Beliau mempunyai
nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Bustham Khurasan
pada tahun 188 Hijriyah dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid Al
Busthami. Beliau wafat di Bustham pada tahun 261.
Abu Yazid
dikenal sebagai anak saleh dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Ibunya
dengan tekun membimbing dan megirimnya untuk belajar agama ke masjid. Setelah
dewasa beliau melanjutkan belajar agama ke berbagai daerah untuk berguru kepada
ulama-ulama terkenal seperti Abu Ati dari Sind.
Kehidupannya
sebagai seorang sufi ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kira-kira
dalam waktu 30 tahun beliau berkelana menyusuri padang pasir, hidup dengan
zuhud, makan serba sedikit, tidur yang tidak begitu banyak. Dari kezuhudannya
itu beliau dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ma’rifat yang
hakiki untuk dapat mengenal Allah.
Saling Menyayangi
Pada suatu hari
Abu Yazid Al Bustami berjalan bersama rombongan muridnya di sebuah jalan yang
sempit. Tiba-tiba ada seekor anjing berjalan kearah yang berlawanan. Ketika
berpapasan, Abu Yazid Al Bustami berhenti untuk memberi jalan kepada anjing
tersebut.
Kerana itu, seorang murid Abu Yazid Al Bustami berkata, “Allah telah memuliakan manusia
di atas semua makhluk. Dan Abu Yazid adalah rajanya ilmu pengetahuan, tetapi
dengan segala keutamaan pribadi bersama murid-muridnya, dia memberi jalan
kepada anjing. Bagaimana itu bisa terjadi?”
“Sekalipun
tampak diam, anjing itu memohon kepadaku, hai anak muda,” Kata Abu Yazid pada
muridnya. “Dia bertanya tentang kesalahan yang telah dia lakukan dan kebaikan
apa yang telah aku lakukan sehingga dia memakai pakaian kulit sebagai anjing
sedangkan aku diberi pakaian hormat sebagai raja pengetahuan. Itulah ucapan
yang berhasil kutangkap sehingga aku memberi jalan kepadanya. Ya, tak ubahnya
sikap saling menyayangi terhadap ciptaan-Nya yang juga berarti menyayangi Dia.”
Takut Mengotori Masjid
Setiap kali
sampai di depan masjid, Abu Yazid Al Bustami berdiri sebentar, kemudian
menangis.
“Mengapa engkau
menangis, hai Abu Yazid,?” Tanya seseorang suatu ketika.
Aku merasa
diriku seperti seorang wanita yang sedang haid sehingga aku malu memasuki
masjid kerana takut mengotori,” Jawab Abu Yazid Al Bustami.
Jangan Sombong
Suatu ketika ketika Abu Yazid Al Bustami sedang duduk, di benaknya terlintas pemikiran bahwa dirinya adalah seorang besar, seorang wali pada zamannya. Tak lama kemudian dia sadar bahwa dirinya telah melakukan dosa besar. Dia segera bangkit dan pergi ke Khurosan. Sesampainya di sana dia menginap di sebuah tempat. Dia bersumpah bahwa dia tidak akan meninggalkan Khurosan sebelum Allah mengirimkan seseorang untuk mengingatkan dirinya yang alpa.
Tiga hari tiga
malam Abu Yazid Al Bustami tinggal di tempat itu. Pada hari keempat dia melihat
seorang dia melihat seseorang bermata satu menunggangi unta dan mendekatinya.
Setelah orang tersebut mendekat, Abu Yazid Al Bustami melihat tanda-tanda
ketakwaannya. Abu Yazid melambaikan tangan kepada unta tersebut agar berhenti.
Setelah unta tersebut berhenti, orang tersebut berkata kepada Abu Yazid, “Kamu membawaku ke sini untuk membuka pintu yang terkunci dan menenggelamkan warga Bustam bersama Abu Yazid, benarkah begitu?
Abu Yazid
terperanjat mendengar kata-kata lelaki itu. Ia lalu bertanya, “Dari mana
asalmu?”
“Tak perlu kau
tahu dari mana aku. Kukatakan kepadamu bahawa sejak engkau mengucapkan sumpah
di tanah Khurosan ini, aku telah menghadiri tiga ribu perkumpulan. Hati-hatilah
wahai Abu Yazid. Jagalah hatimu. Tak ada yang berhak sombong di muka bumi ini
kecuali Pencipta jagad raya ini, Allah.”
Setelah berkata
begitu, orang bermata satu itu membangunkan untanya untuk kemudian segera
pergi.
Lupa Nama Baru
Hampir setiap
hari Abu Yazid Al Bustami begitu asyik dengan Tuhan. Keasyikan itu membuat dia
sering lupa ketika memanggil nama seorang muridnya yang telah belajar padanya
selama tiga puluh tahun.
“Anakku siapakah
namamu?” tanya Abu Yazid kepada murid tersebut.
“Engkau suka
mengolok-olokku, Guru,” kata sang murid. “Sudah tiga puluh tahun aku belajar
kepadamu tetapi hampir setiap hari engkau menanyakan namaku.”
“Bukan aku
mengolok-olokmu, Anakku,” kata Abu Yazid Al Bustami. “Tetapi nama-Nya telah
memasuki hatiku dan mengeluarkan semua nama lain sehingga aku selalu lupa
setiap kali mengingat nama baru.”
Tugas Manusia Sejati
Suatu hari ada
seorang berkata kepada Abu Yazid Al Busthami.
“Wahai Abu
Yazid, engkau bisa berjalan di atas air.”
“Sebatang pohon
juga bisa jalan di atas air,” Balas Abu Yazid Al Busthami
“Engkau
melakukan perjalanan ke Ka’bah dalam satu malam,” ujar orang itu lagi.
“Seorang tukang
sulap juga bisa pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam, “ Kata Abu
Yazid Al Busthami.
“Lalu apakah
tugas manusia sejati yang sebenarnya?” Tanya orang tersebut.
“Manusia sejati hanya menggantungkan hatinya kepada
Allah. Lainnya tidak, “ Jawab Abu Yazid Al Busthami.
Sumber:
http://cahayamukmin.blogspot.my/2009/02/abu-yazid-al-busthami-berbagai-kisah.html
Hikmah
di balik Kisah: Kumpulan Cerita Shufi. Disusun oleh: Wawie Am-Drs. Abd.
Mutholib Ilyas. Penerbit: CV Putra Karya
Rahasia
Kehidupan Orang Sufi: Memahami Ajaran Thoriqot dan Tasahawuf. Disusun oleh:
Ust. Labib MZ. Penerbit: Bintang Usaha Jaya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan