Rabu, 25 Februari 2015

Arabic Nasheed by Children - Talaal Badru Aleyna (No Music)

ruhul istijabah II

Gambar hiasan aje
posted in jiwa hamba by mylittlepencil
Bismillah.

“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.“ (QS. Ar-Ra’du: 18).

Dulu saya pernah menulis entri bertajuk ruhul istijabah (link ini : https://mylittlepencil.wordpress.com/2011/10/05/ruhul-istijabah/)

Ruhul istijabah adalah satu kerisauan dalam diri kita yang patut dipertimbangkan terutama pada yang bergelar kader dakwah. Dakwah dan tarbiyyah selamanya akan terpatri dalam nafas dan jiwa kita selama kita tidak menghentikan lafaz syahadah dan membubarkan ikatan janji yang diikat dengan Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah kalau sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Q.S. Al-Anfal : 24)

Ruhul istijabah ini tidak akan dapat dirasa bagi mereka yang tidak meng’hidup’kan dakwah dan tarbiyyah. Bagi mereka yang juga  tidak merasakan dakwah dan tarbiyyah ini adalah penyebab kehidupan yang terbaik di atas muka bumi, ruhul istijabah mereka akan bertukar menjadi ruhul yang buruk.

Sebagaimana yang kita pelajari dalam qawaid dakwah, dakwah ini adalah tanggungjawab termulia  yang dianugerahkan oleh Allah kepada seorang manusia. Tanggungjawab ini tidak boleh digalas oleh manusia yang tidak mempunyai ruh untuk bergerak, berubah dan melakukan perubahan.

Kita bukan sekadar ruh ruh baru yang mengalir dalam jasad ummah, malah kita juga ruh ruh yang begitu bersemangat untuk menyambut apa jua panggilan dakwah tidak kira apa jua bentuk dan keadaannya, tidak kira pada bila masa dan tempatnya. Lalu, kita mesti sedar bahawa ruhul istijabah ini terpelihara dalam penjagaan Allah terhadap hamba-hambaNya yang berhak memiliki.

Tidaklah angkatan ruhul istijabah ini terdiri dari kalangan orang-orang yang begitu lemah dalam bermujahadah dan begitu banyak alasan. Mereka ini golongan manusia yang akan terus menjadi agen pengubah yang terus melakukan perubahan pada diri sendiri dan ummat manusia. Mereka ini ibarat embun jernih di subuh hari yang begitu menyegarkan!

Angkatan ruhul istijabah ini benar-benar serius dalam memikul dan teliti dalam setiap amal mereka. Mereka akan membersihkan diri dengan tarbiyyah dzatiyyah yang hebat. Mereka membawa cahaya agama di tengah kegelapan ummah masyarakat ini. Merekalah golongan manusia yang benar-benar bersedia untuk berada dalam bahtera penyelamat!

 Imam Hasan Al Banna : “Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.”

Ruhul istijabah bukanlah ruh yang begitu mudah mati. Ya, adakalanya mereka juga akan futur tetapi mereka akan bangkit kembali dan mencari peluang peluang untuk beramal dan sentiasa berebut untuk melakukan hasanat. Ruhul istijabah ini bukan sekadar terlihat pada luaran mereka, malah dalaman mereka terlebih dahulu memancarkan ruh tersebut.

magnet-1_1

Golongan ruhul istijabah ini akan menjadi jazabiyah (magnet/tarikan) orang di sekeliling mereka. Ketika mana orang sekeliling mereka ini kelesuan atau bermalas-malasan untuk menyahut seruan dakwah, apabila mereka mendekat kepada golongan ruhul istijabah ini, serta-merta ruh kelesuan itu juga bertukar. Barulah beban dakwah yang berat ini akan menjadi ringan apabila dipikul bersama-sama, bukanlah hanya pada penama tertentu.

Sampai satu tahap, golongan ruhul istijabah ini akan merasa begitu bahagia menjawab seruan dakwah. Fokus mereka kepada dakwah. Idea-idea mereka memajukan dakwah. Harta-harta mereka disumbangkan kepada dakwah. Ketaatan diri mereka milik Allah dan dakwah. Mereka beremosi dengan dakwah.

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.

jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. At-Taubah 38-41)

Ah, segala-galanya dakwah!

Ketahuilah, bahawa musuh amat gerun akan angkatan ruhul istijabah ini. Ruhul istijabah inilah generasi pelapis yang akan meneruskan agenda dakwah dan tarbiyyah (mereka akan sentiasa membina).

Imam Malik R.A berkata : “Urusan generasi penerus umat ini tidak akan baik kecuali apabila diatur dengan institusi yang digunakan oleh generasi pertamanya.”

Angkatan ruhul istijabah ini tidak menzalimi para dua’t yang lain dengan memberikan beban kerja mereka kepada orang lain (mereka kerap merasai diri mereka tidak layak untuk menggalas beban dakwah ini/sibuk menunding jari kepada orang lain). Angkatan ruhul istijabah ini mestilah yakin bahawa mereka adalah sebaik baik ummat yang difirmankan oleh Allah. Bukan untuk membangga diri, tetapi mereka perlu tsiqah pada diri masing-masing.

Ingatlah pada salah satu pesanan Rasulullah saw : “Siapa yang lembab beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya.”

