Selasa, 29 September 2015
Sabtu, 26 September 2015
Jumaat, 25 September 2015
Khutbah Imam Besar Katolik tentang "Kebenaran Islam" Yang Menggemparkan Jemaat
Seorang Imam Besar Katolik Ortodoks, Dmitri Smirnov, menyampaikan sebuah khutbah gereja yang menggemparkan di depan ratusan jemaatnya.
Dia mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam. Berikut ini ceramahnya kepada jemaatnya sebagaimana Muslimina beritakan:
Kalian lihat, ketika umat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu pun orang yang berani melewati mereka, karena di seluruh dunia di masjid-masjid dan jalan-jalan kota di padati jutaan ribu umat Islam yang sedang bersujud kepada Tuhannya.
Saksikanlah, barisan jutaan umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan mengikuti shaf mereka masing-masing, dan hal itu tidak perlu diajarkan. Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus di perintah.
Lalu dimana kalian bisa melihat pemeluk Kristen seluruh dunia, bisa beribadah bersama? Dan hal itu tidak ada dalam Kristen, kalian tidak akan pernah melihatnya.
Lihatlah mereka, orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan, tapi pemeluk Kristen malah sebaliknya.
Kalian tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu, seorang pengemudi Muslim sering menyediakan jasa transportasinya untuk mngantarnya ke gereja di Moskow.
Dan setiap wanita tua itu ingin memberinya upah, tapi pengemudi Muslim selalu menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan yayasan.
Dengarkanlah persaksiannya, padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya, tapi pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang lebih tua, apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.
Keikhlasan pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ada ditemukan dalam pemeluk Kristen yang mengajarkan kasih, tapi pengemudi Kristen bisa tanpa belas kasih meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Dia mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa transportasinya.
Seorang Muslim justru lebih dekat dengan Sang Mesiah, tapi orang Kristen hanya ingin uang. Apakah kalian tidak merasakan?
Bagaimana dalam prosesi penebusan dosa, siapa saja harus membayar kepada pendetamu, entah itu miskin atau manula, wajib memaharkannya sebagai ritual pengampunan dosa.
Inilah kenapa saya mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik mayoritas pemeluk Islam dan negeri ini akan mnjadi milik Islam. Kalian lihat pribadi yang berbudi luhur dan santun, mampu membuat dunia tercengang, ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat Kristen.
Kalian mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris, tapi itu hanya isu belaka yang pada kenyataannya umat Islam lebih mengedepankan tata krama serta kesopanan.
Walau mereka di fitnah sebagai teroris, tapi populasi jumlah mualaf di Eropa dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk memeluk Islam, karena para mualaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam yang dunia tuduhkan.
Sekarang dan selamanya, masa depan Rusia akan menjadi milik umat Islam. Di masa depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihat populasi Muslim di Rusia, telah berjumlah 23 juta dan pemeluk Kristen mngalami penurunan menjadi 18 juta, lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.
Ini sebuah fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara bekas pecahan negara Uni Soviet mayoritas Muslim yaitu Republik Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu umat Islam telah menjamah di kota-kota besar Rusia termasuk Moskow.
Imam Besar mengakhiri khutbahnya dan turun ke mimbarnya dengan mata yang berair, di mana para jemaatnya masih terpaku dan haru, tidak menyangka seorang Imam Besar Katolik bisa mengagungkan orang Muslim.
Sebagian jemaat ada yang menangis melihat cara ajaran Islam, ternyata berbudi luhur dan tidak layak di sebut “teroris”.
Sumber: mediaislamia.com
Dia mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam. Berikut ini ceramahnya kepada jemaatnya sebagaimana Muslimina beritakan:
Kalian lihat, ketika umat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu pun orang yang berani melewati mereka, karena di seluruh dunia di masjid-masjid dan jalan-jalan kota di padati jutaan ribu umat Islam yang sedang bersujud kepada Tuhannya.
Saksikanlah, barisan jutaan umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan mengikuti shaf mereka masing-masing, dan hal itu tidak perlu diajarkan. Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus di perintah.
Lalu dimana kalian bisa melihat pemeluk Kristen seluruh dunia, bisa beribadah bersama? Dan hal itu tidak ada dalam Kristen, kalian tidak akan pernah melihatnya.
Lihatlah mereka, orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan, tapi pemeluk Kristen malah sebaliknya.
Kalian tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu, seorang pengemudi Muslim sering menyediakan jasa transportasinya untuk mngantarnya ke gereja di Moskow.
Dan setiap wanita tua itu ingin memberinya upah, tapi pengemudi Muslim selalu menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan yayasan.
Dengarkanlah persaksiannya, padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya, tapi pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang lebih tua, apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.
Keikhlasan pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ada ditemukan dalam pemeluk Kristen yang mengajarkan kasih, tapi pengemudi Kristen bisa tanpa belas kasih meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Dia mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa transportasinya.
Seorang Muslim justru lebih dekat dengan Sang Mesiah, tapi orang Kristen hanya ingin uang. Apakah kalian tidak merasakan?
Bagaimana dalam prosesi penebusan dosa, siapa saja harus membayar kepada pendetamu, entah itu miskin atau manula, wajib memaharkannya sebagai ritual pengampunan dosa.
Imam Besar Katolik Ortodoks, Dmitri Smirnov |
Saksikan juga, seorang Muslim tidak tertarik untuk mngambil upah pada orang-orang lansia. Mereka begitu ikhlas dengan sukarela membawakan barang-barang serta belanjaan wanita tua itu. Sampai sang wanita tua itu hendak berdoa ke gereja, sang pengemudi Muslim setia antar jemput wanita tua itu.
Inilah kenapa saya mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik mayoritas pemeluk Islam dan negeri ini akan mnjadi milik Islam. Kalian lihat pribadi yang berbudi luhur dan santun, mampu membuat dunia tercengang, ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat Kristen.
Kalian mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris, tapi itu hanya isu belaka yang pada kenyataannya umat Islam lebih mengedepankan tata krama serta kesopanan.
Walau mereka di fitnah sebagai teroris, tapi populasi jumlah mualaf di Eropa dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk memeluk Islam, karena para mualaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam yang dunia tuduhkan.
Sekarang dan selamanya, masa depan Rusia akan menjadi milik umat Islam. Di masa depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihat populasi Muslim di Rusia, telah berjumlah 23 juta dan pemeluk Kristen mngalami penurunan menjadi 18 juta, lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.
Ini sebuah fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara bekas pecahan negara Uni Soviet mayoritas Muslim yaitu Republik Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu umat Islam telah menjamah di kota-kota besar Rusia termasuk Moskow.
Sholat Idul Fitri 1436 H di Moscow Rusia |
Imam Besar mengakhiri khutbahnya dan turun ke mimbarnya dengan mata yang berair, di mana para jemaatnya masih terpaku dan haru, tidak menyangka seorang Imam Besar Katolik bisa mengagungkan orang Muslim.
Sebagian jemaat ada yang menangis melihat cara ajaran Islam, ternyata berbudi luhur dan tidak layak di sebut “teroris”.
Sumber: mediaislamia.com
Nikmat akal boleh sahaja hilang, tetapi
Nikmat akal boleh sahaja hilang, tetapi sifat ikhsan dan kasih sayang masih ada untuk disebarkan.
Rasulullah ﷺ bersabda: Tatkala seseorang sedang berjalan di suatu jalan, dia ditimpa rasa haus yang amat sangat, kemudian ia mendapat telaga, maka diapun turun ke dalamnya, kemudian dia minum lalu keluar kembali. Tiba-tiba dia mendapati seekor anjing yang sedang menjulur-julurkan lidahnya sambil memakan tanah kerana kehausan. Maka orang tersebut berkata: 'Sungguh anjing ini sedang merasa kehausan sebagaimana yang tadi aku rasakan', kemudian diapun turun kembali ke dalam telaga, kemudian dia mengisi kasutnya dengan air, lalu dia gigit dengan mulutnya hingga dia mendaki keluar dari telaga tersebut, kemudian dia memberi minum anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih (menerima amalannya) dan mengampuninya.
Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah! apakah kita akan mendapat pahala dengan berbuat baik kepada haiwan?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Terhadap setiap mahluk bernyawa akan diberi pahala"
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ سُمَىٍّ، مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ " بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ، اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ، ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ الْبِئْرَ، فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً، فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ ". قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لأَجْرًا فَقَالَ " فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ "
كتاب المظالم
باب الآبَارِ عَلَى الطُّرُقِ إِذَا لَمْ يُتَأَذَّ بِهَا
Sahih al Bukhari 2466
باب الآبَارِ عَلَى الطُّرُقِ إِذَا لَمْ يُتَأَذَّ بِهَا
Sahih al Bukhari 2466
Perbanyakkan Tahlil, Takbir dan Tahmid sepanjang awal Dzulhijjah
لا إله إلا الله, الله أكبر, الحمد لله
لا إله إلا الله, الله أكبر, الحمد لله
Perbanyakkan Istighfar kepada Allah ﷻ
¤ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنبن¤
Perbanyakkan Selawat kepada Rasulullah ﷺ
¤ اللهم صل على محمد ¤
¤ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنبن¤
Perbanyakkan Selawat kepada Rasulullah ﷺ
¤ اللهم صل على محمد ¤
Rabu, 16 September 2015
11.9.2015 MASJIDILHARAM MECCA
Perkongsian cerita dari salah seorang hujjaj baru2 ini di Mekah ketika kejadian..
"Perjalanan saya ke Masjidilharam untuk menunaikan solat Maghrib petang kelmarin, pada awalnya tidak banyak berbeza dengan hari-hari yang saya lalui sejak menjejaki kaki di bumi Anbiya ini. Melalui jalan yang menghala ke Masjid agung itu, langkah dipercepatkan supaya segera tiba. Sebagaimana saya, begitu juga jemaah lain yang sudah berada di kota kelahiran Rasulullah SAW ini sejak pertengahan bulan lalu, sempena musim haji tahun ini. Masing-masing berpusu-pusu dan menyegerakan langkah untuk segera tiba bagi mendapatkan ruang solat terbaik dan kesempatan beriktikaf sementara menunggu masuknya waktu.
Namun, apabila kaki sudah berada di dataran Masjidilharam, cuaca tiba-tiba mula bertukar dan ketika mendongak untuk menyaksikan perubahan yang agak pantas itu, saya melihat langit bertukar menjadi coklat pekat dan angin kencang yang penuh dengan pasir bertiup ke arah muka.
Dalam keadaan itu, saya hanya memikirkan betapa kerdilnya jutaan manusia dan segala binaan hebat di Makkah ini jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT.
Tidak disangka pagi Jumaat yang tenang di Makkah bertukar menjadi kucar-kacir pada petangnya apabila ribut pasir yang kuat melanda sehingga menyebabkan sebuah kren pembinaan di Masjidilharam yang sedang menjalani kerja pembesaran, tumbang dan mengorbankan nyawa sebilangan jemaah dan mencederakan ratusan yang lain.
Nyaris dihempap pencangkuk rakan sebilik, Azri Asmon, 31, yang pada waktu angin kencang melanda sudah berada di dalam Masjidilharam menceritakan, bagaimana beliau yang berada di tingkat atas mataf pada waktu itu kerana menunaikan tawaf sunat, menyaksikan sendiri sebuah kren tumbang di atas Masa'a (tempat mengerjakan saie) dan pencangkuknya melayang dekat dengannya sebelum jatuh ke atas ruang tawaf di bahagian bawah.
Katanya, orang yang sedang tawaf di mataf kelam kabut berlari mencari jalan keluar dan mereka bertolak-tolak... ada yang jatuh di atas lantai mataf kerana hanya ada dua laluan kecil yang menghubungkan mataf dengan bangunan masjid. "Saya simpati dengan warga tua dan jemaah berkerusi roda yang tersekat dalam kesesakan. Malah, ada jemaah yang cuba turun mataf yang setingginya kira-kira 25 meter itu, mungkin bimbang mataf itu juga akan runtuh ditiup angin.
Dalam keadaan itu saya hanya berdiri, melaungkan azan serta berzikir dan berdoa memohon perlindungan Allah SWT. Mujur isteri tidak ikut sama tawaf sunat dan berada di ruang dalam masjid," katanya yang berasal dari Pasir Gudang. Ahli keluarga terpisah.
Katanya lagi, jemaah yang berjaya masuk ke kawasan perlindungan mula sibuk mencari pasangan masing-masing dan ahli keluarga yang terpisah ketika ribut itu berlaku. Keadaan diburukkan lagi apabila semua talian telefon terputus dan wajah-wajah kebimbangan jelas di muka.
Ribut pasir yang tiba-tiba muncul itu turut menurunkan hujan batu dan beberapa jemaah cedera serta luka di badan kerana terkena ketulan ais yang agak besar.
Saya turut melihat empat sekeluarga lengkap dengan pakaian ihram berpaut pada tiang lampu di dataran Masjidilharam, cuba menahan diri daripada diterbangkan angin kencang.
Kilat sabung menyabung dan guruh berdentum dan untuk beberapa ketika, saya melihat angin pusar yang besar melintasi kawasan dataran, menerbangkan apa saja di dalam laluannya. Angin kencang itu turut menerbangkan penghadang jalan plastik di dataran, seumpama kertas dan mencederakan beberapa jemaah yang tidak sempat mengelakkan diri, terutama warga tua yang panik dan tidak dapat bergerak laju untuk menyelamatkan diri.
