Isnin, 26 September 2016

Membantu Kesulitan Sesama Muslim Dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (1)

Oleh -Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”

TAKHHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh:
1. Muslim (no. 2699).
2. Ahmad (II/252, 325).
3. Abu Dâwud (no. 3643).
4. Tirmidzi (no. 1425, 2646, 2945).
5. Ibnu Mâjah (no. 225).
6. Ad-Dârimi (I/99).
7. Ibnu Hibbân (no. 78- Mawâriduzh Zham-ân).
8. Ath-Thayâlisi (no. 2439).
9. Al-Hâkim (I/88-89).
10. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 127).
11. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jâmi’ Bayânil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/63, no. 44).


Dalam riwayat lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًـا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya)[1] . Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. 

Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.[2]

SYARAH HADITS
• Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang maknanya), “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.”

Karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan. Hadits-hadits tentang masalah ini banyak sekali, misalnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
                 
وَإِنَّـمَـا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
Sesungguhnya Allâh menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang [3]

Al-Kurbah (kesempitan) ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Meringankan (at-tanfîs) maksudnya berupaya meringankan beban tersebut dari penderita. Sedangkan at-tafrîj (upaya melepaskan) dengan cara menghilangkan beban penderitaan dari penderita sehingga kesedihan dan kesusahannya sirna. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain ialah Allâh akan meringankan kesulitannya. Dan balasan menghilangkan kesulitan adalah Allâh akan menghilangkan kesulitannya.[4]

Seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu Muslim lainnya. Membantu bisa dengan ilmu, harta, bimbingan, nasehat, saran yang baik, dengan tenaga dan lainnya.
Seorang Muslim hendaknya berupaya menghilangkan kesulitan atau penderitaan Muslim lainnya. Bila seorang Muslim membantu Muslim lainnya dengan ikhlas, maka Allâh Azza wa Jalla akan memberikan balasan terbaik yaitu dilepaskan dari kesulitan terbesar dan terberat yaitu kesulitan pada hari Kiamat. Oleh karena itu, seorang Muslim mestinya tidak bosan membantu sesama Muslim. Semoga Allâh Azza wa Jalla akan menghilangkan kesulitan kita pada hari Kiamat.

• Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang ertinya : “Dari salah satu kesusahan hari Kiamat.”
Kenapa Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersabda, “Dari salah satu kesempitan dunia dan akhirat,” seperti yang Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan dalam balasan memudahkan urusan dan menutup aib ? Ada yang mengatakan bahwa kurab (kesulitan-kesulitan) yang merupakan kesulitan luar biasa itu tidak menimpa semua manusia di dunia, berbeda dengan kesulitan dan aib yang perlu ditutup, hampir tidak ada seorangpun yang luput. Ada lagi yang mengatakan bahawa kesulitan dunia tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kesulitan akhirat. Kerannya, Allâh Azza wa Jalla menyimpan pahala orang yang meringankan beban orang lain ini untuk meringankan kesulitannya pada hari Kiamat.[5] Ini diperkuat dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

…يَـجْمَعُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ فِـيْ صَعِيْدٍ وَاحِدٍ ، فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي ، وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ مِنْهُمْ ، فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَالاَ يُطِيْقُوْنَ ، وَمَالاَ يَحْتَمِلُوْنَ. فَيَقُوْلُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ : أَلاَتَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيْهِ ؟ أَلاَتَرَوْنَ مَاقَدْ بَلَغَكُمْ ؟ أَلاَتَنْظُرُوْنَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ ؟…

“…Allah mengumpulkan manusia dari generasi pertama hingga generasi terakhir pada satu tempat kemudian penyeru memperdengarkan suara kepada mereka, penglihatan[6] dapat meliputi mereka, matahari mendekat ke mereka, dan manusia menanggung kesedihan dan kesempitan yang tidak mampu lagi mereka tahan dan tanggung. Sebahagian manusia berkata kepada sebahagian lainnya, ‘Tidakkah kalian lihat apa yang terjadi pada kalian? Kenapa kalian tidak melihat orang yang bisa meminta syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian…’” dan seterusnya. [7]

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Baginda bersabda,

تُحْشَرُوْنَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا. قَالَتْ : فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ ؟ قَالَ : اَلْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكَ
Kalian akan dikumpulkan (pada hari Kiamat) dalam keadaan telanjang kaki, telanjang (tidak berpakaian) dan tidak berkhitan.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasûlullâh! Orang laki-laki dan perempuan akan saling melihat (aurat) yang lain?” Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Perkaranya lebih dahsyat daripada apa yang mereka inginkan.”[8]

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhumadari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang firman Allâh Azza wa Jalla , yang ertinya, ” (Iaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Rabb seluruh alam.” (Al-Muthaffifiin/83:6), Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُوْمُ أَحَدُهُمْ فِـي رَشْحِهِ إِلَـى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ
Salah seorang dari mereka berdiri sementara keringatnya sampai separoh kedua telinganya.[9]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِـي الْأَرْضِ سَبْعِيْنَ ذِرَاعًا ، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ
Pada hari Kiamat, manusia berkeringat hingga keringat mereka mengalir di bumi sampai tujuh puluh hasta dan mengalir hingga sampai di telinga mereka.

Dalam lafazh Muslim,
إِنَّ الْعَرَقَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيَذْهَبُ فِي الْأَرْضِ سَبْعِيْنَ بَاعًا ، وَإِنَّهُ لَيَبْلُغُ إِلَى أَفْوَاهِ النَّاسِ ، أَوْ إِلَى آذَانِهِمْ
Sesungguhnya keringat manusia pada hari Kiamat kelak akan mengalir di bumi sampai tujuh puluh depa atau hasta dan dengan ketinggian mencapai mulut atau telinga mereka.[10]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أُدْنِيَتِ الشَّمْسُ مِنَ الْعِبَادِ حَتَّى تَكُوْنَ قِيْدَ مِيْلٍ أَوِ اثْنَيْنِ ، فَتَصْهَرُهُمُ الشَّمْسُ ، فَيَكُوْنُوْنَ فِـي الْعَرَقِ بِقَدْرِ أَعْمَالِهِمْ ؛ فَمِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَـى عَقِبَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى حِقْوَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ إِلْـجَامًا.
Apabila hari Kiamat telah tiba, matahari didekatkan kepada hamba-hamba hingga sebatas satu atau dua mil. Kemudian (panas) matahari membuat mereka berkeringat lalu mereka terendam dalam keringat sesuai dengan perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang terendam hingga kedua tumitnya, ada yang terendam hingga kedua lutut, ada yang terendam hingga pinggangnya, dan di antara mereka ada yang terendam sampai ke mulutnya hingga ia tidak bisa bicara[11].

• Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang maknanya, “Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allâh Azza wa Jalla memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.”

Ini menunjukkan bahawa pada hari kiamat ada kesulitan. Bahkan Allâh Azza wa Jalla menyebutkan hari kiamat sebagai hari yang sulit bagi orang-orang kafir. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا
… Dan itulah hari yang sulit bagi orang-orang kafir. [al-Furqân/25:26]

Memberi kemudahan kepada yang kesulitan (dalam hutang) ganjarannya besar. Ini dapat dilakukan dengan dua cara:
Pertama : Memberikan tempoh dan kelonggaran waktu sampai ia berkecukupan dan mampu membayar utang. Ini hukumnya wajib, kerana Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang ertinya, “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih bagimu, jika kamu mengetahui.” [al-Baqarah/2:280]

Kedua: Dengan membebaskan hutangnya jika ia sudah tidak mampu lagi membayar hutangnya.
Kedua perbuatan ini memiliki keutamaan besar.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ ، فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ : تَـجَاوَزُوْا عَنْهُ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا ، فَتَجَاوَزَ اللهُ عَنْهُ
Dahulu ada seorang pedagang yang selalu memberikan pinjaman kepada manusia. Jika ia melihat orang itu kesulitan membayar hutangnya, ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Bebaskanlah hutangnya, mudah-mudahan Allâh memaafkan kita (dari dosa-dosa),’ maka Allâh pun memaafkannya.[12]

Dari Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُـنْجِيَهُ اللهُ مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ؛ فَلْيُنَفِّسْ عَنْ مُعْسِرٍ أَوْ يَضَعْ عَنْهُ
Siapa ingin diselamatkan oleh Allâh dari kesulitan-kesulitan hari Kiamat, hendaklah ia meringankan orang yang kesulitan (hutang) atau membebaskan hutangnya.[13]

Dari Abu Yasar Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ ، أَظَلَّهُ اللهُ فِـيْ ظِلِّهِ
Barangsiapa memberi kelonggaran waktu kepada orang yang kesulitan membayar hutang atau menghapus hutangnya, maka Allâh akan menaunginya dalam naungan-Nya [14]

• Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang ertinya, “Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim maka Allâh Azza wa Jalla menutupnya di dunia dan akhirat.”

Banyak nash-nash yang semakna dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Diriwayatkan dari salah seorang ulama Salaf, ia berkata, “Aku pernah berjumpa dengan kaum yang tidak memiliki aib kemudian mereka menyebutkan aib-aib orang lain, akhirnya manusia menyebut aib-aib kaum ini. Aku juga pernah bertemu kaum yang mempunyai sejumlah aib namun mereka menjaga aib orang lain, akhirnya aib-aib mereka dilupakan.[15]

