Ahad, 29 Disember 2013

Maher Zain - Mawlaya (Arabic) | Vocals Only Version (No Music) (+playlist)

Kisah Perjuangan Bilal bin Rabah Radhiallahu ‘anhu

Kisah Perjuangan Bilal bin Rabah Radhiallahu ‘anhu
Gambar hiasan
Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.

Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.

Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”

Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”

Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :

Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti
Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil
Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah
Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.

Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alalfalaahi…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.

Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.

Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..

Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”

AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.

Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..Bilal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Disalin dari Biografi Ahlul Hadits, yang bersumber dari Shuwar min Hayaatis Shahabah, karya Doktor ‘Abdurrahman Ra’fat Basya
Artikel www.KisahMuslim.com

Maher Zain - Assalamu Alayka (Arabic) | Vocals Only Version (No Music)

Rabu, 27 November 2013

A MUSLIM MAN WAS CHELLENGED BY A NON MUSLIM.

THE NON-MUSLIM ASKED THE MUSLIM 3 QUESTIONS.
Gambar hiasan saja
1.       If all things happen by the will of Allah then why do people hold man responsible for his actions?
2.       If syaitan is made from fire, then what’s the point of putting him in fire as punishment, how will it hurt him?
3.        If you can’t see Allah then why believe in Him?
4.       The Muslim man grabbed a rock of soil and threw it at the non-Muslim’s face. Therefore, the non-Muslim became angry and took the Muslim to court,
5.       The judge asked: Why did you throw the rock at him? The Muslim asid: It was my reply to his questions ! The judge asked “How is that?’’
6.       The Muslim replied “The answer to the first question is that I threw the rock with the will of Allah so why are holding me responsible?

7.       The answer to the second questions is that the rock is made from soil and you are made from soil so did it not hurt you? And the answer to the third question is that you cannot see pain but why do you believe in it?

AnTaRa SiFaT TeRpUji

Gambo hiasang aje laa
1. Taubat ertinya meninggalkan segala perbuatan tercela yang telah dikerjakannya dengan niat kerana membesarkan Allah s.w.t. 

2. Khauf ertinya takutkan Allah s.w.t, takutkan kemurkaanNya dengan memelihara diri dari melakukan perkara-perkara yang ditegah.

3. Zuhud ertinya bersih atau suci hati dari berkehendakkan lebih dari keperluannya serta tidak bergantung kepada makhluk lain. Hatinya sentiasa mengingati bahawa harta yang dimilikinya adalah sebagai amanah dari Allah.

4. Sabar ertinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan.

5. Syukur ertinya menyedari bahawa semua ni'mat yang diperolehinya baik yang lahir mahupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa gembira dengan ni'mat itu
serta bertanggungjawab kepada Allah.

6. Ikhlas ertinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana
tujuan lain.

7. Tawakal ertinya berserah diri kepada Allah dalam melakukan sesuatu rancangan.

8. Mahabbah ertinya kasihkan Allah dan hatinya sentiasa cenderung untuk berkhidmat dan beribadat kepadaNya serta bersungguh-sungguh menjaga diri dan jauhkan dari melakukan maksiat.

Moga ada manfaat.

9 SURAH AL QURAN - MUSNAH SEL KANSER


Lapan surah ini diamalkan dan dibaca untuk memusnahkan sel-sel barah kanser. Jika pesakit dapat membacanya lagi baik. Jika tak terdaya atau kurang baik bacaannya maka boleh minta suami, ayah, ibu atau orang lain membaca untuknya. Selok-eloknya sebelum memulakan bacaan surah di bawah:

1. Istighfar 10x. 
2. Salawat Nabi 10x. 
3. Al-Fatihah 1x. 
[Sediakan sebotol secukupnya air yang bersih lagi suci dan setiap kali habis surah dibaca, ditiupkan kepada air. Pesakit dinasihat minum air bacaan tiap-tiap hari dan sapu/mandi pada anggota yang kena barah kanser. InsyaAllah kerana sakit dan sembuh semua kekuasaanNya. 

1. Surah Al Maidah (Ayat 82-91). 
2. Surah Al Araf (Ayat 70-81). 
3. Surah Ar Ra'd (Ayat 16-28). 
4. Surah Al Anbiyaa' (Ayat 38-50). 
5. Surah Asy Syu'ara (Ayat 185-227). 
6. Surah Az Zummar (Ayat 42-52). 
7. Surah Ghafir (Ayat 67-77). 
8. Surah Az Zukhruf (Ayat 52-70). 

Kepada pembaca tolong sebarkan kepada ahli keluarga dan saudara yang sedang mengidap penyakit kanser. Semoga dengan menolong mereka yang sakit, akan juga mendapat pahala dari bacaannya serta pahala kerana menolong sesama hamba yang benar-benar memerlukan pertolongan dan penyembuhan dari-Nya.

WaHai AnAk-AnAkku JAGAlah SoLat, JaGaLah SoLaTmu

Kisah sebuah keluarga Ahlullah.
Gambar hiasan saje ...
Sepasang suami isteri selalu mendidik anak mereka bahawa yang memberi rezeki ialah Allah. Sebelum makan, mereka akan menyuruh anak mereka mendirikan solat 2 rakaat memohon kepada Allah agar diberikan rezeki. Setiap petang apabila pulang dari sekolah, ibunya akan menyuruh anaknya bersolat 2 rakaat terlebih dahulu seperti biasa. Inilah kebiasaan yang anak itu akan lakukan selama beberapa tahun.

Suatu ketika, pada hari pertama, anak mereka pulang dari sekolah dan bersolat 2 rakaat. Selepas solat, anak tersebut membuka tudung saji dan nampak makanan yang telah disediakan ibunya lalu terus makan.

Pada hari kedua, selesai solat, anak itu membuka tudung saji tetapi tiada makanan. Lalu dia pergi ke periuk, di situ ada makanan yang telah disediakan ibunya lalu dia pun terus makan.

Pada hari ketiga, selepas selesai solat, anak itu tidak menjumpai makanan bawah tudung saji dan dalam periuk. Tapi ibunya telah tinggalkan di dalam kabinet dapur. Lalu dia pun terus makan.

Begitulah yang berlaku selama beberapa tahun. Tapi Allah nak tarbiah anak ini. Pada hari berikutnya, si ibu bergegas menghadiri pengkebumian saudaranya dan terlupa untuk memasak makanan anaknya.