Duduk di dalam jemaah dakwah bukanlah begitu mudah untuk kita hanya mengharap pada nama jemaah untuk menyebarkan dakwah di alam ini. Diri mereka sendiri juga perlu memajukan kemampuan diri (isti’ab) secara dalaman mahupun luaran.

Ketika kita masih berada dalam fasa selesa begini (fasa seorang pelajar: masa mudah disusun, duit ada, senang untuk ke sana ke mari, ikhwah dan akhawat sentiasa berada di sekeliling kita), kita merasakan ruhul istijabah kita telah sempurna sedangkan masih banyak yang kita perlu belajar dan bersedia untuk menerima apa jua panggilan dakwah pada masa hadapan.

Saya yakin, pada masa akan datang beban dakwah ini akan kian memberat apabila kita sudah mula dikenali masyarakat. Dakwah, tarbiyyah, usrah mula menjadi perbualan masyarakat. Jemaah pula giat melakukan usaha-usaha yang berkaitan masyarakat dan negara.

Saya tertanya-tanya, apakah kita generasi pemuda pemudi dakwah ini bersedia untuk mendepani masyarakat sekiranya ruhul istijabah kita kering ibarat padang pasir yang gersang?

Kita tidak akan dapat lari daripada melakukan pengorbanan kerana memang itu sunnahnya berada atas jalan ini. Jangan kita biarkan manusia lain terkorban dek kerana kita yang tidak mahu berkorban. Tiada penangguhan lagi untuk menjadi angkatan ruhul istijabah ini.

Mari, kita jawab panggilan-panggilan dakwah kerana di sanalah kita bakal mencapai keredhaan-Nya! Selama kita belum lagi mencapai husnul khotimah, selagi itu kita akan berpenat lelah.

Nah, hadiah dari Allah buat mereka yang menjawab panggilan dakwah,

“Barang siapa beramal solih baik laki-laki maupun perempuan sedangkan ia beriman maka Kami pasti akan beri kehidupan yang baik dan Kami balas dengan balasan yang lebih baik dari apa yang ia kerjakan.” (Al-An’am: 97)

sekian,
mylittlepencil

https://mylittlepencil.wordpress.com/2014/11/12/ruhul-istijabah-ii/

Jumaat, 20 Februari 2015

MasyaAllah, mantan tentara Kerajaan Belanda Yilmaz melatih jihad di Suriah

MENYAKSIKAN ALLAH (KUNCI PERTAMA SETIAP TINGKAT TAREKAT)


Santosoiman Wahyu - santosoimanwahyu@yahoo.com

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam hormat untuk para sedulur dan sesepuh KWA. Bahasan ini adalah kelanjutan dari pembahasan sebelumnya iaitu “Urutan Ilmu Hikmah dan Sufi”. Tiada maksud apa-apa dalam pembahasan ini selain sekedar share dan memohon karunia Allah SWT. Karena minimnya dan terbatasnya pengetahuan saya jadi mohon maaf jika ada yg kurang dan tidak berkenan. Mohon dikoreksi. Karena hanya Allah SWT saja samudra ilmu dan sebenar-benarnya pemilik kebenaran. Pada Bahasan yg lalu saya menulis tentang kunci pembuka tarikah/tarekat untuk memasuki setiap tingkat. Kunci itu ada 2 yaitu : Syahadat dan Istinja.

Saya akan membahas kunci pertama (Syahadat) :
Bismillahir Rahmanir Rahim. Syahadat adalah sebuah kalimat inti dari segala inti adanya mahluk di alam ini. Dalam kalimat ini terdapat sebuah pengakuan tentang siapa Tuhan kita dan siapa yg mengabarkannya. Kita semua pasti tahu apa Syahadat itu yaitu “ Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Nabi Muhammad adalah Rasul Allah”

Tapi apa kita tahu sebenarnya mengapa Syahadat itu menjadi kunci dari segala kunci keimanan kita kepada Allah, Menjadi kunci dari setiap tingkat iman kita kepada Allah, Kunci setiap ruang tingkat dalam hati kita. Sehingga Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: ((فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ))

“Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas neraka terhadap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illa Allah, dia mencari wajah Allah dengan (perkataan) nya.” [Hadits Shohih Riwayat Bukhari no: 425, 667, 686, 6423, 7938; Muslim no: 33, 657; dari ‘Itban bin Malik]

Orang yang bersyahadat harus disertai ilmu. Maka orang yang mengikrarkan syahadatain wajib mengetahui makna syahadatain dengan sebenarnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ}

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. [QS. Muhammad (47): 19]

Sekarang kita harus menyadari makna sebenarnya dari dua Kalimat Syahadat tersebut mengapa menjadi kunci dari segala kunci kehidupan kita. Untuk membuka Ruang demi ruang yang ada di hati kita menuju Makrifatullah.

Syahadat Kunci Ruang Pertama (Syariat): Bismillahir Rahman Nirahim. Hanya Allah yg tahu. Saya coba mengulas dengan keterbatasan saya.