Perkataan di atas diperkuat oleh hadits Abu Burdah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَـمْ يَدْخُلِ الْإِيْمَـانُ قَلْبَهُ : لَا تَغْتَابُوْا الْـمُسْلِمِيْنَ ، وَلَا تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ ؛ فَإنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِـيْ بَيْتِهِ
Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman tidak masuk ke hatinya, jangan kalian menggunjing kaum Muslimin dan jangan mencari aib-aib mereka ! Kerana barangsiapa mencari aib-aib mereka maka Allâh akan mencari-cari aibnya dan barangsiapa aibnya dicari-cari oleh Allâh maka Allâh akan mempermalukannya (meskipun ia berada) di rumah.[16]

Terkait dengan perbuatan maksiat, manusia terbahagi dalam dua kelompok:

Pertama: Orang baik yang kebaikan dan ketaatannya sudah diketahui orang banyak. Dia tidak dikenal sebagai pelaku maksiat. Orang seperti ini, jika melakukan kesalahan atau khilaf, maka kekeliruannya tidak boleh dibongkar dan tidak boleh diperbincangkan kerana itu termasuk ghibah (menggunjing) yang diharamkan. Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman, yang ertinya, 


“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allâh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [An-Nûr/24:19]

Maksud ayat ini ialah menyebarkan perbuatan keji orang mukmin yang menyembunyikan kesalahannya atau menyebarkan berita keji yang dituduhkan kepada kaum Muslimin padahal mereka tidak melakukannya sama sekali, seperti kisah dusta yang menimpa ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma.

Sebagai orang-orang shalih mengingatkan para pelaku amar ma’ruf nahi mungkar agar merahasiakan para pelaku maksiat. Begitu juga apabila ada yang datang hendak bertaubat, menyesal dan mengaku telah berbuat maksiat berat namun ia tidak bisa menjelaskannya dengan terperinci, maka orang seperti ini, tidak perlu diminta memberi penjelasan secara terperinci dan dia diminta menutup aib dirinya, seperti yang diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ma’iz dan wanita al-Ghamidiah (yang telah mengaku berzina). Dan sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak minta penjelasan secara terperinci kepada orang yang mengatakan, “Aku telah berbuat maksiat maka jatuhkan hukuman kepadaku.”

Anjuran menutup aib seorang Muslim yang berbuat kesalahan tidak bererti membiarkan kesalahannya. Bagi yang mengetahuinya tetap memiliki kewajiban untuk mengingkari kesalahan tersebut dan wajib untuk menutup aibnya.

Oleh kerana itu, setiap Muslim dan Muslimah wajib menutup dirinya apabila dia salah, segera bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak menceritakannya kepada orang lain.

Kedua : Orang yang sudah dikenal sebagai pelaku maksiat dan dia melakukannya terang-terangan, tidak perduli dengan perbuatan maksiatnya dan pandangan serong masyarakat terhadap dirinya. Orang seperti ini, tidak apa dibuka aibnya, seperti yang ditegaskan oleh al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan yang lainnya. Bahkan orang seperti ini harus diselidiki keadaannya untuk dijatuhi hudûd (hukuman had). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاغْدُ يَا أُنَيْسُ إِلَى امْرَأَةِ هَذَا ، فَإنِ اعْتَرَفَتْ ؛ فَارْجُمْهَـا
Hai Unais! Pergilah ke isteri fulan ini. Jika ia mengaku (berzina), maka rejamlah ia ! [17]
Orang seperti itu tidak boleh dibela jika tertangkap kendati beritanya belum sampai ke penguasa Ia harus dibiarkan hingga mendapatkan hukuman agar berhenti dari kejahatannya dan membuat jera yang lainnya.

Imam Mâlik rahimahullah berkata, “Orang yang tidak dikenal suka menyakiti orang lain lalu menyakiti kerana kesalahan maka orang seperti ini tidak apa-apa dibela selagi informasinya belum terdengar penguasa. Sedangkan yang terkenal suka berbuat jahat atau kerosakan, maka aku tidak senang kalau ia dibela siapa pun. Orang ini harus dibiarkan hingga hukuman dijatuhkan kepadanya.” Perkatan ini dikisahkan oleh Ibnul Mundzir dan yang lainnya.

Begitu juga pelaku bid’ah yang terus menerus dalam perbuatan bid’ahnya dan mengajak orang kepada bid’ahnya maka kita boleh menjelaskan kepada umat Islam tentang orang itu. Bahkan wajib bagi penguasa dan Ulama untuk menjelaskan kesalahannya dan bid’ahnya agar umat tidak tersesat dan hal ini sebagai penjagaan terhadap agama Islam.

• Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Dalam hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
…وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللَّـهُ فِـيْ حَاجَتِهِ
“…Dan barangsiapa menolong memenuhi keperluan saudaranya, maka Allâh senantiasa menolong keperluannya.”

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menganjurkan agar umat Islam saling menolong dalam kebaikan dan membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan. 

Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman, yang  ertinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allâh, sungguh, Allâh sangat berat siksa-Nya.” [al-Mâidah/5:2]

Tolong menolong telah dilaksanakan dalam kehidupan para salafush shalih. ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu sering mendatangi para janda dan mengambilkan air untuk mereka pada malam hari. 

Pada suatu malam, ‘Umar bin al-Khaththab dilihat oleh Thalhah Radhiyallahu anhu masuk ke rumah seorang wanita kemudian Thalhah Radhiyallahu anhu masuk ke rumah wanita itu pada siang harinya, ternyata wanita itu wanita tua, buta, dan lumpuh. 

Thalhah Radhiyallahu anhu bertanya, “Apa yang diperbuat laki-laki tadi malam terhadapmu?” Wanita itu menjawab, “Sudah lama orang itu datang kepadaku dengan membawa sesuatu yang bermanfaat bagiku dan mengeluarkanku dari kesulitan.” Thalhah Radhiyallahu anhu berkata, “Semoga ibumu selamat –kalimat nada heran-, hai Thalhah, kenapa engkau menyelidiki aurat-aurat ‘Umar ?”[18] . Maksudnya, kenapa aku tidak mengikuti jejak Umar Radhiyallahu anhu dalam kebaikan. Wallaahu A’lam.

Mujahid rahimahullah berkata, “Aku pernah menemani Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma diperjalanan untuk melayaninya, namun justru ia yang melayaniku.”[19]

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Kami bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di perjalanan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Di hari yang panas kami berhenti di suatu tempat. Orang yang paling terlindung dari panas adalah pemilik pakaian dan ada di antara kami ada yang berlindung diri dari terik matahari dengan tangannya. Orang-orang yang berpuasa pun jatuh, sedang orang-orang yang tidak berpuasa tetap berdiri. Mereka memasang kemah dan memberi minum kepada para pengendara kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari ini, orang-orang yang tidak berpuasa pergi dengan membawa pahala.”[20]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______

Footnote
[1]. Lihat Fathul Bâri (5/97, Kitâbul Mazhâlim).
[2]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 2442 dan 6951), Muslim (no. 2580) dan Ahmad (2/91), Abu Dâwud (no. 4893), at-Tirmidzi (no. 1426), dan Ibnu Hibbân (no. 533) dari Shahabat Ibnu ‘Umar c .
[3]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 1284), Muslim (no. 923), Abu Dâwud (no. 3125), dan lainnya dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhu .
[4]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (II/286).
[5]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (2/287, dengan ringkas).
[6]. Ada yang menafsirkan penglihatan Allâh meliputi mereka, ada juga yang mengatakan penglihatan meliputi mereka karena di tanah lapang yang datar semua dapat terlihat. Adapun penglihatan Allah sudah pasti meliputi mereka dalam semua keadaan di dunia maupun di akhirat, di tanah lapang maupun tempat lainnya. Wallaahu A’lam. [Lihat Fat-hul Baari, VIII/396].
[7]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 3340, 3361, dan 4712), Muslim (no. 194), Ahmad (2/435-436), dan lainnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[8]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 6527), Muslim (no. 2859), dan an-Nasa-i (4/114-115).
[9]. Shahih: HR. Bukhâri (no. 6531) dan Muslim (no. 2862).
[10]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 6532) dan Muslim (no. 2863).
[11]. Shahih: HR. Muslim (no. 2864), Ahmad (6/3), dan at-Tirmidzi (no. 2421) dari al-Miqdad bin al-Aswad Radhiyallahu anhu . Lafazh ini milik at-Tirmidzi. Lihat, Tuhfatul Ahwâdzi (7/104-106, no. 2536) dan Silsilah al-Ahâdîtsish Shahîhah (no. 1382).
[12]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 2078, 3480), Muslim (no. 1562), an-Nasâi (7/318), dan Ibnu Hibbân (no. 5041, 5042) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .

[13]. Shahih: HR. Muslim (no. 1563).
[14]. Shahih: HR. Muslim (no. 3006).
[15]. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (2/291).
[16]. Shahih: HR. Abu Dâwud (no. 4880) dan Ahmad (4/420-421, 424).
[17]. Shahih: HR. Al-Bukhâri (no. 2314) dan Muslim (no. 1697) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[18]. Hilyatul Auliyâ’ (1/84, no. 113).
[19]. Hilyatul Auliyâ (3/326, no. 4131).
[20]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 2890), Muslim (no. 1119), an-Nasâ-i (4/182), dan Ibnu Hibbân (no. 3551-at-Ta’lâqâtul Hisân). Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (II/293-296) dengan diringkas dan sedikit tambahan.

"INI AKAN BERLALU"

Seorang raja meminta tukang emasnya yang sudah tua untuk menuliskan sesuatu di cincinnya.
Raja itu berpesan, "Tuliskanlah sesuatu kepada beta yang dapat kamu simpulkan daripada seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya beta pun boleh mengambil pengajaran daripadanya".

Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincin yang dikehendaki sang raja, tetapi yang sulitnya adalah apa yang patut ditulis di cincin emas yang kecil itu.