Dalam kekalutan ribuan manusia yang cemas di dataran Masjidilharam mencari perlindungan, saya dan seorang lagi jemaah India membantu seorang jemaah wanita tua dari Indonesia di hadapan saya yang terjatuh dan cedera akibat terkena penghadang jalan plastik yang diterbangkan oleh angin kencang itu.
"Tolong mas, tolong saya, mas. Jangan tinggalkan saya," rayunya berkali-kali diiringi tangisan sambil merangkul erat kaki saya. Mulutnya berdarah dan kedua-dua kakinya tidak dapat digerakkan.
Dalam keadaan basah kuyup, saya memujuknya dengan berjanji tidak akan meninggalkannya. Bagaimanapun, saya tidak berani untuk mengangkat wanita itu kerana saiz badannya yang agak besar dan bimbang jika beliau mengalami kecederaan dalaman. Sambil melindunginya daripada ribut dan angin kencang, beberapa penghadang besi tumbang dan penghadang jalan plastik juga terbang hampir dengan kami.
Ketika itu, saya melayani hati dengan bertawakal kepada Allah SWT untuk melindungi kami dan reda jika itu adalah hari terakhir buat saya walaupun saya tahu peluang untuk selamat lebih cerah jika saya meninggalkan wanita itu dan menyelamatkan diri. Namun, ini adalah Tanah Haram dan setiap insan yang berada di situ akan diuji tahap keimanan mereka seperti beberapa lelaki yang berlari melintasi kami tanpa mempedulikan jeritan pertolongan saya kepada mereka untuk membantu kami yang terdedah kepada pelbagai bahaya di kawasan lapang dataran itu. Hanya doa yang tidak putus-putus dan keyakinan kepada Allah SWT saja yang menguatkan hati saya untuk terus bertahan di situ.
Jemaah dari India yang bersama saya itu kemudian berlari di dalam ribut untuk mendapatkan bantuan dan kembali dengan seorang anggota polis yang cuba menghubungi anggota lain.
Kekalutan itu berlaku dalam seminit dua, tetapi dalam keadaan itu, waktu bagaikan berputar terlalu lama dan tidak lama kemudian, tiba seorang lagi anggota polis yang membuat pemeriksaan pantas dan memutuskan untuk mengangkat wanita Indonesia itu untuk dibawa ke tempat perlindungan. Berlindung di aras bawah bersama-sama, kami memapah beliau dalam ribut yang masih kencang itu ke bilik air di aras bawah tanah yang terletak kira-kira 100 meter dari situ. Sebaik tiba di bilik air itu, saya melihat sudah ada beberapa ratus jemaah yang berlindung di situ dan wanita itu segera mendapatkan bantuan daripada jemaah Indonesia lain. Ribut itu reda kira-kira setengah jam kemudian dan perlahan-lahan jemaah yang berlindung mulai keluar untuk mencari anggota keluarga dan sahabat mereka yang terpisah dan melihat kerosakan disebabkan ribut berkenaan. Ribuan pekerja masjid juga pantas membuat kerja pembersihan dengan membuang air yang bertakung di kawasan dataran dan sebahagian masjid.
Tidak lama kemudian, azan Maghrib berkumandang dan imam yang bagaikan mengerti, membaca surah al-Zalzalah dan al-Qari'ah yang menceritakan mengenai hari kiamat dan tanda-tandanya, pada rakaat pertama dan kedua solat. Surah al-Zalzalah yang mengandungi lapan ayat itu bermaksud:
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya:
"Mengapa bumi (menjadi begini)?
" Pada hari itu bumi menceritakan beritanya kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, nescaya dia akan melihat (balasan)-Nya dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarahpun, nescaya dia akan melihat (balasan)-Nya pula."
Kedengaran esak tangis jemaah apabila surah berkenaan dikumandangkan.
Selepas solat, saya terus pulang ke hotel kerana keletihan dan agak trauma. Ketika itu saya mendapat tahu ada jemaah yang meninggal dunia dan cedera dalam kejadian berkenaan. Al-Fatihah buat jemaah yang meninggal dunia. Apa pun, jika ditanya kepada saya, tiada tempat lain yang saya ingin menghembuskan nafas saya yang terakhir selain daripada di Tanah Haram.
Semoga kejadian ini memberikan kita keinsafan akan kekuasaan Allah SWT dan menambah ketabahan dalam menghadapi dugaan-Nya. "
-Penulis ialah Pengurus Besar Komunikasi Korporat Pharmaniaga Bhd
Sabtu, 12 September 2015
Imam Ahmad Bin Hambal Dibelasah Dan Dipenjarakan
Beliau memiliki sifat-sifat yang luhur dan tinggi. Ahmad bin Hambal dilahirkan di Baghdad
pada bulan Rabiul Awal tahun 164H. Beliau termasyhur dengan nama datuknya Hambal, kerana
datuknya lebih masyhur dari ayahnya.
Ibnu Hambal hidup dalam keadaan miskin, kerana ayahnya hanya meninggalkan sebuah rumah
Ibnu Hambal hidup dalam keadaan miskin, kerana ayahnya hanya meninggalkan sebuah rumah
kecil dan tanah yang sempit. Beliau terpaksa melakukan berbagai pekerjaan. Beliau pernah
bekerja di tempat tukang jahit, mengambil upah menulis, menenun kain dan kadangkala
mengambil upah mengangkat barang-barang orang. Beliau lebih mementingkan makanan
yang halal lagi baik dan beliau tidak senang menerima hadiah-hadiah.
Ketika ia masih berumur 14 tahun, Ahmad bin Hambal telah belajar mengarang dan menghafal
Ketika ia masih berumur 14 tahun, Ahmad bin Hambal telah belajar mengarang dan menghafal
Al-Quran. Beliau bekerja keras dalam menuntut ilmu pengetahuan. Sebagai seorang ulama
yang sangat banyak ilmunya, Ibnu Hambal pun seorang yang teguh imannya, berani berbuat
di atas kebenaran. Dia tidak takut bahaya apa pun terhadap dirinya di dalam menegakkan
kebenaran itu. Kerana Allah memang telah menentukan bahawa setiap orang yang beriman
itu pasti akan diuji keimanannya. Termasuk juga para nabi dan rasul yang tidak pernah
lepas dari berbagai ujian dan cubaan.
Ujian dan cubaan berupa fitnah, kemiskinan, seksaan dan lain-lainnya itu selalu akan
Ujian dan cubaan berupa fitnah, kemiskinan, seksaan dan lain-lainnya itu selalu akan
mendampingi orang-orang yang beriman apalagi orang yang menegakkan kebenaran.
