Gambar hiasan aje |
Nasihat ulama ASWAJA tentang pentingnya mempelajari Fikh (Syari’at) dan Tasawuf (Jalan sufi menuju Ma'rifat)
Rasulullah SAW: "Syariat itu ucapanku, Thoreqot itu perbubatanku, Hakikat itu merupakan tingkah laku daripadaku, dan Ma'rifat itu pokok dasar (modal) atau pangkal kekayaan (baik zahir mahupun batin)" (Hadis Riwayat Anas bin Malik)"
Ini Adalah nasihat Ulama-ulama Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah terdahulu(ASWAJA) khususnya Imam 4 Mazdhab tentang pentingnya mempelajari Fiqh (Syari’at) dan Tasawuf (Kaum sufi dalam mampelajari hakikat/jalan menuju Ma’rifat)
1. Imam Abu Hanifa/ Imam Hanafi (Pendiri Mazhab Hanafi) (81-150 H./700-767 M)
Dalam Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa: Ibn ‘Abideen said, seorang sufi, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam sebelum meninggal berkata: “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahuijalan yang benar”. Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq”.
2. Imam Malik (Pendiri Mazhab Maliki) (94-179 H./716-795 M)
Imam Malik (r): (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keteranganImam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195)
3. Imam Shafi’i (Pendiri Mazhab Shafi’i) (150-205 H./767-820 M)
Imam Shafi’i : ”Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
- Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
- Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
- Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf. (Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz. 1, hal. 341)
Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rohimalloh :
“Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih & juga menjalani tasawuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan taqwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawwuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik”. [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
4. Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri Mazhab Hambali) (164-241 H./780-855 M)
Imam Ahmad (r): (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” (Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)
Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)
5. Imam al-Qushayri (465 H./1072 M)
Imam al-Qushayri tentang Tasawuf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikandiri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya.” [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]
6. Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 M)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I dikenal dengan nama Imam al Ghazali lahir tahun 450 H/1058 M di propinsi Khurasan Irak. Beliau mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah sehingga digelar sebagai hujjatul Islam. Diantara banyak karya tasawuf yang beliau karang yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan ilmu-ilmu Agama).
Imam Ghazali, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Pendapat Imam Al Ghazali Tentang Pentingnya Mencari Syekh Mursyid sebagai pembimbing: “Di antara hal yang wajib bagi para salik yang menempuh jalan kebenaran adalah bahwa dia harus mempunyai seorang Mursyid dan pendidikan spiritual yang dapat memberinya petunjuk dalam perjalanannya, serta melenyapkan akhlak yang tercela”. “Bergabung dengan kalangan sufi adalah fardhu ‘ain. Sebab tidak seorangpun terbebas dari aib dan kesalahan kecuali para Nabi”. (Imam Al-Ghazali)
7. Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 M)
Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid,p. 20]
8. Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 M)
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi : “Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskandiri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku” .” [IctiqadatFuraq al-Musliman, p. 72, 73]
9. Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 M)
Ibn Khaldun : “Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi’een, and Tabi’ at-Tabi’een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia” [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]
10. Ibn Taimiyah (661-728 H./1263-1328 M)
Majmu Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat,Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: “Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi.”
11. Tajuddin as-Subki
Mu’eed an-Na’eem,p. 190, dalam tasawuf: “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah” Dia berkata: “Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.
12. Jalaluddinas-Suyuti
Dalam Ta’yad al-haqiqatal-’Aliyya, p. 57: “tasawuf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid’ah”
13. Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 M)
Imam Ibn Qayyim menyatakanbahwa, “Kita menyasikankebesaran orang-orang tasawuf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh Sufyan ath-Tsawri(d. 161 H./777 H). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata: “Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 H) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya’) dalam diri (Manazil as-Sa’ireen) Lanjut Ibn Qayyim:”Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh”
14. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said berpendapat melalui pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah dengan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” Ma'rifat merupakan ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat. Di ibaratkan kalau manusia Raksasa penebar Angkara murka dan kejahatan kalau mewiridkan amalan ma'rifat atau diruwat Batara (maha Guru) akan berubah menjadi manusia Mulia.
JIKA TERJADI PERSELISIHAN, MISALNYA ADA YANG MENGATAKAN AMALAN TASAWUF/JALAN MENUJU MA'RIFAT ITU BID'AH MAKA SOLUSINYA:
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (pemahaman jumhur ulama terbanyak).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih).
Semoga bermanfaat
Tiada ulasan:
Catat Ulasan