Pada Ruang pertama ini / level pertama dari ruang hati (Syariat). Syahadat ini adalah penentu ke Islaman Mahluk Allah. Pada ruang ini manusia bersyahadat sering kali hanya sekadar lisan / jasad tanpa mengetahui apa sebenarnya di balik kalimat yg menentukan hidup kita. Kita hanya tahu tiada Ilah selain Allah dan Muhammad adlah Rasul Nya. Sehingga ada istilah Islam tapi tidak mukmin. Islam tapi tidak Salam (memberi kedamaian). Karena hanya sebatas bibir saja. Islam saya yg benar, islam kamu salah. Itu dosa, itu bidah. Mudah bagi kita mengkafirkan orang lain dan mendosakan orang lain. Sesungguh dalam kita bersyahadat itu ada ilmunya yaitu kenali dirimu maka kamu akan mengenali siapa Tuhanmu. Ada yang hal kunci Sirr yang kita lupakan dari Syahadat itu yaitu Kalimat ‘ Saya bersaksi…’ bagaimana kita bersaksi jika kita tidak melihat Allah. Bagaimana kita melihat Allah jika kita tidak mengetahui caranya dan tidak mencari pengetahuannya. Mungkinkah kita melihat Allah..jawabnya adalah Pasti. Lho bagaiman bisa, kita hanya manusia biasa kok bisa melihat Allah. Bahkan ada yg mengatakan itu mustahil dan dosa..(Masya Allah) bagaimana kita bisa bersaksi jika kita tidak melihat..kita lupa kepada Ayat Allah yang berbunyi dalam surah Al Baqarah ayat 45,46 yang artinya

“Dan Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat.dan sholat itu sesungguhnya berat kecuali bagi orang yang khusuk”, kemudian “Yaitu mereka yang yakin akan menemui Tuhan Nya dan bahwa mereka akan kembali pada Nya” .

Arti menemui Tuhan pada kalimat tersebut tidak mengatakan pada saat kita sudah Meninggal karena disambung dengan kalimat bahwa mereka akan kembali pada Nya.. Nah baru pada akhir surat tersebut kita menunjukan keyakinan kita akan kembali / meninggal.

Pada manusia yang penuh dengan karat di hati maka hijab itu menutupi kita untuk melihat Allah. Sesungguhnya melihat Allah itu bisa dilakukan dengan jalan Melihat alam ini melihat kebesar ciptaan Nya.

Rasulullah SAW bersabda : “Kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, ketika melihat bulan purnama. Baginda berkata, “Sungguh kamu akan melihat Rabb (Allah), sebagaimana kamu melihat bulan yang tidak terhalang dalam memandangnya. Apabila kamu mampu, janganlah kamu menyerah dalam melakukan solat sebelum terbit matahari dan solat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha jangan menyerah karna itu sudah dijanjikan oleh Allah.

Syahadat Pada Tingkat Kedua / Hakikat : Ya Allah Ampuni Hamba, hanya Engkau lah yg Maha Tahu. Bismillahir Rahmanir Rahim

Pada tahap ini maka kita bersyahadat bukan hanya bibir tapi juga hati. Dan meyakini dengan sebenar-benarnya yakin. Kita menjadi sedikit tahu bahwa semua di dunia ini Kuasa Allah dan kita tiada daya ‘La Hawla wala Quwatah ila Billah”. Pada tahap ini Kita Bersaksi dengan dibenarkan oleh Hati kita melihat dengan Hati. Bahwa semua ada Allah di balik sesuatu. Kita bersaksi karena kita merasakan kuasa Nya. Kita dapat tahu bahwa yang Genap itu ada Ganjilnya :

Kita melihat diri kita sendiri (Kanali diri maka akan mengenali Tuhan Mu) 2 = 1+1 , 2 Untuk Manusia 1 untuk Allah : (maaf jika kadang saya sulit menjelaskannya, karena terbatasnya pengetahuan saya), saya akan coba.. 2 = Untuk Mahluk. apa yang 2 itu adalah diberikan kepada Mahluk Allah (Manusia dan Jin) : Adz Zariat 56. : laki-laki dan perempuan, sorga neraka, 2 Mata, 2 tangan, 2 kaki, 2 paru-paru, 2 ginjal, 2 buah zakar, 2 ovarium, apa-apa yang dua gunanya untuk Hablum Minanas, untuk regenerasi, apa-apa yang genap jika dikurangi satu maka akan tetap hidup karena 2-1 = 1 ( Masih ada Nyawa / Hayun ) tangan di amputasi masih tetap hidup. Artinya segala yang bepasangan adalah untuk Hablum Minanas.

1 = Al Wahid / Allah di berikan karena adanya Roh: dari bawah : Anus , Kemaluan, hati, jantung, otak, membentuk susunan lurus Alif, Satu menuju Allah. Jika dihilangkan maka hilang pula Nyawa kita. Kemaluan kita ditutup maka kita akan mati, anus ditutup sama, demikian juga dengan Jantung.

Hati : Jika rusak maka rusak juga tubuh kita/ perbuatan kita. Oleh karena itu mengapa kita kadang sulit mencari adanya Allah padahal ditubuh kita terdapat kebesar Nya. Demikianlah tanda-tanda bagi orang yang beriman.

Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya badan ini bukan punya kita maka sebagai yg diamanahkan hendaklah menjaga. Allah itu Maha Rahman dan Rahim. Sesuatu yg haram bukan karena Allah membenci hambanya tetapi karena sayangnya. Khamar haram karena merusak. Syahadat pada tahap ini adalah Syahadat Jasad dan Ruh. Kita menyaksikan Allah lewat Anggota tubuh kita sendiri.

Syahadat pada Tingkat ketiga Makrifatullah. Ya Allah Ampuni Hamba Mu ini. Saya tidak dapat menerangkan tingkat ini dengan sebaik-baiknya karena memang saya kurang sekali pengetahuannya. Namun saya mencoba dengan sedikitnya ilmu saya yang saya ketahui, apabila ada yang kurang harap ditambahi dan apabila ada yg salah harap dikoreksi. Karena yang Maha Benar adl Allah SWT.

Bismillahir Rahmanir Rahim. Syahadat pada level ini bukan lagi dibibir dan dijasad tapi sudah beriring dan bahkan utk Wali-wali sampai terucap ‘Tiada Tuhan selain Aku, dan Muhammad utusan KU’ : Ibnu Arabi / Al Halaj dan syeh Siti Jenar. Sehingga pendapat tsb dianggap menyesatkan dan dihukum. Tapi saya tidak ada kuasa untuk menyalahkan atau membenarkan hal tsb. Karena sekali lagi saya tidak ada kemampuan.

Hanya saja saya berpendapat bisa saja hal itu terjadi karena Saking dekatnya Hamba dengan Allah. Seperti dalam Ayat Al Quran yang dikatakana : “Jika hambaku bertanya tentang Ku maka katakan saja bahwa aku lebih dekat dari pada urat nadi dilehermu” seperti jika kita sudah akrab sekali kadang kita mengatakan kalau ada perlu sesuatu bilang aja sama saya. Nanti saya sampaikan. Sama aja kok….nah mungkin seperti itu.

Sedangkan Untuk Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW. Syahadat itu memang menyaksikan secara lahir dan batin sewaktu Beliau Mi’raj ke Sidratul Muntaha. Bahkan pada Mi’raj tersebut Nabi Muhammad di beri Salam oleh Allah SWT. (Bacaan duduk Tahiyat). Oleh karena itu untuk menyaksikan Allah bagi Hamba Nya yaitu Sholat lah Khusuk. Karena kita akan Mi’raj dan menyaksikan Allah SWT.

“Sungguh kamu akan melihat Rabb (Allah), sebagaimana kamu melihat bulan yang tidak terhalang dalam memandangnya. Apabila kamu mampu, janganlah kamu menyerah dalam melakukan solat sebelum terbit matahari dan solat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Gapailah dengan Ilmu. Semoga jangan sampai kita jadi orang yg dibutakan oleh Allah. Seperti dalam surah al-Israa’ [17] ayat 72 disebutkan: “dan barang siapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta, dan lebih sesat lagi jalannya”.

Maafkan Saya sesungguhnya hanya Allah yg Tahu. Yg benar dari Allah yg salah tentu dari saya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

https://wongalus.wordpress.com/2010/10/04/menyaksikan-allah-kunci-pertama-setiap-tingkat-tarekat/

AL-QURAN...di manakah kita ketika membacanya?


Di manakah hati kita tatkala kita membaca Al Quran? Pernahkah kita merasa keliru dan tidak dapat menghayati makna dalam Al Quran? Atau pernahkah kita terasa seolah-olah lidah sukar untuk menyebut bacaan Al Quran dengan tajwid dan makhraj yang betul walhal kebiasaanya kita dapat membacanya dengan lancar.Pernahkah kita terasa seolah amaran-amaran Allah dari kalamullah Al Quran tidak melahirkan rasa gentar dalam hati? Di manakah ketenangan yang dicari? Apakah silapnya?

Sedikit perkongsian ilmu buat para pembaca yang mencintai ayat Al-Quran,petikan diambil dari buku Penawar Hati Penenang Jiwa tulisan Abu Mazaaya Al-Hafiiz.menekankan betapa pentingnya Istiazah iaitu berlindung dengan Allah dari syaitan laknatullah..agar keihkhlasan terbit, gentar hadir. Ketenangan lahir..dan rindulah pada ayat-ayat Allah. Betapa keindahan Al Quran seharusnya dihayati dan meresap dalam diri..In shaa Allah..

Mengenai fasal ini,Allah berfirman :

“Apabila engkau membaca Al-Quran, maka hendaklah engkau terlebih dahulu) memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan Syaitan yang kena rejam. Sesungguhnya Syaitan itu tidak mempunyai sebarang pengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan yang berserah bulat-bulat kepada Tuhan mereka. Sesungguhnya pengaruh syaitan itu hanyalah terhadap orang-orang yang menjadikan dia pemimpin mereka, dan orang-orang yang dengan sebab hasutannya melakukan syirik kepada Allah.”
(Surah Al-Nahl:98-1oo)

Lapan pengajaran yang kita dapat hayati dari perintah Allah tersebut iaitu;

1) Al-Quran adalah penyembuh dari berbagai penyakit hati. Ia juga boleh menghilangkan sikap was-was, segala jenis syahwat dan berbagai keinginan atau kehendak yang merosakkan yang semua itu disebabkan oleh tipu daya syaitan. Al-Quran boleh menawarkan apa-apa penyakit akibat keracunan yang dibuat oleh syaitan di dalam hati seseorang. Kerana itulah diperintahkan agar menjauhi racun yang menyakitkan itu dan membersihkan hati daripadanya dengan penawar saki-baki penyakit yang ada di dalamnya,ianya boleh diusahakan dengan membaca istiazah dengan penuh khusyu’ dan Tadabbur (menghayati isi kandungannya).

2) Al-Quran adalah petunjuk hidayah, faktor yang menunjukkkan segala kebaikan di dalam hati.Hal ini boleh diumpamakan sebagai fungsi air bagi sesuatu tumbuhan. Syaitan pula disifatkan sebagai panas atau api yang mengeringkan tumbuhan tersebut dari masa ke semasa. Syaitan selalu berusaha untuk membunuh benih-benih kebaikan yang ada di dalam hati sehinggalah ia tidak terdaya untuk tumbuh dengan subur. Kalaupun boleh menjadi tumbuhan tetapi ia menjadi tumbuhan beracun atau berpenyakit. Oleh yang demikian, diperintahkan agar beristiazah kepada Allah dari syaitan agar apa-apa kebaikan yang dihasilkan oleh Al-Quran tersebut tidak rosak akibat racun atau penyakit yang ditaburkan oleh syaitan.

3) Seseungguhnya para malaikat akan berdatangan dan mendekati orang yang membaca dan mendengarkannya dengan penuh khusyuk.Hal ini seperti mana diterangkan dalam hadith “Ketika Usaid bin Hudlair membaca Al-Quran ia ternampak lembaga seperti khemah yang di dalamnya terdapat lampu-lampu.Kemudian baginda Nabi SAW bersabda “Itulah Para malaikat.” (Maksud Hadith riwayat Bukhari dan muslim dari Abu Said Al-Hudri ra.)

4) Sesungguhnya syaitan berupaya sekuat tenaga dengan melalui pelbagai cara untuk melalaikan dan mengalpakan hati manusia. Sehingga diharapkan hatinya boleh kosong dari memahami maksud Al-Quran,iaitu bertadabbur (menghayati) apa-apa bacaan ketika membaca Al-Quran. Seterusnya syaitan mengharapkan agar boleh mengalihkan hati manusia dari menumpukan makna-makna Al-Quran.Sebagai akibatnya seseorang membaca Al-Quran tersebut tidak sempurna di dalam mengambil manfaat dari Al-Quran. Kerana itulah disuruh agar beristiazah ketika hendak membaca Al-Quran.

5) Seseorang yang membaca Al-Quran bererti juga sedang bermanfaat,iaitu memanjatkan doa dengan menyebut kalam Allah. Allah Azza Wa Jalla mendengar dan sungguh memperhatikan bacaan-bacaan Al-Quran, apalgi jika ia dibacakan dengan secara yang merdu dan Nagham (lagu dalam membaca Al-Quran) yang sangat indah. Syaitan pula sangat gemar menyanyikan dan mendengarkan nyanyian-nyanyian yang penuh kelucahan dan mendatangkan syahwat (berahi). Dengan demikian seorang yang akan membaca Al-Quran disyariatkan agar berisitiazah bagi menjauhkan syaitan dari dirinya, seterusnya mempersembahkan bacaanya (Al-Quran) ke hadapan Tuhannya.

6) Sesungguhnya ALLAH telah menceritakan bahawa Allah SWT tiada mengutus seorang Rasul atau Nabi melainkan syaitan akan bertindak menghalangi apa yang ada pada hati mereka (iaitu untuk berdakwah mentauhidkan Allah). Para ahli salaf berpendapat juga bahawa para Rasul dan Nabi, jika mereka hendak membaca Kalamullah, maka syaitan mesti akan menyibuk dan menghalang-halangi mereka. Jika terhadap Nabi dan Rasul pun, syaitan bersikap demikian, apatah lagi sikapnya terhadap manusia biasa.Tentunya lebih dasyat lagi. Ia sentiasa berusaha untuk mengelirukan pembaca Al-Quran dari bacaannya, mengelirukan dan memilatkan lidahnya, menyekat pergerakan lisannya dan menggoda hatinya agar lalai dari kandungan makna bacaannya. Dengan demikian beristiazah kepada Allah dari kejahatannya adalah suatu hal yang penting, agar seorang pembaca Al-Quran tersebut berjaya mencapai matlamat dari bacaannya dengan baik.

7) Syaitan sangat susah hati jika seseorang manusia mempunyai azam atau keinginan baik di hatinya. Pada saat itu,ia berusaha agar dapat membuang azam baik tersebut dan menghalangnya dari terus meresap ke dalam hati manusia tersebut. Dalam satu hadith sahih disebutkan bahawa baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kelmarin syaitan meloncat di hadapanku dan hendak berusaha agar solatku terputus (terbatal).” Adalah menjadi kenyataan bahawa apapun perbuatan yang paling banyak menghasilkan manfaat bagi seorang hamba dan lebih mendekatkan kecintaan kepada Allah, maka sudah mesti syaitan menghalangnya dengan lebih dahsyat.

8) Sesungguhnya membaca istiazah sebelum berlangsungnnya bacaan Al-Quran adalah satu tanda atau pemberitahuan bahawa apa yang akan datang sesudahnya (iaitu apa yang diperdengarkannya) adalah kalamullah Al-Quran. Bahkan istiazah lebih merupakan satu mukaddimah dan peringatan kepada para pendengar bahawa apa yang akan disampaikan kepadanya adalah Al-Quran. Dengan demikian,jika seseorang itu mendengar bacaan istiazah,hendaklah ia segera membuat persediaan diri bagi mendengar dan memperhatikan kalamullah Al-Quran.