Demikian juga halnya dengan Imam Hambali, terlalu banyak bahaya yang dihadapinya
dalam berjuang menegakkan kebenaran agama. Ujian itu datangnya bermacam-macam
kadangkala dari musuh kita dan dapat juga timbul dari kawan-kawan yang merasa iri
dengan kebolehan seseorang.
Imam Hambali berada di zaman kekuasaan kaum Muktazilah yang berpendapat bahawa
Imam Hambali berada di zaman kekuasaan kaum Muktazilah yang berpendapat bahawa
Quran itu adalah makhluk. Pendirian ini begitu kuatnya di kalangan pemerintah, sehingga
barangsiapa yang bertentangan pendirian dengan pihak pemerintah tentu akan mendapat s
eksaan. Sebelum Al-Makmun ini, yakni di zaman sultan Harun Al-Rasyid, ada seorang
ulama bernama Basyar Al-Marisy berpendapat bahawa Quran itu adalah makhluk.
Baginda Harun Al-Rasyid tidak mahu menerima pendapat tersebut. Bahkan terhadap
orang yang berpendapat demikian akan diberi hukuman. Kerana ancaman itu akhirnya
Basyar melarikan diri dari Baghdad.
Sultan Harun Al-Rasyid pernah berkata: “Kalau umurku panjang dan masih dapat berjumpa
Sultan Harun Al-Rasyid pernah berkata: “Kalau umurku panjang dan masih dapat berjumpa
dengan Basyar nescaya akan kubunuh dia dengan cara yang belum pernah aku lakukan
terhadap yang lain?” Selama 20 tahun lamanya Syekh Basyar menyembunyikan diri dari
kekuasaan Sultan.
Tetapi setelah Sultan Harun Al-Rasyid meninggal dunia, kemudian diganti dengan
Tetapi setelah Sultan Harun Al-Rasyid meninggal dunia, kemudian diganti dengan
puteranya Al-Amin barulah Syekh Basyar keluar dari persembunyiannya. Kembali ia
mengeluarkan pendapatnya itu, bahawa Quran itu adalah makhluk. Al-Amin juga
ependirian dengan ayahnya tidak setuju dengan pendapat tersebut. Ia mengancam
berat terhadap orang yang mengatakan Quran itu makhluk.
Kemudian kepala negara pindah lagi ke tangan saudara Al-Amin iaitu Al-Makmun.
Kemudian kepala negara pindah lagi ke tangan saudara Al-Amin iaitu Al-Makmun.
Di zaman pemerintahan Al-Makmun inilah pendapat tentang Quran itu makhluk mula
diterima. Al-Makmun sendiri telah terpengaruh dan ikut berpendapat demikian. Pada
suatu kali oleh Al-Makmun diadakan pertemuan para ulama besar, untuk membincangkan
hal itu, tetapi para ulama tetap berpendapat bahawa Al-Quran itu adalah makhluk.
Al-Makmun mengharapkan supaya pendapat itu diterima orang ramai.
Pada masa itu satu-satunya ulama yang keras berpendirian bahawa “Al-Quran itu
Pada masa itu satu-satunya ulama yang keras berpendirian bahawa “Al-Quran itu
bukan makhluk?” Hanyalah Imam Hambali. Secara terus terang ia berkata di hadapan
Sultan:“Bahawa Al-Quran bukanlah makhluk yang dijadikan Allah, tetapi ia adalah
lainnya diam seribu bahasa. Kemudian ia ditangkap dan dihadapkan ke hadapan baginda.
Ia dipanggil bersama tiga orang ulama yang lainnya, iaitu Imam Hassan bin Muhammad Sajah,
Imam Muhammad bin Nuh dan Imam Ubaidah bin Umar. Kedua ulama di antara mereka sama
menjawab dan membenarkan pendapat baginda sementara Imam Hambali dan Imam
Muhammad bin Nuh dengan tegas menjawab bahawa Quran itu bukanlah makhluk.
Keduanya lalu dimasukkan ke dalam penjara. Setelah beberapa hari dalam penjara
datang surat dari Tharsus yang meminta supaya keduanya dibawa ke sana dengan dirantai.
Kedua ulama tersebut betul-betul dirantai kedua kaki dan tangannya dan ditunjukkan
Kedua ulama tersebut betul-betul dirantai kedua kaki dan tangannya dan ditunjukkan
di hadapan orang ramai. Kemudian dibawa ke Tharsus, sesampainya di sana keduanya
dimasukkan ke dalam penjara. Kerajaan mempunyai seorang ulama besar bernama
Ahmad bin Abi Daud, yang pandai berbicara namun lemah dalam pendirian.
Terhadap Imam Hambali mereka minta supaya dihukum dengan hukuman yang seberat-
Terhadap Imam Hambali mereka minta supaya dihukum dengan hukuman yang seberat-
beratnya. Baginda raja menerima usulan tersebut. Lalu Imam Hambali dihadapkan depan
raja dan ditanyakan tentang pendiriannya. Namun ia tetap menyampaikan pendiriannya
bahawa Al-Quran itu ialah Kalamullah bukan makhluk. Dan ia menegaskan lagi bahawa ia
tidak akan berubah dari pendiriannya itu.
Akhirnya terjadilah persidangan yang dipimpin oleh baginda sendiri. Kemudian baginda
Akhirnya terjadilah persidangan yang dipimpin oleh baginda sendiri. Kemudian baginda
memanggil Imam Hambali dan berkata: “Atas nama saya sebagai kerabat Nabi Muhammad SAW
saya akan memukul engkau beberapa kali, sampai engkau membenarkan apa yang telah saya
benarkan, atau mengatakan seperti yang saya kata?” Kerana Imam Hambali masih tetap
dengan pendiriannya, maka baginda memerintahkan kepada perajuritnya untuk memukul
Imam Hambali.
Ketika cambuk yang pertama singgah di punggung beliau, beliau mengucapkan “Bismillah.
Ketika cambuk yang pertama singgah di punggung beliau, beliau mengucapkan “Bismillah.
” Ketika cambuk yang kedua, beliau mengucapkan “La haula walaa quwwata illaa billah”
(tiada daya dan kekuatan apa pun kecuali izin Allah). Ketika cambuk yang ketiga kalinya
beliau mengucapkan “Al-Quran kalaamullahi ghairu makhluk” (Al-Quran adalah kalam
Allah bukan makhluk). Dan ketika pada pukulan yang keempat, beliau membaca surah
At-Taubah ayat 51.
“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh
“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh
Allah bagi kami.”
Sehingga seluruh badan beliau mengalir darah merah.
Akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara kembali. Pada suatu hari ketika Imam
Sehingga seluruh badan beliau mengalir darah merah.
Akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara kembali. Pada suatu hari ketika Imam
Hambali dibawa ke Kota Anbar dengan tangan yang terbelenggu, seorang yang alim
bernama Abu Ja’far Al-Anbari menghampiri beliau. Imam Hambali bertanya kepadanya:
“Hai Abu Ja’far apakah engkau susah melihat keadaanku?” “Tidak wahai Imam, engkau
adalah pemuka umat, kerana umat manusia ada di belakangmu. Demi Allah, bila engkau
mahu menjawab bahawa Quran itu makhluk, pastilah umat akan mengikutimu, dan bila
engkau tidak mahu menjawab, maka umat juga tidak mahu menjawab seperti apa yang
ingin engkau jawab. Bila engkau tidak mati dibunuh orang, pasti engkau juga akan mati
dengan cara yang lain. Maka janganlah engkau mahu menuruti kehendak mereka.”
Mendengar kata-kata Ja’far itu beliau mencucurkan air mata dan berkata: “Masya-Allah!,
Mendengar kata-kata Ja’far itu beliau mencucurkan air mata dan berkata: “Masya-Allah!,
Masya-Allah!, Masya-Allah!. Kemudian beliau pun dikunjungi oleh bekas penjahat bernama
Abdul Haitsam Al-Ayyar dan berkata kepada beliau: “Wahai Imam, saya ini seorang pencuri
yang didera dengan beribu-ribu cambukan, namun saya tidak mahu mengakui perbuatan saya,
pada hal saya menyedari bahawa saya salah. Maka janganlah Imam gelisah dalam menerima
dera, sebab engkau dalam kebenaran.”
Ketika Khalifah Al-Makmun meninggal dunia pada tahun 218H (833 M) setelah memerintah
Ketika Khalifah Al-Makmun meninggal dunia pada tahun 218H (833 M) setelah memerintah
20 tahun lamanya, yang mengganti beliau ialah saudaranya yang bernama Ishaq Muhammad
bin Harun Al-Rasyid yang bergelar dengan Al-Muktashimbillah. Sebelum Khalifah Al-Makmun
meninggal dunia beliau telah berpesan kepada bakal penggantinya itu bahawa faham
Al-Quran itu makhluk harus dipertahankan.”
Kebijaksanaan kerajaan yang menyeksa para ulama yang tidak sependirian dengan faham
Kebijaksanaan kerajaan yang menyeksa para ulama yang tidak sependirian dengan faham
kerajaan itu atas dasar hasutan seorang ulama kerajaan yang bernama Qadhi Qudhoti
Ahmad bin Abi Daud (Daud). Ulama inilah yang memberikan usulan kepada Al-makmun
bahawa jika Imam Ahmad bin Hambal tetap tidak mahu mengikuti bahawa Al-Quran itu
makhluk hendaklah dihukum dengan hukuman yang berat.
Setelah kerajaan dipegang oleh Al-Muktasim ulama Ahmad bin Daud masih tetap menjadi
Setelah kerajaan dipegang oleh Al-Muktasim ulama Ahmad bin Daud masih tetap menjadi
qadi kerajaan. Pada suatu hari Qadi kerajaan ini cuba mengadili Imam Hambali dengan
melakukan perdebatan akhirnya Ahmad bin Daud kalah kerana tidak dapat mengemukakan
alasan yang lebih kuat. Walaupun demikian Imam Hambali tetap dimasukkan kembali ke
dalam penjara.
Pada bulan Ramadhan pengadilan terhadap Imam Hambali diadakan lagi. Khalifah
Pada bulan Ramadhan pengadilan terhadap Imam Hambali diadakan lagi. Khalifah
Al-Muktashim bertanya: “Al-Quran itu adalah baru, bagaimana pendapat anda.”
“Tidak!, Al-Quran adalah kalam Allah, saya tidak sejauh itu membahasnya kerana
di dalam Al-Quran dan hadith tidak disuruh membahas soal tersebut.” Jawab beliau.
Beliau dicambuk sampai berdarah, pada hal ketika itu bulan puasa. Baginda berkata:
Beliau dicambuk sampai berdarah, pada hal ketika itu bulan puasa. Baginda berkata:
“Kalau kamu merasa sakit dengan pukulan ini, maka ikutilah saya, dan akuilah bahawa
Al-Quran itu makhluk, supaya kamu selamat.”
Penderaan pun terus berlangsung, sehingga beliau terasa bahawa tali seluar yang menutup
Penderaan pun terus berlangsung, sehingga beliau terasa bahawa tali seluar yang menutup
auratnya putus dan hampir turun ke bawah. Beliau pun mengangkatkan mukanya ke atas
sambil berdoa: “Ya Allah!, atas namaMu yang menguasai Arsy, bahawa jika Engkau
mengetahui bahawa saya adalah benar, maka janganlah Engkau jatuhkan penutup
aurat ku.” Ketika itu pula seluar beliau yang akan jatuh itu naik ke atas kembali sehingga
aurat beliau tidak jadi terlihat oleh orang ramai.
Penyeksaan terhadap beliau itu baru berakhir setelah selesai maghrib. Para hakim dan
Penyeksaan terhadap beliau itu baru berakhir setelah selesai maghrib. Para hakim dan
orang- orang hadir kemudian berbuka puasa di hadapan beliau. Sementara beliau dibiarkan
saja tidak diberi sesuatu makanan untuk berbuka. Demikianlah seterusnya, pada hari yang
kedua pun beliau masih tetap didera sampai seluruh badannya mencucurkan darah. Pada
hari ketiga beliau masih tetap didera sehingga pengsan.
Setelah Al-Muktashim meninggal dunia ia diganti dengan puteranya Al-Watsiq. Pada masa
Setelah Al-Muktashim meninggal dunia ia diganti dengan puteranya Al-Watsiq. Pada masa
ini banyak penganiayaan dilakukan terhadap para ulama. Khalifah Al-Watsiq inilah yang
memancung leher ulama terkenal yakni Ahmad bin Naser Al-Khuza’i. Kepala Ahmad bin
Naser digantung dan diletak tulisan yang berbunyi: “Inilah kepala Ahmad bin Naser yang
tidak mahu mengakui bahawa Al-Quran itu makhluk, maka Tuhan memasukkan Ahmad
bin Naser ke dalam neraka, kepala ini menjadi peringatan bagi mereka yang memalingkan
dirinya dari kiblat.” Demikianlah tulisan yang diletakkan dekat leher Ahmad bin Naser.