Selepas saudaranya itu dikebumikan, si ibu bergegas pulang dan di dapati anaknya sedang menunggu di depan pintu sambil tersenyum. Lalu anaknya pun berkata, "Sedap betul lauk ibu masak, tak pernah rasa masakan ibu yang paling sedap macam hari ni."

Ibunya terdiam lalu bertanya apa telah terjadi.

Si anak menjawab, "Saya pulang dari sekolah, selepas solat saya turun makan check tudung saji takda makanan. Check kat periuk pun takda. Check kat kabinet dapur pun takda. Saya rasa solat saya tadi banyak cacat cela lalu saya bersolat sekali lagi. Selepas tu saya check masih takda makanan kat semua tempat tadi. Mungkin solat saya masih Allah belum terima sebab sebelum ni takda problem pun. Saya pun solat lagi sekali untuk kali ketiga, perbaiki supaya lebih khusyuk dan mohon kepada Allah. Apabila saya turun, makanan telah terhidang di atas meja dan lauk dia yang paling best pernah saya rasa."

Ibunya masih dapat mencium bau lauk yang wangi itu yang masih melekat dari mulut anaknya.

Orang alim bagitau, makanan tersebut Allah hantar cash dari syurga. Ibunya dikisahkan pergi juga ke dapur tapi tiada apa-apa yang dilihat. Ganjaran tersebut hanya untuk si anak.

Apabila keyakinan kepada Allah 100%, maka di situlah bantuan Allah sampai melalui perantaraan solat seperti yang berlaku pada zaman Nabi s.a.w dan para sahabat r.hum dulu.

Firman Allah, "Dan perintahkanlah keluargamu serta umatmu mengerjakan solat, dan hendaklah engkau tekun bersabar menunaikannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan (ingatlah) kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."

Taha 20:132 - Hanya Allah Maha Mengetahui.

Credit To Aji Yusop

Isnin, 18 November 2013

Ilmu Warisan Nasihat Keturunan Rasulullah – Pondok Habib

Gambar Galaksi dari Teleskop Hubble dan Mata Manusia
Diceritakan bahawa ada seorang murid yang telah tamat pengajian dengan seorang guru. Maka sebelum ia berangkat pulang ke kampung halaman, si murid meminta tawsiyah (pesanan) dari gurunya tentang bagaimana harus ia lakukan ketika menghadapi godaan nafsu & syaitan.

Si guru berfikir kemudian menjawab dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dia menjawab soalan muridnya itu dengan melontarkan soalan: “Anakku, cuba bayangkan jika engkau diundang untuk bertamu di rumah seseorang. Ketika engkau tiba di depan pintu rumahnya, kau mendapati ada seekor anjing sedang menghalang engkau dari memasuki rumah itu. Katakan kepadaku apa yang akan engkau perbuat dengan anjing itu pada ketika itu?”

Jawab si murid: “Akan aku ambil batu dan lempar ke arah anjing itu agar aku mengusirnya”.

Tanya gurunya lagi: “Tapi jika setelah itu, dia datang lagi di hadapan pintu itu?” “Akan aku lempar lagi dengan batu yang kedua” jawabnya. Dan setiap kali gurunya bertanya soalan itu, dia memberikan jawapan yang sama.

Maka sang guru pun berkata: “Kalau begitu, engkau akan menghabiskan masa dengan melempar batu dan anjing itu akan tetap kembali lagi. Engkau akan tertinggal jamuan yang engkau diundang kepadanya oleh si tuan rumah.” Dengan kehairanan, muridnya pun bertanya: “Kalau begitu, bagaimana yang harus aku lakukan pada menurutmu, wahai guruku?”

Dengan tenang si guru memberikan suatu penyelesaian yang tidak terfikir oleh si murid tadi: “Bukankah anjing itu kepunyaan tuannya? Kenapa tidak engkau memanggil si tuan rumah untuk mengusir anjingnya itu. Si anjing pasti akan segera patuh kepada perintah tuannya tanpa perlu engkau bersusah payah mengusirnya dengan daya usahamu”.

Si murid termenung sejenak memikirkan jawapan gurunya. Gurunya menerangkan: “Begitulah hendaknya engkau ketika berhadapan dengan godaan nafsu dan syaitan. Nafsu & syaitan itu adalah ibarat anjing tadi. Ketika engkau sudah diundang untuk bertaubat kepada Allah, engkau akan mendapatkan anjing syaitan dan nafsumu di depan pintu rahmat Tuhanmu. Janganlah kau menghabiskan segenap tenaga untuk mengusir godaan-godaan itu. Mohonlah kepada Allah Yang Maha Menciptakan syaitan dan nafsumu itu agar diusir mereka, dan engkau akan dengan mudah dapat memasuki ke pintu rahmat dan keampunan Allah dengan pertolongan Allah سبحانه وتعالى. Itulah jawapanku bagi soalanmu tadi.”

Terima kasih, Guru!

Cerita di atas ini dipetik dari pengajian ringkasan Kitab Ihya’ yang disampaikan oleh Tuan Guru Al-Habib Umar Bin Hafiz.

http://malaysianreview.com/22695/ilmu-warisan-nasihat-keturunan-rasulullah-pondok-habib/

Rabu, 13 November 2013

Rasulullah (+playlist)

http://www.youtube.com/v/FEVYGRiay3c?list=PLFD3DC17E52996734&version=3&attribution_tag=OFl0jRB9V9wzjHqP1wxPYg&autoplay=1&showinfo=1&feature=share&autohide=1

Edcoustic - Muhasabah Cinta (+playlist)

http://www.youtube.com/v/s4SnJLOwVxY?list=RDVSuMXg2Z3Cc&version=3&attribution_tag=xhKcdYvNl2ba30Zncx__TQ&autoplay=1&feature=share&autohide=1&showinfo=1

Jumaat, 1 November 2013

MeNciUm TaNgAn

Mencium Tangan-Posted by: Habib Ahmad 

Beberapa dalil tentang mencium tangan, kaki dan perut Nabi; juga mencium tangan Ahlul Bait dan Ulama pewaris Nabi saw. Dari sini bahwasanya BOLEH mencium tangan seseorang yang mempunyai kelebihan dalam agama baik karena ilmunya, zuhudnya, wara’nya, keshalehannya, keturunannya.

