakanlah : Allah Allah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.

6:12: Katakanlah : Bagi siapakah apa-apa yang dilangit dan dibumi ? Katakanlah: Bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diri-Nya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman.

6:19: Katakanlah : Apakah saksi yang paling besar ? Katakanlah: Allah-lah saksi di antara aku dan kamu . Diwahyukan kepadaku al-Quran ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya al-Quran. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain ? Katakanlah: Aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah: hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan.

27:59: Katakanlah: Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan.

24:35: Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi

2:255 Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia Hidup dan Berdiri Menguasai seluruh isi bumi dan langit.

3. Didukung dengan dalil yang kuat:, 75: 14-15
Syarah:
Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian . Oleh kerana itu banyak fenomena alam yang disentuh oleh al-Quran diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu melihat, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakerawala ini adalah di bawah milik dan pentadbiran Allah s.w.t.

Dalil:
Naqli - 6:19: Allah menurunkan al-Quran kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia
Aqli - 3:190: Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir
Fitri - 7:172 : Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu ? Lalu diakuri

4. Dapat menghasilkan : peningkatan iman dan taqwa
Syarah:
Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah samada dalam bentuk qauliah mahupun kauniah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personaliti hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah syurga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diredhaiNya.

5. Kemerdekaan
6:82 : Orang-orang yang beriman dan tidak memcampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk.

6. Ketenangan
13:28 : Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingatlah (bahawa dengan mengingati Allah itu, tenteramlah segala hati.

7. Barakah
7:96: Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, nescaya kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu.

8. Kehidupan yang baik
16:97: Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki mahupun perempuan sedang dia beriman nescaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik

9. Syurga
10:25-26: Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan mereka akan menjadi penduduk tetap syurga Allah.

10. Mardhotillah:
98:8: Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah syurga Adne yang mengalir sungai di bawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya . Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah. Syurga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah.

Ada satu lagu nasyid yang dinyanyikan oleh Maher Zain bertajuk Open Your Eyes.. mengajak kita melihat ciptaan Allah dan mengenal pencipta.. maknanya makrifatullah lah.

Zikir 20 Sifatullah (Sifat Allah)

Ustaz Azhar Idrus -Pintu Taubat 1/7

Awaluddin Makrifatullah (Seawal-awal Agama Hendaklah Kamu Mengenal ALLAH

Awaluddin Makrifatullah (Seawal-awal Agama hendaklah kamu mengenal ALLAH



Dari Abu Ma’bad dari Ibni Abbas r.a. katanya; Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Muaz bin Jabal ketika baginda s.a.w. mengutusnya ke negeri Yaman. “ Sebenarnya engkau akan sampai kepada suatu kaum ahli kitab, kemudian apabila engkau menemui mereka, maka serukanlah mereka supaya mereka menyakini bahawa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan ALLAH dan bahawa sesungguhnya Nabi Muhammad ialah pesuruh ALLAH…..” [Maksud hadith riwayat Bukhari dan Muslim].

Dari hadith ini ulama tauhid menyimpulkan perkara asas di dalam agama ialah mengenal ALLAH “Awaluddin Makrifatullah” . Mengenal ALLAH ialah dengan mengimani bahawa ALLAH S.W.T. sahaja yang berhak disembah, tempat tumpuan kecintaan, matlamat pengabdian dan segala amalan yang dilakukan ditujukan semata-mata sebagai mentaati perintah ALLAH S.W.T.

AWALUDIN MA'RIFATULLAH- "Awal-awal agama ialah mengenal Allah."Paling wajib dan paling bermakna dalam kehidupan seseorang itu ialah apabila ia mempunyai agama. Ketamadunan dan kemuliaan hidup manusia itu diukur melalui agamanya. Sementara kemuliaan seseorang dalam beragama itu pula bergantung kepada sejauh mana dia kenal akan Tuhannya. Kalau seseorang itu tidak mengenali Tuhan yang menurunkan agama untuknya itu maka (akidah) itu tidak sah. Bagaimana bijak pum dia membaca ayat-ayat Tuhannya, tetapi kalau dia sendiri tidak kenal Tuhannya, ayat-ayat dibacanya itu sedikit pun tidak memberi apa-apa erti kepadanya. Dan taraf hidupnya juga tidak ubah seperti burung tiong yang pandai bersiul tetapi tidak tahu makna siulannya.