Kemudian Khalifah Al-Watsiq meninggal dunia dan digantikan dengan saudara beliau
Kemudian Khalifah Al-Watsiq meninggal dunia dan digantikan dengan saudara beliau
yang bernama, Al-Mutawakkil. Pada masa inilah dicabut tentang faham muktazilah dan
diadakan pembebasan terhadap semua ulama yang ditahan, termasuk Imam Ahmad bin
hambal. Sementara itu Imam Hambali setelah dibebaskan beliau diberi hadiah sebanyak
l0,000 dirham, namun hadiah tersebut beliau tolak. Kerana dipaksa untuk menerimanya,
akhirnya beliau terima dan dibahagi-bahagikan kepada fakir miskin.
Pada hari Jumaat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 241 H/855 M beliau meninggal dunia yang
Pada hari Jumaat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 241 H/855 M beliau meninggal dunia yang
fana ini dengan tenang dalam usia 77 tahun. Setelah mendengar wafatnya beliau, seluruh
Kota Baghdad menjadi gempar jenazah beliau disembahyangkan lebih dari 130,000 orang
muslimin. Demikian berakhirnya riwayat seorang penegak kebenaran dan meninggikan
ilmu pengetahuan, setelah melalui berbagai seksaan dan penganiayaan. Semoga mereka
yang berjuang pada jalan Allah menjadi kekasih Allah, yang selalu mendapat keberkahannya
dan keredhaanNya.
Banyak lagi mereka yang berjuang pada jalan Allah akhirnya menerima ujian dan cubaan
Banyak lagi mereka yang berjuang pada jalan Allah akhirnya menerima ujian dan cubaan
dengan berbagai penganiayaan dan seksaan.
Firman Allah ertinya:
“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan. “Kami telah
Firman Allah ertinya:
“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan. “Kami telah
beriman, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang- orang yang benar dan
Riwayat Hidup Imam Syafie
Riwayat Hidup Imam Syafie Rahimahumullah
Beliau bernama Muhammad dengan kuniyah (gelaran) Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap
adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu
Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan
nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak
kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin
al-Muththalib.
Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan
menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu
berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya
meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang namanya
menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi‘i)- menurut sebahagian ulama adalah seorang sahabat
shigar (junior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang
memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin
Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan
menyatakan masuk Islam.
Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi‘i
berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian
mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi,
kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah
dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi‘i bukanlah asli keturunan Quraysy secara
nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja.
mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain
menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah (gelaran) Ummu
Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahawa ibu Imam Syafi‘i adalah seorang wanita yang
tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan
agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath hukum. (mengeluarkan hukum)
Waktu dan Tempat Kelahirannya
Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga
dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam
bidang yang ditekuninya.
Imam Syafie menghafal Al-Quran sewaktu berumur 9 tahun.Beliau menghafal Kitab al-Muwatta’
yang ditulis oleh Imam Malik (Mazhab Maliki) selama 10 tahun. Beliau mempunyai kecerdikan
dan daya ingatan yang sangat luar biasa.Dibenarkan memberikan fatwa sendiri oleh gurunya
sewaktu berusia 15 tahun sewaktu mengajar di Masjidil Haram.
yang ditulis oleh Imam Malik (Mazhab Maliki) selama 10 tahun. Beliau mempunyai kecerdikan
dan daya ingatan yang sangat luar biasa.Dibenarkan memberikan fatwa sendiri oleh gurunya
sewaktu berusia 15 tahun sewaktu mengajar di Masjidil Haram.
Sebelum melahirkan beliau, ibunya bermimpi melihat sebutir bintang keluar dari perutnya lalu
naik ke langit. Lalu bintang itu pecah lalu jatuh bertaburan jatuh ke bumi.Cahaya dari
bintang pecah yang jatuh itu menerangi seluruh muka bumi.Ibunya terkejut bila mengetahui
suaminya juga mengalami mimpi yang sama iaitu dia melihat ada sebutir bintang yang
keluar dari perut isterinya.
naik ke langit. Lalu bintang itu pecah lalu jatuh bertaburan jatuh ke bumi.Cahaya dari
bintang pecah yang jatuh itu menerangi seluruh muka bumi.Ibunya terkejut bila mengetahui
suaminya juga mengalami mimpi yang sama iaitu dia melihat ada sebutir bintang yang
keluar dari perut isterinya.
Beliau dilahirkan di Kota Gaza Palestin pada bulan Rejab 150 Hijrah.Ada yang mengatakan
pada malam beliau dilahirkan itu Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) meninggal dunia akibat
diracun oleh Khalifah Abu Jaafar al-Mansur dari Bani Abbasiyah sewaktu Imam Hanafi berada
dalam penjara.Beliau dipenjara, diseksa dan dirotan kerana tidak mahu memberikan
kerjasama kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang zalim
itu dengan menolak tawaran untuk menjadi Hakim kerajaannya.
Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda.
Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota
yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina.
Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh= 11km ). Tempat lain yang disebut-sebut
adalah kota Asqalan dan Yaman.
Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan
dikatakan bahawa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan.
Ketika berumur dua tahun,beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk
negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman).
Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah,karena sang ibu khawatir nasabnya
yang mulia lenyap dan terlupakan.
Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu
mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya,
tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya
dalam menghafal. Imam Syafi‘i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran),
saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka
aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia katakan, dia berkata
kepadaku, “Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.” Dan ternyata kemudian
dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika
dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi
seorang guru.
Setelah rampung (selesai) menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke
Masjidil Haram untuk menghadiri majeis-majlis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam
kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan
pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis.
Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan
tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada
saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal
Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya
Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.
Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan
untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan
kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah
berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui
nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab
yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah
menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, iaitu
Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar
mendalami ilmu fqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau
melakukan pengembaraannya mencari ilmu.
Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti
Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –yang
masih terhitung paman jauhnya-,Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman
bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini,
beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping
itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi
mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan
bahawa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.
Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk
mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih
lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke
sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah
dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau
menjalani mulazamah (berguru) kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai
sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu
dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi,
Athaf bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak lagi.
Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana
beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain.
Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan –satu hal yang selalu dihadapi
oleh para ulama, sebelum mahupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar
karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenangannya itu
sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya
akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka
menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.
Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi‘i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘
Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah
dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan
‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan
pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama
Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara
umum dan pada diri Imam Syafi‘i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi
menghadapi musibah yang tegas dari penguasa. Maka berbeza dengan sikap ahli fqih selainnya,
beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut
sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat
sulit.
Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘ (sikap ahli syiah), padahal
sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi‘ah. Bahkan Imam Syafi‘i
menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini keimaman Abu Bakar, Umar, serta
‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka.
Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah
yang terdapat dalam Alquran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata
tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fqih madzhab mereka.
Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan,
membuatnya ditangkap, lalu dihantar ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai
bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan
ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan
hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya
memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i berusaha memberikan
penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari
Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqh Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang
ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majlis
Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan
mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.
Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan
mendalami madzhab Ahlu Ra’yu (ahli pemikir/ilmuan). Untuk itu beliau berguru dengan
mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma‘il bin ‘Ulayyah dan
Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu,
beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar
di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke
Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan,
bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas.
Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim
surat kepada Imam Syafi‘i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar
yang maqbul (diterima), penjelasan tentang nasikh dan mansukh (ayat yang membatal/
menggantikan hukum terdahulu) dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun
menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.
Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Iraq
untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau
mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut
namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar
kerana sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahawa
ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah
Ahlu Ra ‘yu (ahli pemikir/ilmuan). Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2
atau 3 halaqah saja.
Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah.
Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu
kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.
Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Iraq. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana
kerana telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama
ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara
Imam Syafi‘i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam (ilmu logik berkaitan
ketuhanan). Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh –
yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena
orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap
masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal
juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama a
hlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.
Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak
musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul
Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima
faham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh.
Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i
kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi
akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan
masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab,
termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya
di sana.
Keteguhannya Membela Sunnah
Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu
masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan
dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya
hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata,
“Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling
mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu,
beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.
Terdapat banyak atsar (kata-kata sahabat) tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu
Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang
yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya
adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.”
Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi‘i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka
dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali
dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang
lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab
Imam Syafi‘i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu
kalam.”
Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam
adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring
berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi
orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.
Wafatnya
Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita
penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama
penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat kerananya.
Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan
Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah
memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.
Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi‘i,
sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah
diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah ?” Beliau menjawab,
“Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan
pada diriku mutiara-mutiara yang halus”
Karangan-Karangan dan Karyanya
Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan
jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab.
Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy
mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan
jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam
al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari
4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai
Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
Pandangan Ulama kepada beliau
Tambah kapsyen |
Imam Malik bekas gurunya pernah berkata : “Tidak ada lagi keturunan Quraisy yang lebih
pandai daripada Imam Syafie”
Imam Ahmad Bin Hambal berkata : “Wahai anakku, Imam Syafie itu seperti matahari bagi
dunia dan seperti kesihatan bagi tubuh.”.Beliau juga berkata : “Saya belum faham mengenai
ilmu hadis kecuali selepas belajar dengan Imam Syafie”.Kata Imam Ahmad lagi : “setiap
ahli hadis yang memegang tinta adalah terhutang budi kepada Imam Syafie”
Imam Muhammad al-Hakam berkata : “Saya belum berjumpa seorang yang lebih mengetahui,
cerdik akalnya,lebih cerdas fikirannya, lebih cermat amalannya,lebih fasih lidahnya daripada
Imam Syafie”.Beliau berkata lagi : “Saya belum berjumpa seorang yang lebih mengetahui
berkenaan usul Fiqah selain dari Imam Syafie”
Menyelusuri perjalanan hidup dan proses pembelajaran Imam Syafie amat menarik sekali.
Ayah beliau meninggal sewaktu Imam Syafie masih kecil, ada riwayat yang mengatakan
sewaktu beliau masih dalam kandungan ibunya lagi.Gurunya yang pertama secara tidak
formal ialah ibunya sendiri.Ibunya megajar beliau mengenal huruf dan mengaji al-Quran.
Setelah berumur 9 tahun beliau sudah dapat menghafal Al-Quran.
Bila ibunya membawa Imam Syafie untuk berguru dengan Imam Ismail Kustantani, seorang
guru ilmu Al-Quran yang terkenal waktu itu, Imam Ismail pada mulanya menolak kerana
Imam Syafie baru berusia 9 tahun sedangkan dia hanya menerima orang menjadi muridnya
setelah berumur 12 tahun.Namun setelah dia menguji hafalan dan ingatan Imam Syafie
tentang Al-Quraan, beliau amat tertarik dengan daya ingatan dan suara Imam Syafie yang
merdu lalu terus mengambil Imam Syafie menjadi muridnya.Apabila Imam Ismail ada urusan
lain, Imam Syafie pula disuruh menggantikan tempatnya mengajar disitu!
Imam Syafie juga amat meminati syair dan puisi, beliau pernah berguru dengan Mas’ab bin
Zubair seorang penyair terkenal.Dalam masa 3 bulan saja, Imam syafie mampu menghafal
10,000 rangkap syair kaum Bani Huzail.Pernah suatu kali Imam Syafie memasuki pertandingan
syair atas desakan kawan-kawannya, lalu mengalahkan gurunya Mas'ab pula.
Imam Syafie berguru pula dengan Imam Sufian Ainiah dalam ilmu hadis sehingga menjadi
pakar dalam bidang hadis dan diberi kepercayaan oleh gurunya untuk mengajar
menggantikannya sewaktu ketiadaannya.
Selepas itu Imam Syafie berguru pula dengan Imam Muslim al-Zanji dalam bidang Feqah pula.
Akhirnya dia diakui oleh gurunya dan dibenarkan mengajar serta memberikan fatwa pula.Namun
Imam Syafie masih merasakan kurang ilmunya lalu dalam diam beliau mula membaca dan
menghafal Kitab Muwatta’ yang dikarang oleh Imam Malik bin Anas pula.
Imam Syafie juga pernah belajar ilmu peperangan dan bermain senjata dengan gurunya iaitu
Amiruddin, seorang bekas tentera.Selepas itu Imam Syafie terkenal sebagai seorang pemanah
yang handal.
Imam Syafie pernah mengembara ke Madinah yang mengambil masa selama 8 hari dengan
menaiki unta sambil sempat mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 16 kali untuk menemui dan
berguru dengan Imam Malik yang ketika itu menjawat jawatan Mufti Kota Madinah.Imam
Syafie belajar dari Imam Malik selama 8 bulan.
Selepas itu Imam Syafie merantau pula ke Iraq untuk belajar dengan anak murid Imam Hanafi
iaitu Imam Muhamad al-Hassan dan Imam Abu Yusof.Beliau telah menghafal Kitab al-Awsat
karangan Imam Hanafi dalam masa 3 hari saja telah mengejutkan kedua orang gurunya itu
kerana biasanya murid-murid mereka yang lain mengambil masa paling kurang 1 tahun untuk
menghafalnya.
Imam Syafie juga belajar ilmu firasat dengan Maulana Arif di Yaman.Di Yaman beliau
berkahwin dengan wanita bernama Hamidah dari keturunan Khalifah Uthman Bin Affan.
Mereka dikurniakan 3 orang anak.