Beberapa Hadits Nabi

“Dari Ummu Aban binti al-Warra’ bin Zarra’ dari kakeknya radliyallahu ‘anhum; dan kakeknya merupakan salah satu delegasi Abdul Qais (yang mendatangi Nabi). Kakeknya Ummu Aban berkata: Saat kita sampai di Madinah, kami berlarian dari kendaraan kita untuk mencium kedua tangan dan kaki Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR Bukhori).

“Dari Sayyidina Jabir radliyallahu ‘anhu bahwasanya Umar radliyallahu ‘anhu mencium tangan Nabi” (HR al-Hafizh Ibn al-Muqri)

“Dari Sayyidina al-Wazza’ bin ‘Amir radliyallahu ‘anhu berkata: sewaktu kita tiba (ke Madinah), maka dikatakan kepada kami bahwa dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami mengambil kedua tangan dan kakinya lalu kami menciumnya” (HR Bukhori).

“Dari Sayyidina Hibban bin Wasi’ dari pembesar-pembesar kaumnya radliyallahu ‘anhum, bahwasanya sewaktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meluruskan barisan pada waktu perang Badar dan pada tangan beliau sebuah kendi, lalu beliau melewati Sawwad bin Ghuzayyah dan melukai perut Sawwad (tidak sengaja -red.-). Maka Sawwad berkata: Anda telah melukai saya maka berilah saya balasan! Kemudian Nabi membuka bajunya, lalu Sawwad memeluk Nabi dan mencium perutnya, lalu Nabi mendoakan bagi Sawwad agar mendapat kebaikan” (HR Ahmad).

“Dari Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari; bahwasanya Abi Lubabah dan Ka’b bin Malik dan kedua temannya radliyallahu ‘anhum mencium tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Allah memberikan taubat kepada mereka” (Fathul Bari 48/11).

“Dari Ibn Jud’an, Tsabit berkata kepada Anas: Apakah anda memegang Nabi dengan tangan anda? Anas berkata: Iya! Maka Tsabit mencium tangan Anas” (HR Bukhori)

“Dari asy-Sya’bi: Bahwasanya Zaid bin Tsabit radliyallahu ‘anhu menyalatkan jenazah, lalu mendekatlah kepada Zaid keledai miliknya untuk dinaikinya. Kemudian datanglah ‘Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhu sambil menuntun keledai Zaid. Berkatalah Zaid kepadanya: Lepaskanlah wahai sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Ibn ‘Abbas malah menjawab: Beginilah kami diperintahkan untuk berbuat baik kepada para Ulama dan Pembesar (agama). Lalu tiba-tiba Zaid mencium tangan Ibn ‘Abbas dan berkilah: Beginilah kami diperintah untuk berbuat baik kepada Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR Hakim).

“Dari Shuhaib berkata: Saya melihat Ali mencium tangan dan kedua kaki al-’Abbas” (HR Bukhori).

Dalil Amalan para Salafus Salih

“Al-’Asqalani berkata: Imam Nawawi berkata: mencium tangan seseorang karena zuhudnya, keshalehannya, ilmunya, kemuliaannya, ataupun semacamnya yang berhubungan dengan urusan agama; tidak dimakruhkan malah disunatkan. Tetapi apabila mencium tangan karena kekayaannya, kekuasaannya, pengaruhnya diantara ahli Dunia maka itu adalah makruh yang sangat-sangat makruh!” (Fathul Bari 48/11).

“Al-Safarini al-Hanbali berkata: Abul Ma’ali berkata di Syarhu Hidayah: Mencium tangan seorang ulama, yang mempunyai kemuliaan karena agamanya maka itu adalah boleh. Dan aku telah mengetahu bahwasanya para shahabat selalu mencium tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti yang telah disebutkan dalam Hadits Ibn Umar radliyallahu ‘anhum ketika beliau pulang dari perang Mu`tah” (Gidzaul Albab 287/1).

“Imam Malik Berkata: Apabila mencium tangan seseorang karena membesarkan dan mengagungkan maka itu adalah makruh. Tetapi apabila karena untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk agamanya, ilmunya, kemuliaannya maka itu adalah boleh” (Fathul Bari 84/11).

“Ibn ‘Abidin al-Hanafi berkata: Tidak apa-apa mencium tangan seseorang yang berilmu dan wara’ karena untuk mencari berkah, malahan itu adalah sunat” (Hasyiyah Ibn ‘Abidin 254/5).

Wallahu a’lam.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Allah Yaa Nur - Opick

MENUJU MAKRIFATULLAH

Menuju Makrifatullah - OLEH: AGUS MUSTOFA

PUNCAK perjalanan zikir adalah makrifatullah. Yakni, tersingkapnya tabir batin atau hijab jiwa yang menutupi hati kita dari “Sumber Segala Ilmu Pengetahuan”. Istilah makrifat bermakna “pengetahuan”,  berasal dari kata arafa yang bermakna “mengetahui”. Di level ini seorang ahli zikir telah mencapai suatu kondisi terbukanya mata batin, sebagaimana dialami oleh para wali, nabi, dan rasul.

Para wali, nabi, dan rasul itu awalnya pun adalah orang-orang yang berusaha “mencari” Tuhan, Sang Sumber Pengetahuan yang bersifat abadi, yang menggenggam segala rahasia kehidupan. Dalam segala levelnya, sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Ibrahim sang peletak dasar tauhid, Nabi Musa sang kalimullah, dan Nabi Muhammad sang penyempurna risalah.

Setiap manusia membawa fitrah keilahian, di mana ia merindukan keabadian, yang hanya dimiliki Sang Khaliq. Karena itu, setiap kita, ingin berinteraksi dengan Asal Usul eksistensi kita itu. Yaitu, Sang Maha Eksistensi yang menjadi sumber segala keberadaan. Orang jawa menyebutnya sebagai ilmu Sangkan Paraning Dumadi alias “asal-usul segala eksistensi”.

Zikir adalah skill praktis yang akan membawa seseorang mencapai tingkat makrifatullah, yang tidak bisa dicapai secara teoritis belaka. Harus dipraktekkan, sampai merasakan dan mengalami sendiri berinteraksi dengan Sang Maha Nyata. Yang saking nyatanya, sampai-sampai tidak terlihat oleh mata dan panca indera lainnya.