Beristizahlah dengan bersungguh-sungguh, semoga kita sentiasa mendapat perlindungan dari Syaitan yang sentiasa berusaha menyesatkan kita dengan pandangan-pandangan yang melalaikan. Barulah Ayat suci Al-Quran dapat meresap dalam diri. Tanyakan diri sejenak..berapa banyak surah Al-Quran yang dihafal berbanding lirik-lirik lagu yang lagha diluar sana? Tepuk dada..tanyalah Iman..bicara lah pada fikiran..dan tegurlah hati..

Wassalam..

http://hatiyangsedih.blogspot.com/p/al-quran.html

MENEMUKAN KHUSYUK YANG HILANG


Saya masih banyak kekurangan. Apa yang saya lakukan SEBELUM masuk waktu solat, saya ambil masa dalam 1-15 minit untuk diam dari melakukan apa jua kerja.

1. Yang saya lakukan hanyalah berkomunikasi dengan Allah. Tidak memohon. Tetapi sekadar bercerita. Saya suka bercerita kepada Allah. Tentang kerja, tentang hidup, tentang keluarga, anak-anak. Tentang apa saja.

2. Kemudian setelah masuk waktu solat, saya bangun untuk mengambil wuduk dalam KESEDARAN bahawa saya sedang dalam perjalanan untuk bertemu denganNya secara formal.

Saya ingin memujiNya, saya ingin memohon (mengikut doa dalam solat) dan saya ingin berterima kasih pada Nya.

3. Sepanjang wuduk… saya SEDAR bahawa Yang ingin saya temu adalah Allah. Saya pastikan wuduk saya sempurna. Saya minta agar segala anggota wuduk saya dilindungi Allah dari melakukan kejahatan dan kemaksiatan.

4. Dalam perjalanan untuk memulakan solat saya tetap jaga kesedaran bahawa saya dalam persediaan jumpa Allah.

Saya bentang sejadah dan tetap kesedaran bahawa saya ingin bertemu Allah tidak saya lepaskan. 

5. Ketika saya berdiri untuk mula takbir, saya istighfar dahulu. Memohon keampunan pada Allah seawal lagi agar pujian saya benar-benar datang dari hati yang bersih. Berulang-ulang saya istighfar.

6. Kemudian saya mengangkat Takbir dan saya menyedariNya. Saya memanggil Allah Yang Maha Besar, Yang saya rindui.

7. Saya tidak “membaca” Doa iftitah. Tetapi saya memuji Allah dalam Doa Iftitah. Mulut ini berkomunikasi dalam bahasa arab. Namun hati ini memahami apa yang diucapkan adalah….

“Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Besar sebesar-sebesarnya ya Allah. Ya Allah Segala puji bagiMu ya Allah sebanyak-banyaknya ya Allah. Ya Allah, Maha Suci Engkau di pagi dan petang ya Allah.”

“Ya Allah ku hadapkan wajahku kepadaMu Tuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan benar-benar lurus dan berserah kepadaMu ya Allah. Ya Allah, aku ini bukan dari kalangan orang-orang yang musyrik ya Allah.”

“Ya Allah sesungguhnya ya Allah, solatku ya Allah, ibadahku ya Allah, hidupku ya Allah, matiku ya Allah adalah hanya untukMu ya Allah.”

“Ya Allah, tidak ada sekutu bagiMu ya Allah, dan aku diperintahkan untuk tidak menyukutukanMu ya Allah dan aku ini dari golongan orang yang berserah diri.

8. Kemudian, saya terus memujiNya dalam Al-Fatihah. Sebuah lagi skrip hadiah dari Allah untuk kita berkomunikasi denganNya. Kita berkomunikasi di dalam bahasa Arab namun kita faham yang sedang kita komunikasikan dengan Allah adalah….

“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan syaitan yang terkutuk ya Allah.”
“Ya Allah, Dengan namaMu ya Allah Tuhan Yang Maha Pemurah dan Penyayang ya Allah”.

“Ya Allah, Segala puji bagiMu Tuhan yang memelihara segala alam ya Allah. Engkaulah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang ya Allah. Engkaulah raja yang menguasai hari pembalasan ya Allah.

Ya Allah…. kepadaMu-lah kami sembah Ya Allah .. dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan ya Allah. (saya selalu tidak mampu menahan kesayuan tika saat ini. Saya sangat rindu padaNya hingga seluruh tubuh ini bergetar)

Tunjukilah kami jalan yang lurus ya Allah. Jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat ya Allah, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat ya Allah.”

ALLAHUKABAR indahnya solat. Ini baru selesai Al-Fatihah.

9. Kemudian kita baca surah yang mudah dan kita fahami.

10. Diamlah sejenak sebelum kita rukuk. Tuqmaninah sebentar. Sedarilah kita rukuk untuk hormat dan memuji Allah.

11. Lalu rukuklah. Namun diam dahulu. Rukunnya adalah rukuk bukan bacaan rukuk. Diamlah namun sedar dan berterima kasih pada Allah. Terima kasih yang datang dari hati ini.

Lalu ketika ini pujilah Allah dengan benar. Pujilah Allah dari hati. Bukan bacaan sekadar dari bibir semata-mata.

” Ya Allah, Maha SuciMu Tuhan yang Maha Agung ya Allah.”

Selepas pujian pertama… diam lagi… rukuklah dengan benar disamping fizikal kita benar-benar rehat. Tulang-tulang kita kembali kepada tempatnya. Darah mengalir ke otak kerana kedudukan otak sama dengan jantung.

Pujilah lagi untuk seterusnya hingga 3 kali.