Akhirnya setelah lama berfikir panjang, si tukang emas itu pun menyerahkan cincinnya pada sang raja.
Dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu.
Bunyinya, .."INI AKAN BERLALU"

Awalnya sang raja tidak terlalu mengerti dengan apa yang tertulis di cincin itu.
Suatu hari, tatkala sang raja sedang gundah menghadapi masalah yang berat, dia membaca tulisan di cincin itu dan dia menjadi kembali tenang.

“Ini akan berlalu.”
Dan tatkala sang raja sedang gembira bersenang-senang dan memperoleh berbagai nikmat, dia secara tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, segera dia menjadi rendah hati kembali kerana dia mengerti nikmat yang dikecap itu tidak akan kekal lama.

BENAR: Ketika kita punya masalah besar atau sedang dalam keadaan terlalu gembira, ingatlah kalimat ini,
"Ini akan berlalu."
Kalimat ini, kalau direnungkan dengan dalam akan menghantarkan kita pada keseimbangan hidup yang kita kecapi sekarang.
Tiada satupun yang kekal.
Jadi, ketika kita punya masalah, jangan terlalu bersedih.
Dan ketika kita dalam kesenangan, nikmatilah ia dengan sederhana.

Ingatlah....
Apapun yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.
Janganlah menunggu tua baru bertaubat, kerana kematian menjemput tidak mengenal waktu.
Janganlah menunggu kaya baru memberi, tapi memberilah maka kamu akan semakin
kaya...


Wallahualam
Dari sahabat wassup

Ahad, 25 September 2016

Kata Bijak Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga

1. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
2. Urip Iku Urup

(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)
3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar)
4. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
5. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).
7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
8. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
9. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
 
 http://www.suaranetizen.com/2016/02/kata-bijak-sunan-kalijaga-filosofi-jawa.html

GAŔAM -KEGUNAAN DAN KHASIATNYA



Beberapa Jenis Garam
SIHIR atau SANTAU dapat di halang dengan MENGAMALKAN GARAM mengikut cara NABI S.A.W.
~ SEBELUM MAKAN Nabi letak secubit garam di lidah untuk elak santau dan tapis makanan yang akan di makan.
~ SAMPAI TEMPAT BARU, Nabi ambil garam dulu untuk sesuaikan hormon terlebih di tempat baru.
~ Untuk ubat penyakit rohani, air perlu di campur garam terutama sihir dan santau. Kenapa ye? Allah dah cipta garam untuk penarik toksid/asid/racun dalam darah atau tubuh dan juga penarik unsur2 negatif.

~ PENGAMAL PERUBATAN ISLAM untuk bersih rumah atau pagar rumah perlu tabur garam di sekeliling rumah.
~ UNSUR PENGIMBANG- Garam juga unsur yang boleh 'balance' balik sistem tubuh kita.
~ GARAM ROSAK -Garam boleh jadi rosak apabila dimasak atau bertindakbalas dengan suhu yang tinggi/panas, maksudnya kalau nak masak. GUNA GARAM BUKIT DAN BUBUH KETIKA MASAKAN SUDAH HAMPIR SEJUK- dan jangan bubuh garam masa makanan menggelegak atas dapur. Tutup api dan biar suhu turun dulu, baru letak garam.
~ Kita panggil bubuh garam atas darat macam orang Arab buat. BUBUH GARAM KETIKA NAK MAKAN. Sebab? Garam ada sodium dan potassium... Tubuh perlu potassium lebih. Kalau panas garam hanya tinggal sodium, potassium rosak dalam suhu panas. Sebab tu kena darah tinggi.
~ Selok-eloknya di tempat makan sentiasa ada mangkuk kecil garam dan sunnah Rasulullah SAW mencalit secubit garam menggunakan jari kelingking kanan dan dletakkan ke lidah bahagian depan. Ianya akan mngaktifkan kelenjar enzim penghadaman.