Ibarat “sang waktu” yang sedemikian nyata membelenggu realitas, sampai-sampai kita tidak bisa mengamati wujudnya. Dan, hanya bisa merasakan keberadaannya. Sebab, yang kita amati pada jam dinding itu bukanlah sang waktu, melainkan sekadar pergerakan jarum yang kita buat sendiri untuk dijadikan “penanda” dinamika waktu. “Sang Waktu” sendiri tak pernah menampakkan diri. Toh, kita percaya akan adanya.

Demikianlah Sang Maha Nyata. Dia jelas-jelas ada dan bisa kita rasakan keberadaan-Nya. Tetapi, tak pernah menampakkan Diri-Nya, kecuali hanya dalam bentuk tanda-tanda pada segenap ciptaan-Nya, yang bisa kita pikirkan secara ilmiah. Dan kemudian kita rasakan kehadiran-Nya dengan sepenuh jiwa.

Hanya orang-orang yang jiwanya bersih, serta ingin bertemu dengan-Nya sajalah yang bakal ditemui-Nya. Tidak dalam wilayah yang fisikal, melainkan dalam wilayah spiritual. Tidak dalam tataran objektif, melainkan dalam tataran subjektif.

Kenapa demikian? Ya, karena Sang Maha Perkasa itu bukanlah “objek”, melainkan “subjek”, Yang Maha Berkehendak untuk melakukan apa pun, tanpa harus mengikuti kehendak siapa pun. Sehingga, adalah wajar jika Dia tidak akan menemui orang-orang yang tinggi hati, yang sejak awal sudah tidak menganggap eksistensi-Nya ada. Untuk apa menemui orang-orang yang memang tidak ingin bertemu dengan-Nya? Dia hanya akan menemui orang-orang yang memang merindukan-Nya.

Tanda-tanda keberadaan-Nya sudah dihamparkan di seluruh penjuru alam semesta. Juga di segenap peristiwa yang dilaluinya. Tetapi hati yang tertutup, tetap saja akan tertutup, dan tidak bisa merasakan keberadaan-Nya. Karena, dia memang tidak mempedulikan-Nya.

QS Yusuf (12): 105, “Dan (sebenarnya) banyak sekali tanda-tanda (eksistensi Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka berpaling darinya.”

Sementara bagi orang-orang yang merindukan-Nya, realitas yang sama bisa bermakna berbeda. Ke manapun mereka menghadapkan wajah, mereka selalu bertemu dengan Tuhannya. Dalam segenap realitas. Di segala peristiwa. QS Al Baqarah (2): 115, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Itulah para ahli zikir, yang setiap saat jiwanya terisi oleh keberadaan Tuhannya. Sejak terbangun dari tidurnya, menjalankan aktivitas keseharian, sampai kembali beristirahat di malam harinya. Nama dan sifat-sifat Allah selalu bergema di seluruh pendengaran dan horison penglihatannya. Menggetar-getarkan jiwanya. Setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari Allah, Sang Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. Karena, dia sudah membuktikan dan merasakan sendiri bahwa Allah memang telah meliputi hamba-hamba-Nya, beserta segala ciptaan-Nya.

Allah sudah meliputi segala yang dipikirkannya, semua yang dirasakannya, seluruh ucapan-ucapannya, tingkah lakunya, bahkan hembusan napas dan denyut jantungnya, aliran darah dan desir kelenjar-kelenjar tubuhnya, serta bertriliun-triliun sel yang menjadi penyusun badannya. Allah telah meliputi seluruh eksistensinya, kesadarannya. Maka, apa pun yang dia lihat dan dia dengar telah menjadi bukti keberadaan Allah, Sang Penguasa jagat semesta.

Itulah sebabnya, bagi seorang ahli zikir, seluruh alam semesta ini sedang bertasbih bersamanya, persis seperti yang dikemukakan Allah di dalam firman-firman-Nya.

QS. Al Israa’ (17): 44. “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi (kebanyakan) kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”

Orang yang sudah mencapai tingkatan ahli zikir, tidak hanya melakukan zikir bil lisan (hanya dengan ucapan) atau zikir bil ‘ilmi (sekadar dengan pemahaman), melainkan sudah zikir bil fi’li (dengan perbuatan). Dia telah menceburi sifat-sifat Allah dalam perbuatan nyata. Ucapan, pemahaman, dan perbuatannya sudah menyatu dengan realitas alam semesta yang semuanya memang sedang ber-zikir bil fi’li kepada Allah. Mulai dari benda-benda langit yang maharaksasa di makrokosmos, sampai partikel-partikel kuantum yang sedemikian halus di mikrokosmos, dengan segala peristiwa yang menyertainya.

Dalam kondisi seperti itu, seorang hamba disebut telah sedemikian dekatnya dengan Allah yang memang meliputi segalanya. Jiwanya telah melebur ke dalam sifat-sifat Allah. Sehingga, apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang menggambarkan sifat Allah itu sendiri. Dia telah melihat dengan penglihatan Allah, mendengar dengan pendengaran Allah, berucap dengan ucapan Allah, dan berbuat dengan perbuatan Allah. Begitulah sebuah hadits qudsi menggambarkan. Atau, dalam konteks peperangan yang diceritakan Alquran berikut, Allah berfirman begini:

QS Al Anfaal (8): 17. “Maka bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allahlah yang membunuhnya. Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melontarkan (senjata), melainkan Allah-lah yang melontarkannya. (Yang demikian itu) untuk memberi kemenangan kepada orang-orang beriman (atas orang-orang yang ingkar) dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Akhirnya, di pengujung Ramadan yang penuh hikmah ini kita semua berdoa dengan penuh harap kepada Allah, semoga Dia berkenan membimbing kita di jalan yang diridai-Nya. Yaitu, jalannya para ahli zikir, yang mengantarkan kita untuk bertemu dengan-Nya dalam segala aktivitas yang kita jalani. Selamat menyongsong datangnya hari yang fitri esok hari. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna waminkum, taqabbal yaa kariim. Wallahu a’lam bissawab. (*/zal/k1/habis).

Makrifatullah, Satu Penjelasan

Makrifatullah, Satu Penjelasan - by TenteraAngin


Bismillahirrahmanirrahim

Dengan nama ALLAH, yang menjadikan alam, yang menjadikan udara, yang menjadikan nafas. Bagaimana hidup kalian semua? Harap sering di dalam pelukan yang Esa. Satu persoalan yang akan saya lontarkan kepada saudara. Seberapa manakah anda semua mengenali pencipta anda ?