12. Bangunlah dengan perlahan, dengan hormat dalam setiap pergerakan solat. SEDARlah terus bahawa kita sedang bertemu dengan Allah. TUHAN.. bukan bos, bukan menteri, bukan kawan-kawan, bukan mak ayah….. tetapi Allah…. TUHAN yang menjadikan kita dan tempat kita kembali. Allah.. 

Iktidal… diam sebentar (tuqmaninah) lalu nyatakan pada Allah….

“Ya Allah, untukMu segala pujian ya Allah.”

Andai semuanya milik Allah segala pujian, adakah pujian milik kita? 
siapa kita yang sering ingin dipuji? 
Siapa kita yang sering kecewa ketika orang lain tidak memuji kita? 
Siapa kita?…. Astaghfirullah.

13. Sujud….. Diamlah sebentar. Sedarlah ketika sujud ini, jasad ini kembali kepada asalnya yakni tanah. Kita tidak ada apa-apanya lagi. Segala pujian adalah milik Allah. Kita ini tiada apa-apanya. Kita mengharapkan redha Allah semata-mata.

Sujudlah… 
sedarlah Allah… 
lalu pujilah Allah….

“Ya Allah, Maha SuciMu Tuhan yang Maha Tinggi ya Allah”

Diamlah sebentar untuk pujian kedua dan ketiga agar benar-benar pujian itu dari hati kita dalam kesedaran padaNya.

14. Kemudian duduklah dengan penuh tunduk dan mengharap padaNya. Mohonlah satu persatu. Bukan membaca dengan laju…. tetapi mohonlah…mohonlah. Diri kita sangat memerlukan kasih sayang daripadaNya.

“Ya Allah, ampunilah aku ya Allah”
“Ya Allah, rahmatilah aku ya Allah”
“Ya Allah, cukupkanlah segala keperluanku ya Allah”

“Ya Allah, angkatlah darjatku ya Allah” (angkat darjat bukan naik jawatan, jadi kaya raya, jadi terkenal, sentiasa dipuji. Bukan..bukan. Angkat darjat adalah agar Allah melindungi maruah kita. Tidak mengaibkan kita. Andai Allah mengaibkan segala kejahatan dan kemaksiatan kita…. Allahurabbi… tidak tertahan untuk mampu terus hidup).

“Ya Allah, Murahkan rezekiku ya Allah”
“Ya Allah, bukakan pintu hatiku untuk hidayah/petunjukMu ya Allah”
“Ya Allah, sihatkanlah aku ya Allah”
“Ya Allah, maafkanlah aku ya Allah.”

Andai ini dibaca dengan baik, Allahhurabbi…sujud seterusnya pasti akan lebih berserah kita padaNya.
*****
Jika ini dapat didirikan dengan baik, nikmatilah sendiri keindahan solat. Betapa nikmatnya solat dan nikmatnya solat kita tidak pernah sama sejak kita mendirikannya dulu hingga sekarang. Bahkan nikmat solat ini semakin meningkat dari satu waktu ke waktu yang lain.

Dulu saya tertanya-tanya bagaimana mereka yang dekat dengan Allah sentiasa menunggu-nunggu waktu solat.

Allahurabbi…. ketika menikmati nikmatnya solat… barulah kita faham mengapa solat itu sering ditunggu-tunggu.

Dari tinta Dr Fuad Latip

Selasa, 3 Februari 2015

Telah Semakin Dekat Kemunculan Imam Mahdi

Tanda Besar Kiamat Ke-4 - Asap Raksasa Ad Dukhan (Seri 10 Tanda-tanda B...

Meteor Menghantam Rusia 15 Februari 2013

Ucapan Prof. Dr Morsi yang menakutkan Yahudi dan Kristian

Senyum Para Syuhada...flv

أسماء الله - عیلم پلۆجۆڤیك | Ilma Plojovic - Asma Allah

Lagu Khas R4BIA (RABIA)

TUJUH KEADAAN HADAPI MUSIBAH

Posted by epondok -Mazlina Ismail
Gambar hiasan jee
Persepsi ujian adalah bala sebagai hukuman semata-mata perlu diperbetulkan. Ustaz Muhamad Abdullah Al Amin dalam Rancangan Pesona D’zahra di Ikimfm berkongsi tujuh perkara dalam melihat ujian atau bencana alam seperti banjir luar biasa yang berlaku di beberapa negeri di pantai timur, baru-baru ini.

Pertama, walaupun ada banyak tanda-tanda hari kiamat yang semakin menghampiri tetapi ada dua yang banyak disebutkan iaitu air laut membuak-buak dan air laut terbakar. Justeru ketika didatangi musibah alam yang hebat, ambil iktibar dan muhasabah diri daripada ujian yang datang dalam hidup kita mahupun yang menimpa orang lain.

Perbetulkan persepsi memandang sesuatu ujian itu kerana sesungguhnya musibah dan bala yang melanda juga adalah tanda menghampiri kiamat. Lalu, tanyalah diri kita apakah persediaan untuk menghadapi hari kiamat. Elakkan menghakimi orang lain atas ujian dihadapi mereka, sebaliknya hulurkan bantuan dan tunjukkan rasa simpati kepada mangsa bencana.

Bala bukti kekuasaan Ilahi
Kedua, renungi setiap bala, bencana dan musibah yang melanda itu adalah sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Penghayatan ini hanya akan dapat dilakukan dengan pembacaan dan memahami makna ayat yang terkandung dalam al-Quran.