Justeru itu tugas untuk mengenali Allah bukan tugas yang ringan dan boleh diremeh-temehkan. Tugas mengenali Tuhan, adalah tugas zahir dan batin yang amat sulit dalam kehidupan manusia. Tugas mengenal Tuhanlah tugas yang berat sekali. Lantaran itu terbit Hadis yang bermaksud "Awal-awal agama itu mengenal Allah".

Kenapa susah untuk mengenali Tuhan? Ini keran Allah (Tuhan) itu tidak berbentuk, berhuruf (mempunyai) berwarna dan bertentangan dengan sifat-sifat zahir alam ini kerana ia berdiri di atas sifat "mukholafatuhulilhawadis" -Bersalahan dengan yang baharu.

Kenalilah diri dan lihatlah kepada anggota badan seperti mata yang dapat melihat, telinga yang boleh mendengar dan jari jemari yang dijadikan ALLAH khususnya cap ibu jari yang berbeza corak garisan dan tidak sama bagi setiap orang dan digunakan dalam kehidupan moden hari ini sebagai sumber rujukan pengenalan diri dan forensik sejak tahun 1896 yang diasaskan oleh Edward Richard Henry
[1850-1931].

Kebesaran dan keagungan ALLAH S.W.T. melalui Al-Quran yang diturunkan sejak lebih 1431 tahun yang lalu telah menjelaskan mengenai keunikan cap jari dalam Surah Al-Qiyamah, Ayat 4 dan 5 bermaksud: “Bahkan, Kami berkuasa menyusun jari jemarinya. Akan tetapi manusia itu suka melakukan dosa.” 

Mengikut Dr. Yusof al-Qardhawi: “Kepentingan ilmu kepada manusia amatlah besar kerana ia dapat menjadikan manusia itu kenal siapa dirinya dan penciptanya [ALLAH], mensyukuri nikmatNYA, membezakan halal dan haram dalam menjalankan kehidupan seharian dan sebagainya. Perasaan takut kepada ALLAH akan lahir disebabkan manusia kenal siapa dirinya dan ini mendorong beliau melaksanakan suruhan dan meninggalkan laranganNYA. – Fiqh Keutamaan Berasaskan Al-Quran dan Al-Sunnah. [Terjemahan ] Tradisi Ilmu Sdn. Bhd. [1999]

Oleh itu untuk mengenal ALLAH S.W.T. perlulah setiap diri menuntut ilmu daripada para ilmuan agama berkaitan ilmu tauhid [Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah dan Tauhid Asma' Wa Sifat] agar kita mendapat kefahaman yang betul terhadap ketuhanan ALLAH S.W.T.

Ada empat bidang ilmu yang paling penting yang wajib bagi kita ketahui dan memilikinya dalam usaha untuk berkenalan dengan Tuhan. Seandainya kita cari (amal dan pegang) dengan ilmu-ilmu ini, In sya Allah kita akan kenal, tahu dan mengerti tentang Tuhan dan Ketuhanan itu.

Ilmu-ilmu itu ialah:
1. Syariat
2. Tariqat
3. Hakikat
4. Ma'rifat

Perlu diingatkan untuk kita mengenali Allah dan berkenalan denganNya ia tidak seperti kita hendak mengenali kereta ataupun untuk mengenali sesama makhluk. Kerana Allah itu ghaib dan kita hanya boleh kenal pada Sifat, Asma, Afa'alNya sahaja, maka adalah tidak mungkin kita kenal Dia seperti kita mengenali makhluk. Justeru itu kita hanya boleh kenal pada Zat, Sifat, Asma, dan Afa,alNya, maka hendaklah kita mengetahui hal-hal itu terlebih dahulu. Tanpa mengenali keempat-empat bidang ilmu itu tidak mungkin kita ma'rifat dengan Allah dan juga berkenalan denganNya. Sepertilah juga kalau kita tidak mengetahui empat ilmu itu, kita tidak akan kenal Tuhan. Apakah kita sudah
mengetahui apa yang dikatakan Zat, Sifat, Asma' dan Afa'al itu? 

Kesimpulannya di sini jelas menunjukkan apabila kita sudah mengetahui akan segala ilmu ma'rifat itu, maka kita boleh berkenalan dengan Allah. Kita dapat mengetahui keseluruhan mengenai dirinya. Bukan itu sahaja bila kita sudah kenal dan berkenalan denganNya kita juga dapat berbicara denganNya. Bercakap-cakap, mengadu hal, minta tolong dan sebagainya. Bukankah Allah itu Allahusamad (Allah adalah tempat bergantung (meminta,memohon, mengharap.) -Al-Ikhlas.