Semasa di Najran, Imam Syafie difitnah oleh Gabenor as-Saud iaitu Gabenor Najran kononnya
Imam Syafie sedang menghasut rakyat untuk memusuhi dan menjatuhi kerajaan Bani Abbasiyah
yang diperintah oleh Khalifah Harun ar-Rashid. Akibat dari fitnah tersebut Imam Syafie dan
anak muridnya telah ditangkap, tangan dan kaki mereka dirantai .Mereka juga dipaksa
berjalan kaki dari Najran ke Kota Kufah.
Walau bagaimanapun dengan izin Allah swt Imam Syafie terlepas dari hukuman oleh Khalifah
dan orang yang memfitnah mendapat hukuman yang setimpal.Diantara ayat Al-Quran yang
dibacakan oleh Imam Syafie, yang membuatkan hati dan jiwa raga Khalifah Harun ar-Rashid
terpesona ialah Firman Allah swt dari Surah al-Hujurat, ayat 6 yang bermaksud : “ Hai orang
yang beriman, sekiranya datang kepadamu orang fasiq yang membawa suatu berita,periksalah
dengan teliti supaya kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Banyak lagi guru dan tempat beliau belajar yang tidak dinyatakan disini. Beliau sangat menyintai
ilmu.Pernah suatu masa Imam Malik memuji beliau dengan berkata : “Sekiranya ada orang yang
bahagia kerana ilmunya, inilah orangnya!” sambil merujuk kepada Imam Syafie.Berkaitan dengan
kegunaan ilmu pula Imam Syafie pernah berkata : “Sesiapa yang mempelajari Quran, besar harga
dirinya. Siapa yang mempelajari hadis, tinggi martabatnya.Siapa yang mempelajari bahasa,lembut
hatinya.Siapa yang mempelajari ilmu hisab, tajam pandangannya dan siapa yang tidak memelihara
dirinya, tidak bererti ilmunya”. Oleh kerana kecintaan beliau yang begitu mendalam terhadap ilmu,
jadi tidak hairanlah jika Imam Syafie telah menulis 142 buah kitab semasa hayatnya.
Makam Imam Syafie Rahimahumullah |
(tahun 820 M) di rumah Abdullah bin Hakam sewaktu berumur 54 tahun di bumi Mesir. Jenazahnya
dikebumikan di tanah perkuburan Bani Zaharah.
Semasa Abu Ali al-Hasan menjadi perdana menteri Iraq, beliau telah mengarahkan ketua tentera
Mesir Badr bin Abdullah menggali dan memindahkan kubur Imam Syafie ke Baghdad.Setelah digali
mereka menemui batu bata yang tersusun membentengi liang lahad Imam Syafie.Selepas mereka
memecahkan batu-bata itu, mereka amat terkejut kerana tercium bau yang sangat harum dari
dalam liang lahad itu malah ada beberapa orang dari mereka yang pengsan.Bila perkara ini
diketahui oleh perdana menteri Iraq itu, maka beliau pun membatalkan terus usaha memindahkan
kubur itu.Pada tahun 608 Hijrah, sebuah Kubah telah dibina .Tidak lama kemudian sebuah masjid
didirikan disitu dengan nama Masjid Imam Syafie.Makam Ulama hebat ini terus dikunjungi orang
ramai hingga kini.
Antara kata-kata menarik Imam Syafie :
1.Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin kerana ia dapat menjaga dan membuat kamu cemerlang
di dunia dan akhirat.Ia juga amalan para Nabi, Rasul dan orang soleh.
2.Marah adalah salah satu antara panah-panah syaitan yang mengandungi racun.Oleh itu hindari
ia supaya kamu dapat menewaskan syaitan dan bala tenteranya.
3.Hati adalah Raja dalam diri.Oleh itu, lurus dan betulkan ia supaya empayar kerajaan dirimu
tegak di atas al-haq yang tidak disertai oleh iringan-iringan pasukan kebathilan.
*[ Artikel diatas saya sunting dari buku : Imam Syafie Pejuang Kebenaran; ditulis oleh Abdul
latip Talib ]
10 wasiat Imam Syafie untuk renungan kita bersama :
membuat perubahan jiwa ke arah yang lebih baik. Beliau menyebut bahawa barangsiapa
yang ingin meninggalkan dunia dalam keadaan selamat, maka lakukanlah 10 perkara:
1. Hak kepada diri, iaitu dengan mengurangkan tidur, mengurangkan makan, mengurangkan
percakapan dan berpada-pada dengan rezeki yang ada.
2. Hak kepada Malaikat maut, iaitu menqada’kan segala kewajipan yang tertinggal, iaitu
dengan memohon maaf daripada orang yang dizalimi, membuat persiapan untuk mati dan
merasa cinta kepada Allah s.w.t.
3. Hak kepada kubur iaitu membuang tabiat suka menabur fitnah, jangan suka kencing merata,
memperbanyakkan solat tahajjud dan membantu orang yang dizalimi.
4. Hak kepada Malaikat Mungkar dan Nakir, iaitu jangan berkata dusta, sering berkata benar,
meninggalkan maksiat dan memberi nasihat.
5. Hak kepada Mizan, iaitu menahan kemarahan, banyakkan berzikir, ikhlas dalam amalan dan
sanggup menanggung kesulitan.
6. Hak kepada titian sirat, iaitu buang tabiat suka mengumpat, wara’, bantu orang beriman dan
hidup dalam suasana berjamaah.
7. Hak kepada Malaikat Malik, iaitu menangis lantaran takutkan kepada Allah s.w.t.,
membanyakkan sedekah, membuat kebaikan kepada ibubapa dan memperbaiki akhlak.
8. Hak kepada Malaikat Ridwan, penjaga syurga, iaitu redha kepada qada’ Allah s.w.t., sabar
menerima bala’ dan bertaubat.
9. Hak kepada Rasulullah s.a.w., iaitu dengan sering bersalawat kepada baginda, berpegang
kepada sunnahnya dan bersaing mencari kelebihan dalam beribadah.
10. Hak kepada Allah, iaitu mengajak manusia kepada kebaikan, mencegah manusia daripada
melakukan kemungkaran, bencikan kepada sebarang maksiat dan tidak melakukan kejahatan.
http://roslibz.blogspot.my/2013/03/riwayat-hidup-imam-syafie.html
Langgan:
Catatan (Atom)
-
Awaluddin Makrifatullah (Seawal-awal Agama hendaklah kamu mengenal ALLAH Dari Abu Ma’bad dari Ibni Abbas r.a. katanya; Rasulullah s....
-
Kemunculannya tepat di waktu dunia yang kian nazak dimamah derita zaman fitnah. Saat segala-galanya telah hancur musnah. Iman, pers...
-
Setiap ayat Al Qur’an memiliki keutamaan yang sangat menakjubkan. Salah satunya pada surat Al Hasyr ayat 2 sampai 24. Surat ini tergolo...