Allah SWT menceritakan kekuasannya di dalam al-Quran, tetapi manusia tidak memahami dan tidak merenunginya. Maka, Allah SWT menghantar ujian untuk membuktikan kekuasaan-Nya supaya manusia faham dan sedar. Lihat tsunami di Aceh yang tidak menjejaskan masjid.

Walaupun diuji, Allah SWT tidak akan membiarkan kita bersendirian dalam menghadapi sesuatu musibah. Bagi hamba-Nya yang bertakwa dan bertaubat, setiap musibah yang melanda akan diberikan jalan keluar. Allah SWT menghantarkan bantuan dalam menghadapi kesusahan dan memberi kemudahan dalam pelbagai cara.

Ketiga, bencana dan musibah itu didatangkan kerana Allah ingin menggantikan sesuatu dengan yang lebih baik. Bukalah hati dan fikiran untuk melihat bencana itu dari sudut positif. Contohnya, ada yang mungkin kehilangan rumah, insya-Allah akan mendapat rumah baru, kelengkapan baru dan sebagainya.

Sesungguhnya janji Allah pasti benar. Percayalah selagi kita bersangka baik dengan ujian-Nya dan sifat Maha Pengasih Allah SWT, semua usaha untuk bangkit kembali akan dipermudahkan.

Keempat, apabila didatangi ujian, ketahuilah Allah SWT hendak meninggikan darjat mereka yang diuji. Rasul dan Nabi adalah antara yang paling berat diuji. Rasulullah SAW juga bersabda, seberat-berat ujian adalah kepada Nabi. Dan setiap ujian itu berdasarkan kepada tahap keimanan seseorang. Manusia itu lahir dengan nama ‘Abdullah’ di sisi Allah dan nama-nama lain yang dinamakan kepada kita, tetapi apabila mati kita akan digelar dengan nama-nama yang baik seperti Saifullah, namun tidak kurang juga yang dinamakan nama yang tidak baik di sisi Allah bergantung kepada amalan kita di dunia dan cara kita menghadapi ujian yang menimpa.

Ujian penghapus dosa
Kelima, ujian itu datang kepada kita sebagai penghapusan dosa. Dalam mengharungi kehidupan ini adakalanya kita berbuat sesuatu kesalahan dan dosa, baik yang tidak kita sedari mahupun yang disengajakan dan kadangkala kita tidak memohon ampun kepada Allah SWT.

Mungkin dalam mencari rezeki, ada terambil harta yang tidak jelas sumbernya dan jalan perbelanjaannya. Maka ujian diturunkan bagi menyucikan seseorang itu daripada dosa dan kesalahannya dengan kesabaran dan kepayahan yang datang daripada ujian itu.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Tiada seorang Mukmin yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya” (Hadis riwayat Bukhari).

Sesungguhnya pengampunan Allah itu sangat besar dan ketika dilanda ujianlah kita akan banyak mengingati Allah dan mengharapkan pengampunan dengan sebenar-benarnya. Ini adalah keutamaan yang besar daripada Allah SWT kerana dengan ujian yang dideritai seorang Muslim, dosa yang pernah dilakukannya terhapus kerana penderitaannya menjadi kifarah (penebus) dosanya. Jadi dengan bersabar dan reda akan membawa kepada ketenangan.

Keenam adalah mengenai bagaimana seharusnya melihat ujian yang melanda, iaitu dengan mengetahui Allah hendak memberi pahala percuma kepada mereka yang ditimpa ujian.

Di dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan suatu musibah. “(Hadis riwayat Bukhari). Hal ini kerana di dalam syurga ada darjat tertentu yang harus dicapai, apabila seorang Muslim tidak mampu mencapainya dengan suatu amal, maka dia pasti dapat memperoleh darjat itu dengan musibah atau penyakit yang dideritai.

Selain itu adakalanya ibadah yang kita laksanakan mungkin kurang sempurna justeru pahala sabar ujian itu akan membantu menyelamatkan kita di akhirat nanti.

Pahala percuma
Pahala percuma juga bukan sahaja diperoleh mereka yang menghadapi ujian, malah akan turut dikurniakan kepada kepada mereka yang memberikan bantuan kepada mangsa bencana. Mereka yang membantu hamba Allah yang sedang dalam ujian itu perlu menyedari bahawa Allah SWT yang memberikan kesempatan dan menggerakkan hati untuk melakukan kebaikan. Maka sebutlah Alhamdulillah selepas memberi bantuan kerana semua kudrat dan bantuan itu adalah rezeki dengan izin-Nya.

Perkara terakhir dalam perkongsian kali ini adalah; ada kalanya walaupun ujian itu memang dilihat seperti bala, tetapi itu bukan perkara utama. Renungilah ujian itu sebagai tanda masa untuk kita bermuhasabah diri dan memperbetulkan diri. Tidak semua ujian itu bala. Berhati-hatilah agar tidak menjatuhkan hukuman kerana kita tidak layak untuk mengukur bahawa setiap ujian itu bala.

Sebaliknya, berbanyak syukur atas setiap ujian, kerana Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih terhadap hamba-Nya dan pasti akan memberikan hanya yang terbaik untuk setiap makhluk ciptaan-Nya di dunia dan akhirat.

https://epondok.wordpress.com/2015/01/26/7-keadaan-hadapi-musibah/