Kalau ada orang mengatakan kita tidak dapat berkenalan dengan Allah, bercakap dengan Allah, berinteraksi, bermanja dan sebagainya. Bermakna orang itu masih belum mempunyai Tuhan. Kerana bagi orang yang mengaku adanya Tuhan (Allah) dia akan dapat berkenalan dengan Tuhannya (Allah) seperti mana dia dapat berkawan dan meminta pertolongan daripada kawan-kawannya sesama makhluk.

Mereka juga sudah tentu tidak pernah berjumpa dengan Hadis seperti mana yang tersebut di atas dan juga menafikan penegasan Allah sendiri yang berbunyi;
"Kerana itu ingatlah kamu kepadaKu, nescaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat).[Al-Baqarah : 152]

Kesimpulannya, kita boleh berkenalan dan mengenali Allah, malah perkara ini wajib dan merupakan fardhu ain bagi setiap umat Islam. Penemuan (kenal) dengan Allah ialah sebagai bukti bahawa kita (manusia) mempunyai Tuhan dan menjadi hamba kepadaNya, serta untuk menyatakan sumpah janji semasa di Alam Roh.

Makrifatullah (Mengenal Allah) Akan Mendatangkan Kebahagiaan dan Ketenangan Dalam Hidup

Makrifatullah (Mengenal Allah) Akan Mendatangkan Kebahagiaan dan Ketenangan Dalam Hidup


Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Makrifatulla atau mengenal Allah adalah perkara pertama yang harus disempurnakan oleh seorang muslim. Harus tertanam dalam hati dan sanubari kita bahawa Allah adalah 'Rabb' sekelian alam. Firman Allah S.W.T. maksudnya : "..dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Rabbmu (Tuhanmu)?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Surah al-A'raf ayat 172)  dan hadis nabi yang menyatakan bahawa jiwa manusia adalah fitrah.

Kayakinan ini harus bersandarkan kepada pelbagai dalil dan bukti yang kuat agar menghasilkan peningkatan iman dan takwa. Pengenalan kepada Allah S.W.T telah dikuatkan dengan banyak dalil. Beberapa dalil yang menguatkan kewujudan Allah S.W.T. tersebar di dalam dalil naqli. dalil aqli dan dalil fitri. Dalil-dalil ini akan menambah keyakinan kepada Allah S.W.T. dan keyakinan ini lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah S.W.T.

Mengapa kita perlu mengenal Allah S.W.T? Kerana dengan mengenal Allah kita akan mendapatkan banyak kebaikan di antaranya adalah peningkatan iman dan takwa. Di samping dengan mengenal Allah akan melahirkan ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik, serta di akhirat di balas dengan syurga Allah. Semua ini berakhir dengan keredaan Allah S.W.T.

Dengan mengenal Allah kita akan mengenal diri sendiri. Siapakan kita? Bagaimana kedudukan kita berbanding dengan makhluk-makhluk yang lain? Apakah sama misi hidup kita dengan binatang? Apakah tanggungjawab kita dan kemana akhir hidup kita? Semua pertanyaan ini akan terjawab secara tepat  setelah kita mengenal Allah sebagai Rabb dan Ilah Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Dengan mengenal Allah, kita akan mendapat banyak keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh itu sangatlah perlu kita mengenal Allah. Apabila al-Quran menggunakan ayat perintah (sighah amar) maka wajib bagi kita menyambut perintah tersebut.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Maka ketahuilah, bahawa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu  dan atas (dosa) orang-orang mukmin lelaki dan wanita. " (Surah Muhammad ayat 19)

Kata Rabb dalam al-Quran bererti bahawa Allah S.W.T sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah  mengandungi erti bahawa Allahlah yang Paling dicinati, yang Paling ditakuti dan sebagai sumber pengharapan

Tiga dalil menjelaskan kewujudan Allah S.W.T. adalah seperti berikit :

Pertama Dalil Naqli. (Dalil dalam al-Quran)

Begitu banyak dalili-dalil yang berada di dalam al-Quran menguatkan keberadaan Allah S.W.T sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara, Penguasa dan Pengatur alam semesta. Dalil naqli bererti rujukan yang berasal di dalam al-Quran. Allah S.W.T menjadikan Rasul Muhammad S.A.W. sebagai teladan dalam mengamalkan nilai-nilai al-Quran.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahawa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?" Katakanlah, "Aku tidak dapat bersaksi." Katakanlah, "Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)." (Surah al-An'am ayat 19)

Kedua Dalil Aqli (Bukti Rasional)

Selain dikuatkan oleh dalil naqli yang berasal dari al-Quran maka wujud Allah dapat dibuktikan melalui pendekatan akal atau rasional. Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang dan malam menjadi bukti bagi orang yang berakal. Al-Quran juga menjelaskan ciptaan-ciptaan Allah di bumi dan di langit serta kehebatan -kehebatan yang Allah miliki. Semuanya dapat diterima secara rasional.