KHASIAT GARAM DALAM PERUBATAN ISLAM
 Ada beberapa petua penggunaannya.
1. KERANG-Merendam kerang supaya hilang tahinya. Dalam kaedah perubatan Islam, sesuatu perkara yang buruk diubat dengan asalnya. Kerang berasal dari laut dan garam digunakan untuk meneutralkan keburukannya (tahi).
2. MENGURANGKAN KEMASINAN ikan masin. Ikan kering yang terlalu masin boleh dikurangkan kadar kemasinannya dengan merendam dalam air garam juga.
3. MENGUBAT GOUT. Gout disebabkan pemakanan makanan laut yang berlebihan. Orang yang tinggal berhampiran pantai boleh menanam badan dalam pasir laut. Bagi mereka yang tinggal di bandar, garam kasar digoreng dan didemahkan di tempat sakit ketika garam masih panas.
4. MERAWAT CIRIT-BIRIT. Minum air yang dicampur sedikit garam.
5. MERAWAT MABUK -Merawat mabuk perjalanan. Untuk merawat mabuk perjalanan, garam dicampur madu dan air kemudian di minum sebelum memulakan perjalanan.
6. KEGATALAN-Garam diguna untuk merawat kegatalan. Air yang dicampur garam disapukan pada kulit yang gatal.
7. MENAMBAH IMUNITI badan akibat perubahan hawa/angin. Hal ini berlaku di sesetengah tempat di negeri Arab. Misalnya pelajar Malaysia yang berkunjung ke Arab akan mengalami alahan terhadap hawa/angin tempat baharu. Air garam diminum sebagai ubatnya.
8. MENGHILANGKAN PENAT kerana kerja berat. Amalan orang-orang Melayu tradisional yang bertani, bersawah atau bertukang ialah meminum air sejuk yang dicampur garam.
9. MENGGELAK SIHIR/GANGGUAN JIN- bagi mereka yang bermalam di hutan. Garam adalah sumpahan jin. Garam yang dibaca padanya dengan Al-Fatihah (sekali) dan ayat al-Kursi (ayat 255 surah al-Baqarah – 7 kali) ditabur di sekeliling khemah.
10. Mengelak gangguan syaitan/jin kepada bayi. Ada ketikanya bayi kerap menangis waktu malam. Untuk mengatasi masalah ini, garam dicampur dengan bawang merah, bawang putih dan lada hitam. Campuran itu diletak dalam gelas/cawan/bekas yang terbuka. Bekas itu diletakkan di bahagian kepala bayi.
11. Mengubat orang yang diganggu jin. Bagi orang dewasa yang dikhianati (disihir), cara mengubatnya ialah dengan meletakkan garam yang dibaca al-Fatihah di perdu lidah. Perdu lidah ialah bahagian bawah lidah yang apabila diangkat akan nampak urat hijau lidah.
Semoga bermanafaat. Inshaa Allah.
GARAM: Penyembuh@Pembunuh?

Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik LAUK adalah GARAM"(Al-baihaqi)
Garam bukanlah penyebab penyakit, malah ubat yang paling mujarab SEKIRANYA diambil dengan cara yang betul.
GARAM TIDAK BOLEH DIMASAK!
Kesilapan kita (kebanyakan orang Melayu) ialah kita memasak garam iaitu memasukkan garam kedalam masakan ketika masakkan sedang MENDIDIH/PANAS.
Ia akan menyebabkan garam menjadi racun/toksik.
Garam, bahasa saintifiknya adalah sodium.

Jika garam dimasak dengan cara diatas, ia akan menyebabkannya berasid dan membahayakan kesihatan serta mengundang pelbagai penyakit.
CARA YANG BETUL PENGGUNAAN GARAM:
KAEDAH PERTAMA:
- Masakkan makanan yang ingin dimasak sehingga selesai.
Contohnya: Kari Ikan..
- Kemudian masukkan garam dalam masakan tadi serta gaulkan apabila ianya beransur suam.

- @ Kacau air garam dan tuangkan ke dalam kuah.
KAEDAH KEDUA:- Masak makanan tanpa masukkan garam.
- SEMASA MAKAN, sediakan semangkuk garam di sebelah dan taburkan di atas makanan yang ingin dimakan mengikut tahap selera masing2.

"AMALAN SALAFUSSOLEH:
Antara amalan yang diamalkan oleh para Salafussoleh ialah dengan mengambil garam sebelum memulakan makan "

- Ia bertindak sebagai pembuka selera dan juga sebagai mineral bagi badan.
GARAM IALAH MINERAL!!
- Antara kelebihannya ialah:

* MENGUBATI LEBIH dari 70 penyakit serta seseorang itu tidak akan mati dalam keadaan mati mengejut.

Ust.Ihsan Mohamad -(Imam Muda MBA[truncated by WhatsApp]

Jumaat, 23 September 2016

DAKWAH - by-Muhammad Zahir



*Pada zaman sekarang ini, banyak cara yang dilakukan manusia untuk mengembangkan agama. Tapi sudah  menjadi ketetapan Allah bahawa agama hanya akan berkembang dengan dakwah..!*

*Maka cara apapun yang digunakan, sama ada menggunakan alat-alat teknologi, agama tidak akan tersebar..! Malah yang tersebar adalah alat-alat tersebut..!*

*IMAM MALIK rah. berkata, umat ini tidak akan dibaiki selagi mereka tidak ikut cara yang dilakukan orang terdahulu..!*

*PARA SAHABAT r.hum diberikan tarbiyah dan tazkiyah dengan mengikuti sunnah Nabi saw.*

*MAULANA ILYAS rah. berkata, kalau kita ingin sebarkan agama dengan alat-alat, maka bukan agama yang tersebar tapi alat-alat itu yang tersebar..!*

*SUNNAH ADAT ialah kehidupan seharian dan Sunnah ibadat itu seperti solat, puasa, haji. Manakala Sunnah dakwah mistilah cara dakwah Nabi saw.*

*Ada sunnah ibadat..! Ada sunnah dakwah. Dakwah tidak akan diterima Allah kecuali mengikut sunnah Nabi saw..! Maksud kerja dakwah ialah untuk merubah yaqin..!*

