Selasa, 31 Januari 2017

BAGAIMANA KITA MEMANDANG GURU KITA.?


Al Imam Ali bin Hasan al Atthas mengatakan :
ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ

” Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab- hijab batinnya), adalah sesuai kadar adab kita bersama guru. Kadar besarnya guru di hati kita, maka demikian pula kadar besarnya diri kita di sisi Allah tanpa ragu “. (al Manhaj as Sawiy : 217).


Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, ” Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku “. (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155).
Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :
ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ
''Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yang dapat menghapusnya’’.

Habib Abdullah al Haddad mengatakan, ''Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah redha kembali ''. (Adaab Suluk al Murid : 54).


Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba-tiba Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidhir. Maka nabi Khidhir berkata, ''Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, ” Ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ''.

Nabi Khidhir, '' Kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?”.
Murid itu menjawab, ''Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu''.
(Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78).

Al Habib Abdullah al Haddad berkata, ''Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, ” perintahkan aku ini, berikan aku ini !”, karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya “.
(Ghoyah al Qashd wa al Murad : 2/177).

Para ulama ahli hikmah mengatakan, ''Barangsiapa yang mengatakan ” kenapa ?” Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya''. (Al Fataawa al Hadiitsiyyah:56).

Para ulama hakikat mengatakan, ''70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan (batin, adab dan baik sangka) antara murid dengan gurunya ''.

https://generasisalaf.wordpress.com/2017/01/09/adab-kepada-guru-kunci-meraih-ilmu/

Tiada ulasan:

Catat Ulasan