Firman Allah S.W.T maksudnya ; "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pengantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal." (Surah Ali-Imran ayat 190)

Ketiga Dalil Fitri (Dalil Fitrah)

Kewujudan Allah S.W.T juga di akui secara fitrah oleh setiap manusia khususnya pengakuan Allah sebagai Rabb Pencipta alam semester. Hati nurani manusia yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran dapat mengarahkan individu untuk mengaku kewujudan Allah S.W.T.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : "..dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Rabbmu (Tuhanmu)?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Surah al-A'raf ayat 172)

Sahabat yang dimuliakan,
Apabila kita mengenal Allah dengan dalili-dalil yang kuat, maka hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah akan dekat dengan kita. Setiap ayat Allah akan menjadi bahan berfikir dan penambahan keimanan dan ketakwaan. Di sini akan menghasilkan hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Syurga adalah tempat abadi yang telah dijanjikan oleh Allah bagi yang telah diredai-Nya.

Hasil dari pengenalan kepada Allah adalah bertambahnya iman dan takwa sehinggakan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di antara kebahagiaan dunia adalah dapat memberikan ketenangan, memberi keamanan, mendapatkan kebebasan, memperolehi keberkatan, menjadi pemimpin dunia, mendapat kehidupan yang baik. Manakala kebaikan akhirat kita akan dimasukkan ke dalam syurga dan mendapatkan keredaan dari Allah.

Mengenal Allah S.W.T bererti menyerahkan dirinya dan semua urusannya kepada Allah. Dengan mengenal Allah akan timbul keyakinan kepada takdir dan menjadikan diri kita hanya bergantung kepada Tuhan semester alam. Dengan demikian kita menjadi bebas dari segala tuntutan hawa nafsu yang dapat membelenggu diri kita dan juga lepas dari segala ikatan yang membuat kita sangat bergantung dan menjadi tidak aman.

Mengenal Allah menjadikan diri kita aman kerana hanya kepada Allah saja kita bergantung. Keimanan tanpa mencampuradukkan keyakinan dengan yang lain membuat diri kita bebas dari belenggu keduniaan sehingga merasakan bebas dari segala sesuatu yang tidak perlu dipertuhankan dan mempertuhankan hanya kepada Allah S.W.T saja.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Orang-orang yang beriman tidak mencampur adukkan iman mereka denga kezaliman (syrik), mereka itulah orang-orang yang akan mendapat keamanana dan mereka itu adalah orang-orang mendapat petunjuk."
(Surah al-An'am ayat 82)

Mengenal Allah akan menuntut kita untuk ingat kepada-Nya melalui zikir dan mengerjakan ibadah. Ketenangan kita diperolehi  dengan mengingati-Nya. 

Firman Allah S.W.T maksudnya : Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah! hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Surah ar-Ra'd ayat 28)

Allah S.W.T akan melimpahkan keberkatan kepada sesiapa saja yang beriman dan bertakwa. Ini merupakan janji Allah. Iman dan takwa hanya diperolehi apabila kita cinta, kasih dan sentiasa mengingati Allah S.W.T , melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sahabat yang dikasihi,
Marilah sama-sama kita mengenal Allah S.W.T dalam ertikata yang sebenarnya. Mengenali sifat-sifat kesempurnaan Allah S.W.T. Jika hati dan jiwa kita sentiasa merasai bahawa Allah S.W.T. sentiasa memerhatikan dan megawasi seluruh kehidupan kita maka kita akan takut untuk melakukan dosa dan maksiat. Kerana janji Allah kepada mereka yang berdosa jika tidak bertaubat akan dimasukkan ke dalam neraka yang amat azab sekali, begitu juga janji Allah S.W.T akan mengurnikan balasan syurga kepada sesiapa yang beramal soleh dan sentiasa mentaat-Nya ketika hidup di dunia yang fana ini.