*MAULANA ILYAS rah. berkata, kalau hari ini  ada nama bagi gerakan ini, maka aku suka memberi nama gerakan 'tarikatul iman'..!*

*Kalau ada orang berbuat salah kepada kita kemudian minta maaf, belum tentu kita maafkan..! Tapi kalau dia datang  bawa anak kita yang terjatuh dalam kolam, maka tanpa minta maaf pun kita maafkan..!*

*Begitulah kita yang telah berbuat dosa kepada Allah swt..! Kita minta ampun belum tentu kita terus diampuni..!*

*Tapi kalau kita bawa hamba Allah yang telah tercebur dalam maksiat, maka tanpa minta ampun pun kita akan diampuni oleh Allah swt..!*

*Begitu gembiranya Allah swt kepada orang yang membawa orang yang jauh daripada-Nya datang kepada-Nya..!*

*Tempat baiki iman kata Maulana Saad ialah di masjid. Di luar masjid suasana yang merusakkan iman..! Melalui kerja dakwah kita jumpa orang dan bawa mereka ke masjid..!*

*Dengan cara dakwah inilah yang dilakukan oleh ABDULLAH BIN RAWAHAH r.hu, UBAY BIN KAAB r.hu, ABU HURAIRAH r.hu dan MUAZ BIN JABAL r.hu.*

*Apabila engkau melihat orang berulang-alik ke masjid, maka bersaksilah mereka benar-benar beriman..! Para Sahabat r.hum berdakwah untuk perkuat iman mereka sendiri..!*

*Bani Tsaqif yang telah menghalau Nabi saw akhirnya datang ke masjid. Bahkan dibuatkan khemah-khemah dalam masjid sehingga mereka melihat kehidupan Muslim..!*

*Orang bisik kepada Tufil r.hu, "Wahai Tufail..! Ada orang gila di Mekah..! Jangan dengar..!"*

*Tapi ketika Tufail memasuki Mekah dan membuka kapas yang menutupi telinganya dan mendengar bacaan Al-Quran Nabi saw, maka dia pun masuk Islam..!*

*Semua kegiatan umat sekarang ini perlu dihubungkan dengan masjid. Siapa berjalan ke masjid seperti dia berjalan menuju kepada Allah..!*

*FIRMAN ALLAH swt dalam hadith qudsi, "Siapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari dan seterusnya..!"*

*Hari ini umat jauh dari masjid. Para Sahabat r.hum keluar membawa umat ke masjid,*

*"Ta'al najlis bi Rabbina saatan"*

*Semua orang yang buat jaula gasht, hendaknya ada fikir untuk bawa orang ke masjid.*

*Seorang hamba yang datang ke masjid, Allah swt begitu gembira. Bagaimana lagi gembiranya Allah pada orang yang membawa orang lain ke masjid.*

*Dengan dakwah bawa mereka kepada kefardhuan yang paling tinggi yakni solat. Solat ibarat kepala pada badan. Tanpa solat tidak dapat disebut sebagai  Muslim..!*

*Jika solat betul maka dia akan lakukan haji dengan betul, zakat dengan betul, puasa dengan betul. Jika solatnya diterima, maka seluruh amalnya akan diterima..!*

*Ajak solat dan ajak duduk dalam taklim fadhail agar mereka yaqin pada amal bukan yaqin pada kebendaan..!*

*Apabila seseorang yang duduk di rumahnya dipanggil oleh Presiden, jika dia tak datang, maka dia akan merasa bersalah..!*

*Dia duduk di rumahnya dan dipanggil oleh Allah tidak datang, apakah ada rasa bersalah..? Azan adalah panggilan Allah swt..!*

*Allahu Akbar maksudnya Allah Maha Besar yang lain kecil. Harta, pangkat, jabatan semua kecil, yang besar hanyalah Allah..!*

*Dua panggilan bersamaan, Presiden dan Allah, yang mana dia penuhi..? Kalau yang dia penuhi adalah panggilan Presiden, berarti dia mengatakan Allah kecil Presiden besar..!*

*Solatlah seperti engkau melihat aku solat..! Allah tidak akan menerima solat yang tidak betul, rukuk tidak lurus, sujud tidak betul dan lain-lain..!*



ReNuNgan Sejenak:

💎 _Setiap kali engkau memperbaiki niatmu_, *maka Allah akan memperbaiki keadaanmu.*

💎 _Dan setiap kali engkau mengharapkan kebaikan bagi orang lain,_ *engkau akan mendapatkan kebaikan dari arah yang tidak kamu sangka.*

💎 _Dan saat kita hidup untuk membahagiakan orang lain_,

*Allah akan memberi kita rezki berupa orang lain yang akan membahagiakan kita.*

💎 _Maka berusahalah untuk memberi bukan menerima_,

*kerana setiap kali engkau memberi, engkau akan menerima tanpa meminta sekalipun.*

✒️ Syaikh Shalih Awadh Al-Mughamisi [Imam Masjid Quba]

Jumaat, 16 September 2016

Rahsia Cahaya Dalam Waktu Solat

Mari hari ini kita belajar memahami kenapa kita diharuskan menyegerakan solat di awal waktu dan apa kaitannya dengan cahaya yang telah kamu pelajari dalam subjek Fizik.
Semoga setelah mengetahui hikmah yang tersirat ini kita sama-sama dapat sembahyang diawal waktu. In sya Allah.

Ok kita flashback balik info berkaitan cahaya. Cahaya adalah sejenis gelombang melintang , maka ia mengandungi DUA jenis medan iaitu medan elektrik dan medan megnet. Wujudnya cahaya kerana Allah telah mencipta matahari dan bulan sebagai sumber cahaya semulajadi. Sumber cahaya yang dicipta banyaklah seperti lilin, lampu suluh dan banyak lagi. Bagaimana kita boleh melihat objek dengan pelbagai warna , kerana cahaya mengandungi warna, biasanya ia dikenali sebagai spektrum warna..Objek yang berwarna -warni boleh dilihat oleh mata kita kerana fenomena pantulan.

Image
Cahaya boleh menghasilkan tenaga tekanan apabila berlaku pertembungan udara panas dan lembap dengan udara sejuk dan kering. Apabila azan berkumandang, atmosfera akan menjadi sejuk dan peralihan gelombang ini akan menyebabkan suatu tekanan tinggi berlaku (terjadi getaran).
Peralihan waktu solat adalah permulaan peralihan gelombang baru atau cahaya-cahaya baru dengan warna mulai terbentuk.Masih ingat lagi warna dalam spektrum warna. Jika lupa lihat rajah di bawah:-



Image 

Melengah-lengahkan waktu solat akan mendedahkan seseorang kepada tekanan rendah yang boleh menjejaskan aktiviti sel. Apabila aktiviti sel terjejas maka  tentu sekali badan akan mudah mendapat penyakit. Ok jom kita lihat rahsianya.

Setiap peralihan waktu solat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam ini yang boleh diukur dan dicerap melalui perubahan warna alam. Fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang terlibat dalam bidang fotografi.

Pada Waktu Subuh
Alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh.Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahsia berkaitan dengan penawar/rezeki dan komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki. Ini kerana tenaga alam iaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad bercantum (keserentakan ruang dan masa) – dalam erti kata lain jaga daripada tidur. Di sini juga dapat kita cungkil akan rahsia diperintahkan solat diawal waktu. Bermulanya saja azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonan pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

Waktu Zuhur
Warna alam seterusnya berubah ke warna hijau (isyraq & dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Zohor. Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem penghadaman. Warna kuning ini mempunyai rahsia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya. Orang yang tengah sakit perut ceria tak?

Waktu Asar
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna oren, iaitu masuknya waktu Asar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduktif. Rahsia warna oren ialah kreativiti. Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitinya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar ni jasad dan roh seseorang ini terpisah (tidur la tu…) Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Asar ni amat diperlukan oleh organ-organ reproduktif kita.

Waktu Maghrib
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini kerana spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka resonan dengan alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan juga seelok-eloknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu la…) kerana banyak interferens cahaya berlaku pada waktu ini yang boleh mengelirukan mata kita. Rahsia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.

Waktu Isyak
Apabila masuk waktu Isyak, alam berubah ke warna Indigo dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan. Waktu Isyak ini menyimpan rahsia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak. Mereka yang kerap ketinggalan Isyaknya akan selalu berada dalam kegelisahan. Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam. Tidur pada waktu ini dipanggil tidur delta dimana keseluruhan sistem tubuh berada dalam kerehatan.

Selepas Tengah Malam
Alam mula bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan seterusnya ungu di mana ianya bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus. Tubuh sepatutnya bangkit kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiamullail.

Begitulah secara ringkas perkaitan waktu solat dengan warna alam. Manusia kini sememangnya telah sedar akan kepentingan tenaga alam ini dan inilah faktor adanya bermacam-macam kaedah meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh.

Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur kerana telah di’kurniakan’ syariat solat oleh Allah s.w.t tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini. Hakikat ini seharusnya menginsafkan kita bahawa Allah s.w.t mewajibkan solat ke atas hambanya atas sifat pengasih dan penyayang-Nya sebagai pencipta kerana Dia tahu hamba-Nya ini amat-amat memerlukannya. Adalah amat malang sekali bagi kumpulan manusia yang amat cuai dalam menjaga solatnya tapi amat berdisiplin dalam menghadiri kelas taichinya.

Hasil tulisan -Pn Shikin Arzmi
Rujukan di ambil dari Buku terbitan Faculty Universal Science of Colour dan sumber intenet.
https://bmskskbsb.wordpress.com/2012/07/26/rahsia-cahaya-dalam-waktu-solat/