Mungkin ini adalah jawapan yang kita akan terima … “ALLAH adalah Tuhan yang menciptakan sekalian makhluk, yang tiada zat selain darinya, bersifat Kamil dan terhindar dari sebarang kekurangan, yang mempunyai nama namaNya yang agung.  Terima kasih saya ucapkan. Ini adalah suatu jawapan umum kepada semua umat Islam.

Namun, makrifatullah ataupun mengenali ALLAH masih lagi jauh dan dalam pengertiannya. Sekiranya anda semua berminat untuk mengenali ALLAH dengan lebih lanjut, topik makrifatullah kali ini mungkin akan menjawab serba sedikit persoalan anda.

Sebelum memasuki makrifatullah, seseorang hendaklah mengenali diri dia sendiri. Mengenali diri sendiri bukanlah sesuatau yang mudah. Ia memakan masa dan mempunyai teknik teknik tersendiri dalam melaksanakan proses mengenali diri sendiri. Untuk mengenali diri sendiri, seseorang perlu tahu apakah yang dia telah miliki dari pandangan zahirnya.

Kita akan buat satu contoh bagaimana teknik untuk mengenal diri. Kunci pada teknik mengenal diri ini adalah persoalan “Mengapa”. Sebagai contoh kita akan menggunakan tangan. Mengapa ALLAH memberikan aku tangan? mungkin untuk digunakan dalam kehidupan harian seperti membasuh baju, memegang barang dan sebagainya. Mengapa ALLAH ingin aku memegang barang, membasuh baju dan sebagainya? Supaya manusia mampu mengurus dirinya dan dapat menjalankan hidup yang sihat dan sempurna. Mengapa perlu untuk mengurus diri dan menjalankan hidup yang sempurna ? Kerana ia adalah sesuatu yang dituntut dari Islam untuk hidup yang bersih. Mengapa Islam menuntut hidup yang bersih? Supaya kita dapat terhindar dari penyakit. Kenapa kita perlu terhindar dari penyakit?. Sebab badan kita adalah hak ALLAH dan wajib bagi kita menjaganya. Mengapa perlu menjaga Hak ALLAH ?…

  
Dan apabila proses itu telah sampai kepada tahap ketuhanan, disaat itulah proses makrifatullah akan mengambil tempat. Bila soalan yang saudara tanya sendiri kemudian saudara sendiri tidak mampu menjawab, itulah tandanya bahawa saudara sedang beralih kepada proses Makrifatullah yang mana menuntut saudara untuk berguru kepada guru yang mursyid.

Di dalam ajaran Sufi, terdapat 4 hijab yang menyebabkan kita telah terpisah untuk mengenali ALLAH dengan mudah. Hijab tersebut bolehlah dikategorikan kepada hijab jiwa, dunia, nafsu dan syaitan.

Ini telah dibuktikan didalam ayat Al Quran

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-bena tehijab dari (melihat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka”
(Al-Muthaffifin: 15-16)

Dan apabila seseorang telah memecahkan hijabnya, dan telahpun mengenal diri mereka sendiri, iaitu mengenali aku di dalam aku, dia sedikit lagi ingin mencapai tahap makrifatullah. Di saat ini, pendamping, Para Malaikat, dan para Nabi akan meninggalkan anda, yang mana ALLAH sendiri akan membimbing anda secara terus tanpa hijab kerana anda telahpun memecahkan hijab anda. Situasi seseorang yang mendapat makrifatullah sangat berbeza pemikirannya dengan orang Islam yang mempunyai tahapan syariat seperti kita kita ini. Saya lampirkan sedikit dialog mereka yang telah mencapai makrifatullah :-

Sunan Kalijaga :- ALLAH itu seumpama memainkan wayang
Syeikh Majagung :- ALLAH itu bukan disana atau disini tetapi ini
Syeikh Maghribi :- ALLAH itu meliputi segala sesuatu
Syeikh Bentong :- ALLAH itu bukan disana sini, ya, inilah
Sunan Giri :- ALLAH itu jauh tanpa batasan, dekat tanpa rabaan
Semoga saudara kalian akan terus mencari siapakah ALLAH yang mencipta kita.

PENTINGNYA MAKRIFATULLAH

Pentingnya Makrifatullah
 

Salam kepada semua pembaca HB, semoga anda semua sihat dan dibawah limpahan rahmat Allah. Kali ini ana ingin berkongsi satu bahan Materi Tarbiyah yang ana sudah sampaikan pada Halaqah Al-Fateh (level 1). Ini adalah sebagai rujukan khasnya kepada mutarabbi/ahli halaqah ana.

Sinopsisnya bahan ini adalah kerana Ahammiah Ma'rifatullahMakrifatullah atau mengenal Allah adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad'u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah s.w.t. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai "Rabb" kepada sekelian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah s.w.t.

Baiklah, seterusnya penerangan bahan ini, penerangan bahan ini adalah berdasarkan kepada rusmul bayan/ peta minda bahan yang terletak diatas. Peta minda bahan materi ini adalah untuk memudahkan kefahaman kita tentang bertapa pentingya mengenal Allah (makrifatullah).

Jadi penerangan ini juga ana ambil dari e-book materi tarbiyah yang mana bahan ini disusun oleh akhi Irwan Prayitno.(ikhwah indonesia)..jadi tulisan itu dalam bahasa indonesia, tapi insya Allah mudah difahami.. Moga bahan ini menjadi berkah...

Seorang ikhwah berkata;
kenapa kita perlu kenal Allah?..
dijawab,

Akhi...kita perlu kenal Allah sebab, kita dah banyak guna nikmat yang Allah berikan.. jadi kita perlu kenal siapa yang memberi nikmat tu selain itu juga adalah untuk menimbulkan rasa kagum, takut dan cinta pada Allah... ibaratnye.. jika kita bertembung dengan Pengarah Syarikat, tapi buat tak tahu, pastu panggil dia ''pak cik'' mestilah Pengarah tu marah... tapi kalau kita kenal, mesti kita hormat dia, panggil dengan nama yang mulia dan takut nak buat silap, bahkan akan dengar segala arahannye.... jadi samalah jika dibaratkan dengan mengenal Allah, Kalau kita kenal Allah,.. hmmm ana yakin pasti anta akan Cinta, Takut dengan azabNya, Dengar dan buat segala perintahNya, memanggil dan memuji ZatNya.....
kemudian dibalas,

......owhhhh... baru ana faham.... jadi memang penting kita kena kenal Allah.. jadi Makrifatullah ni perlu diketahui oleh setiap muslim yang meyakini Allah... hehehe... terima kasih akhi...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penerangan Bahan
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahammiah Ma'rifatullah
1. Kepentingan ilmu makrifatullah
Syarah:
Riwayat ada menyatakan bahawa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah) . Bermula dengan mengenal Allah,maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggungjawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Dalil:
47:19. Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila al-Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah ) adalah wajib.

3:18: Allah menyatakan bahawa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

22:72-73: Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliah atau kauniah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surah al-Hajj ayat 72-73: Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka : Hendakkah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu , iaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesunggguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut dan orang yang dituntut (sembah).

Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka.

39:67 : Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan Kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya kerana mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat.

2. Tema perbicaraan makrifatullah - Allah Rabbul Alamin
Syarah:
Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita fahami dari istilah al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandungi erti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surah An-Naas : 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.

Dalil:
13:16 : Katakanlah: Siapakah Rabb segala langit dan bumi ? Katakanlah : Allah. Katakanlah: Adakah kamu mengambil wali selain daripada-Nya, yang tiada manafaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat ? Katakanlah: Adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bahkan adakah bersamaan gelap dengan Nur (cahaya)? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka ? Katakanlah : Allah Allah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.

6:12: Katakanlah : Bagi siapakah apa-apa yang dilangit dan dibumi ? Katakanlah: Bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diri-Nya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman.

6:19: Katakanlah : Apakah saksi yang paling besar ? Katakanlah: Allah-lah saksi di antara aku dan kamu . Diwahyukan kepadaku al-Quran ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya al-Quran. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain ? Katakanlah: Aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah: hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan.

27:59: Katakanlah: Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan.

24:35: Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi

2:255 Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia Hidup dan Berdiri Menguasai seluruh isi bumi dan langit.

3. Didukung dengan dalil yang kuat:, 75: 14-15
Syarah:
Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian . Oleh kerana itu banyak fenomena alam yang disentuh oleh al-Quran diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu melihat, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakerawala ini adalah di bawah milik dan pentadbiran Allah s.w.t.

Dalil:
Naqli - 6:19: Allah menurunkan al-Quran kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia
Aqli - 3:190: Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir
Fitri - 7:172 : Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu ? Lalu diakuri

4. Dapat menghasilkan : peningkatan iman dan taqwa
Syarah:
Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah samada dalam bentuk qauliah mahupun kauniah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personaliti hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah syurga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diredhaiNya.

5. Kemerdekaan
6:82 : Orang-orang yang beriman dan tidak memcampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk.

6. Ketenangan
13:28 : Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingatlah (bahawa dengan mengingati Allah itu, tenteramlah segala hati.

7. Barakah
7:96: Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, nescaya kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu.

8. Kehidupan yang baik
16:97: Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki mahupun perempuan sedang dia beriman nescaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik

9. Syurga
10:25-26: Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan mereka akan menjadi penduduk tetap syurga Allah.

10. Mardhotillah:
98:8: Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah syurga Adne yang mengalir sungai di bawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya . Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah. Syurga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah.

Ada satu lagu nasyid yang dinyanyikan oleh Maher Zain bertajuk Open Your Eyes.. mengajak kita melihat ciptaan Allah dan mengenal pencipta.. maknanya makrifatullah lah.

Zikir 20 Sifatullah (Sifat Allah)

Ustaz Azhar Idrus -Pintu Taubat 1/7

Awaluddin Makrifatullah (Seawal-awal Agama Hendaklah Kamu Mengenal ALLAH

Awaluddin Makrifatullah (Seawal-awal Agama hendaklah kamu mengenal ALLAH



Dari Abu Ma’bad dari Ibni Abbas r.a. katanya; Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Muaz bin Jabal ketika baginda s.a.w. mengutusnya ke negeri Yaman. “ Sebenarnya engkau akan sampai kepada suatu kaum ahli kitab, kemudian apabila engkau menemui mereka, maka serukanlah mereka supaya mereka menyakini bahawa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan ALLAH dan bahawa sesungguhnya Nabi Muhammad ialah pesuruh ALLAH…..” [Maksud hadith riwayat Bukhari dan Muslim].

Dari hadith ini ulama tauhid menyimpulkan perkara asas di dalam agama ialah mengenal ALLAH “Awaluddin Makrifatullah” . Mengenal ALLAH ialah dengan mengimani bahawa ALLAH S.W.T. sahaja yang berhak disembah, tempat tumpuan kecintaan, matlamat pengabdian dan segala amalan yang dilakukan ditujukan semata-mata sebagai mentaati perintah ALLAH S.W.T.

AWALUDIN MA'RIFATULLAH- "Awal-awal agama ialah mengenal Allah."Paling wajib dan paling bermakna dalam kehidupan seseorang itu ialah apabila ia mempunyai agama. Ketamadunan dan kemuliaan hidup manusia itu diukur melalui agamanya. Sementara kemuliaan seseorang dalam beragama itu pula bergantung kepada sejauh mana dia kenal akan Tuhannya. Kalau seseorang itu tidak mengenali Tuhan yang menurunkan agama untuknya itu maka (akidah) itu tidak sah. Bagaimana bijak pum dia membaca ayat-ayat Tuhannya, tetapi kalau dia sendiri tidak kenal Tuhannya, ayat-ayat dibacanya itu sedikit pun tidak memberi apa-apa erti kepadanya. Dan taraf hidupnya juga tidak ubah seperti burung tiong yang pandai bersiul tetapi tidak tahu makna siulannya.

Justeru itu tugas untuk mengenali Allah bukan tugas yang ringan dan boleh diremeh-temehkan. Tugas mengenali Tuhan, adalah tugas zahir dan batin yang amat sulit dalam kehidupan manusia. Tugas mengenal Tuhanlah tugas yang berat sekali. Lantaran itu terbit Hadis yang bermaksud "Awal-awal agama itu mengenal Allah".

Kenapa susah untuk mengenali Tuhan? Ini keran Allah (Tuhan) itu tidak berbentuk, berhuruf (mempunyai) berwarna dan bertentangan dengan sifat-sifat zahir alam ini kerana ia berdiri di atas sifat "mukholafatuhulilhawadis" -Bersalahan dengan yang baharu.

Kenalilah diri dan lihatlah kepada anggota badan seperti mata yang dapat melihat, telinga yang boleh mendengar dan jari jemari yang dijadikan ALLAH khususnya cap ibu jari yang berbeza corak garisan dan tidak sama bagi setiap orang dan digunakan dalam kehidupan moden hari ini sebagai sumber rujukan pengenalan diri dan forensik sejak tahun 1896 yang diasaskan oleh Edward Richard Henry
[1850-1931].

Kebesaran dan keagungan ALLAH S.W.T. melalui Al-Quran yang diturunkan sejak lebih 1431 tahun yang lalu telah menjelaskan mengenai keunikan cap jari dalam Surah Al-Qiyamah, Ayat 4 dan 5 bermaksud: “Bahkan, Kami berkuasa menyusun jari jemarinya. Akan tetapi manusia itu suka melakukan dosa.” 

Mengikut Dr. Yusof al-Qardhawi: “Kepentingan ilmu kepada manusia amatlah besar kerana ia dapat menjadikan manusia itu kenal siapa dirinya dan penciptanya [ALLAH], mensyukuri nikmatNYA, membezakan halal dan haram dalam menjalankan kehidupan seharian dan sebagainya. Perasaan takut kepada ALLAH akan lahir disebabkan manusia kenal siapa dirinya dan ini mendorong beliau melaksanakan suruhan dan meninggalkan laranganNYA. – Fiqh Keutamaan Berasaskan Al-Quran dan Al-Sunnah. [Terjemahan ] Tradisi Ilmu Sdn. Bhd. [1999]

Oleh itu untuk mengenal ALLAH S.W.T. perlulah setiap diri menuntut ilmu daripada para ilmuan agama berkaitan ilmu tauhid [Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah dan Tauhid Asma' Wa Sifat] agar kita mendapat kefahaman yang betul terhadap ketuhanan ALLAH S.W.T.

Ada empat bidang ilmu yang paling penting yang wajib bagi kita ketahui dan memilikinya dalam usaha untuk berkenalan dengan Tuhan. Seandainya kita cari (amal dan pegang) dengan ilmu-ilmu ini, In sya Allah kita akan kenal, tahu dan mengerti tentang Tuhan dan Ketuhanan itu.

Ilmu-ilmu itu ialah:
1. Syariat
2. Tariqat
3. Hakikat
4. Ma'rifat

Perlu diingatkan untuk kita mengenali Allah dan berkenalan denganNya ia tidak seperti kita hendak mengenali kereta ataupun untuk mengenali sesama makhluk. Kerana Allah itu ghaib dan kita hanya boleh kenal pada Sifat, Asma, Afa'alNya sahaja, maka adalah tidak mungkin kita kenal Dia seperti kita mengenali makhluk. Justeru itu kita hanya boleh kenal pada Zat, Sifat, Asma, dan Afa,alNya, maka hendaklah kita mengetahui hal-hal itu terlebih dahulu. Tanpa mengenali keempat-empat bidang ilmu itu tidak mungkin kita ma'rifat dengan Allah dan juga berkenalan denganNya. Sepertilah juga kalau kita tidak mengetahui empat ilmu itu, kita tidak akan kenal Tuhan. Apakah kita sudah
mengetahui apa yang dikatakan Zat, Sifat, Asma' dan Afa'al itu? 

Kesimpulannya di sini jelas menunjukkan apabila kita sudah mengetahui akan segala ilmu ma'rifat itu, maka kita boleh berkenalan dengan Allah. Kita dapat mengetahui keseluruhan mengenai dirinya. Bukan itu sahaja bila kita sudah kenal dan berkenalan denganNya kita juga dapat berbicara denganNya. Bercakap-cakap, mengadu hal, minta tolong dan sebagainya. Bukankah Allah itu Allahusamad (Allah adalah tempat bergantung (meminta,memohon, mengharap.) -Al-Ikhlas.

Kalau ada orang mengatakan kita tidak dapat berkenalan dengan Allah, bercakap dengan Allah, berinteraksi, bermanja dan sebagainya. Bermakna orang itu masih belum mempunyai Tuhan. Kerana bagi orang yang mengaku adanya Tuhan (Allah) dia akan dapat berkenalan dengan Tuhannya (Allah) seperti mana dia dapat berkawan dan meminta pertolongan daripada kawan-kawannya sesama makhluk.

Mereka juga sudah tentu tidak pernah berjumpa dengan Hadis seperti mana yang tersebut di atas dan juga menafikan penegasan Allah sendiri yang berbunyi;
"Kerana itu ingatlah kamu kepadaKu, nescaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat).[Al-Baqarah : 152]

Kesimpulannya, kita boleh berkenalan dan mengenali Allah, malah perkara ini wajib dan merupakan fardhu ain bagi setiap umat Islam. Penemuan (kenal) dengan Allah ialah sebagai bukti bahawa kita (manusia) mempunyai Tuhan dan menjadi hamba kepadaNya, serta untuk menyatakan sumpah janji semasa di Alam Roh.

Makrifatullah (Mengenal Allah) Akan Mendatangkan Kebahagiaan dan Ketenangan Dalam Hidup

Makrifatullah (Mengenal Allah) Akan Mendatangkan Kebahagiaan dan Ketenangan Dalam Hidup


Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Makrifatulla atau mengenal Allah adalah perkara pertama yang harus disempurnakan oleh seorang muslim. Harus tertanam dalam hati dan sanubari kita bahawa Allah adalah 'Rabb' sekelian alam. Firman Allah S.W.T. maksudnya : "..dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Rabbmu (Tuhanmu)?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Surah al-A'raf ayat 172)  dan hadis nabi yang menyatakan bahawa jiwa manusia adalah fitrah.

Kayakinan ini harus bersandarkan kepada pelbagai dalil dan bukti yang kuat agar menghasilkan peningkatan iman dan takwa. Pengenalan kepada Allah S.W.T telah dikuatkan dengan banyak dalil. Beberapa dalil yang menguatkan kewujudan Allah S.W.T. tersebar di dalam dalil naqli. dalil aqli dan dalil fitri. Dalil-dalil ini akan menambah keyakinan kepada Allah S.W.T. dan keyakinan ini lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah S.W.T.

Mengapa kita perlu mengenal Allah S.W.T? Kerana dengan mengenal Allah kita akan mendapatkan banyak kebaikan di antaranya adalah peningkatan iman dan takwa. Di samping dengan mengenal Allah akan melahirkan ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik, serta di akhirat di balas dengan syurga Allah. Semua ini berakhir dengan keredaan Allah S.W.T.

Dengan mengenal Allah kita akan mengenal diri sendiri. Siapakan kita? Bagaimana kedudukan kita berbanding dengan makhluk-makhluk yang lain? Apakah sama misi hidup kita dengan binatang? Apakah tanggungjawab kita dan kemana akhir hidup kita? Semua pertanyaan ini akan terjawab secara tepat  setelah kita mengenal Allah sebagai Rabb dan Ilah Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Dengan mengenal Allah, kita akan mendapat banyak keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh itu sangatlah perlu kita mengenal Allah. Apabila al-Quran menggunakan ayat perintah (sighah amar) maka wajib bagi kita menyambut perintah tersebut.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Maka ketahuilah, bahawa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu  dan atas (dosa) orang-orang mukmin lelaki dan wanita. " (Surah Muhammad ayat 19)

Kata Rabb dalam al-Quran bererti bahawa Allah S.W.T sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah  mengandungi erti bahawa Allahlah yang Paling dicinati, yang Paling ditakuti dan sebagai sumber pengharapan

Tiga dalil menjelaskan kewujudan Allah S.W.T. adalah seperti berikit :

Pertama Dalil Naqli. (Dalil dalam al-Quran)

Begitu banyak dalili-dalil yang berada di dalam al-Quran menguatkan keberadaan Allah S.W.T sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara, Penguasa dan Pengatur alam semesta. Dalil naqli bererti rujukan yang berasal di dalam al-Quran. Allah S.W.T menjadikan Rasul Muhammad S.A.W. sebagai teladan dalam mengamalkan nilai-nilai al-Quran.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahawa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?" Katakanlah, "Aku tidak dapat bersaksi." Katakanlah, "Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)." (Surah al-An'am ayat 19)

Kedua Dalil Aqli (Bukti Rasional)

Selain dikuatkan oleh dalil naqli yang berasal dari al-Quran maka wujud Allah dapat dibuktikan melalui pendekatan akal atau rasional. Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang dan malam menjadi bukti bagi orang yang berakal. Al-Quran juga menjelaskan ciptaan-ciptaan Allah di bumi dan di langit serta kehebatan -kehebatan yang Allah miliki. Semuanya dapat diterima secara rasional.

Firman Allah S.W.T maksudnya ; "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pengantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal." (Surah Ali-Imran ayat 190)

Ketiga Dalil Fitri (Dalil Fitrah)

Kewujudan Allah S.W.T juga di akui secara fitrah oleh setiap manusia khususnya pengakuan Allah sebagai Rabb Pencipta alam semester. Hati nurani manusia yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran dapat mengarahkan individu untuk mengaku kewujudan Allah S.W.T.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : "..dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Rabbmu (Tuhanmu)?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Surah al-A'raf ayat 172)

Sahabat yang dimuliakan,
Apabila kita mengenal Allah dengan dalili-dalil yang kuat, maka hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah akan dekat dengan kita. Setiap ayat Allah akan menjadi bahan berfikir dan penambahan keimanan dan ketakwaan. Di sini akan menghasilkan hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Syurga adalah tempat abadi yang telah dijanjikan oleh Allah bagi yang telah diredai-Nya.

Hasil dari pengenalan kepada Allah adalah bertambahnya iman dan takwa sehinggakan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di antara kebahagiaan dunia adalah dapat memberikan ketenangan, memberi keamanan, mendapatkan kebebasan, memperolehi keberkatan, menjadi pemimpin dunia, mendapat kehidupan yang baik. Manakala kebaikan akhirat kita akan dimasukkan ke dalam syurga dan mendapatkan keredaan dari Allah.

Mengenal Allah S.W.T bererti menyerahkan dirinya dan semua urusannya kepada Allah. Dengan mengenal Allah akan timbul keyakinan kepada takdir dan menjadikan diri kita hanya bergantung kepada Tuhan semester alam. Dengan demikian kita menjadi bebas dari segala tuntutan hawa nafsu yang dapat membelenggu diri kita dan juga lepas dari segala ikatan yang membuat kita sangat bergantung dan menjadi tidak aman.

Mengenal Allah menjadikan diri kita aman kerana hanya kepada Allah saja kita bergantung. Keimanan tanpa mencampuradukkan keyakinan dengan yang lain membuat diri kita bebas dari belenggu keduniaan sehingga merasakan bebas dari segala sesuatu yang tidak perlu dipertuhankan dan mempertuhankan hanya kepada Allah S.W.T saja.

Firman Allah S.W.T maksudnya : "Orang-orang yang beriman tidak mencampur adukkan iman mereka denga kezaliman (syrik), mereka itulah orang-orang yang akan mendapat keamanana dan mereka itu adalah orang-orang mendapat petunjuk."
(Surah al-An'am ayat 82)

Mengenal Allah akan menuntut kita untuk ingat kepada-Nya melalui zikir dan mengerjakan ibadah. Ketenangan kita diperolehi  dengan mengingati-Nya. 

Firman Allah S.W.T maksudnya : Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah! hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Surah ar-Ra'd ayat 28)

Allah S.W.T akan melimpahkan keberkatan kepada sesiapa saja yang beriman dan bertakwa. Ini merupakan janji Allah. Iman dan takwa hanya diperolehi apabila kita cinta, kasih dan sentiasa mengingati Allah S.W.T , melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sahabat yang dikasihi,
Marilah sama-sama kita mengenal Allah S.W.T dalam ertikata yang sebenarnya. Mengenali sifat-sifat kesempurnaan Allah S.W.T. Jika hati dan jiwa kita sentiasa merasai bahawa Allah S.W.T. sentiasa memerhatikan dan megawasi seluruh kehidupan kita maka kita akan takut untuk melakukan dosa dan maksiat. Kerana janji Allah kepada mereka yang berdosa jika tidak bertaubat akan dimasukkan ke dalam neraka yang amat azab sekali, begitu juga janji Allah S.W.T akan mengurnikan balasan syurga kepada sesiapa yang beramal soleh dan sentiasa mentaat-Nya ketika hidup di dunia yang fana ini.